Newsletter

Simak Arah Suku Bunga Global dan Nasional

Anthony Kevin & Raditya Hanung, CNBC Indonesia
15 February 2018 05:57
Arah suku bunga global kemungkinan berubah dalam waktu dekat seiring pemulihan ekonomi di negara-negara maju.
Foto: Muhammad Luthfi Rahman
  • IHSG ditutup naik 0,25% pada perdagangan kemarin.
  • Bursa Asia ditutup cenderung menguat, meski Nikkei masih terkoreksi.
  • Wall Street melonjak di tengah potensi kenaikan suku bunga acuan.
  • BPS akan mengumumkan data ekspor-impor, BI menetapkan suku bunga acuan. 
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat terbatas pada penutupan perdagangan kemarin. Untuk hari ini, kejutan besar terjadi di Wall Street yang bisa mempengaruhi IHSG. 

IHSG ditutup menguat tipis 0,25% ke 6.594,40 poin pada perdagangan kemarin. Delapan sektor saham ditutup naik, dipimpin oleh sektor industri dasar yang menguat hingga 1,25%. 

Transaksi berlangsung cukup semarak dengan nilai Rp 8,13 triliun. Sebanyak 194 saham ditutup menguat, 137 saham melemah, sementara 223 lainnya tidak mencatatkan perubahan harga. 

Namun, investor asing nampak masih sangat berhati-hati menempatkan dananya di pasar saham Indonesia. Investor asing mencatatkan jual bersih sebesar Rp 525,38 miliar. 

Berlanjutnya penguatan bursa saham Amerika Serikat (AS) masih menjadi sentimen utama yang mendorong naiknya bursa saham domestik dan beberapa bursa utama di kawasan. Indeks Shanghai naik 0,46%, Hang Seng naik 2,27%, Kospi naik 1,1%, dan KLCI naik 0,1%. 

Namun, Nikkei masih mengalami koreksi sebesar 0,43%. Performa negatif Nikkei didorong oleh penguatan mata uang yen yang mencapai titik tertinggi dalam 15 bulan terakhir. Bagi negara eksportir seperti Jepang, penguatan kurs yang terlalu tinggi tentu dinilai merugikan karena produk ekspornya menjadi lebih mahal di pasar global.  

Sementara di Wall Street terjadi penguatan yang cukup signifikan. Dow Jones naik 1,03%, S&P 500 menguat 1,34%, dan Nasdaq bertambah 1,86%. 

Bursa saham AS yang berhasil melaju kencang sedikit di luar dugaan. Pasalnya, inflasi AS pada Januari tercatat 2,1% year on year (YoY), lebih tinggi dibandingkan konsensus 1,9% YoY.  

Laju inflasi yang lebih cepat semakin mengonfirmasi bahwa kenaikan suku bunga acuan sudah di depan mata. Apalagi kemudian disusul oleh imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS yang naik hingga mencapai 2,91% untuk tenor 10 tahun. 

Kenaikan suku bunga yang hampir pasti dan lonjakan yield obligasi biasanya membuat investor panik, dan meninggalkan pasar saham untuk mencari selamat di instrumen yang dianggap aman (safe haven). Namun yang terjadi hari ini sangat berbeda, pasar justru berani menantang arus. 

Hal ganjil lainnya adalah saham-saham yang naik adalah sektor keuangan, yang sejatinya sangat rentan terhadap kenaikan suku bunga. Harga saham Goldman Sachs naik 2,76%, JPMorgan Chase naik 2,31%, Visa naik 2,1%, dan American Express naik 1,77%. 

“Pasar melakukan apa yang biasanya mereka lakukan. Tembak dulu, bertanya kemudian,” ujar Phil Orlando, Chief Equity Strategist dari Federated Investors yang berbasis di New York, seperti dikutip dari Reuters. 

Menurut Joseph LaVorgna, Kepala Ekonom Natixis untuk Benua Amerika, keberanian investor didorong oleh inflasi inti yang masih di bawah target. Pada Januari inflasi inti AS tercatat 1,8% YoY, di bawah target The Fed yang sebesar 2%. Ini memberi harapan bahwa suku bunga tidak akan dinaikkan secara agresif. 

Meski demikian, tetapi arah suku bunga acuan di AS tetap harus dicermati. Hari ini mungkin pasar tidak bereaksi, tetapi situasi belum tenang sampai pertemuan The Fed bulan depan. Tidak hanya di AS, arah suku bunga global juga kemungkinan berubah dalam waktu dekat seiring pemulihan ekonomi di negara-negara maju. 

Untuk perdagangan hari ini, perkembangan di Wall Street akan menjadi sentimen positif bagi IHSG. Terbukti Wall Street masih optimistis menghadapi tantangan yang maha berat. Diharapkan sikap percaya diri serupa bisa menular ke bursa Asia, termasuk Indonesia. Saatnya menguji ketangguhan IHSG, apakah bisa sekuat Wall Street. 

Harga komoditas juga bisa membantu IHSG melanjutkan rally. Setelah beberapa hari terpuruk, harga minyak bangkit dan menguat hingga ke kisaran 2%. Harga batu bara bahkan melonjak sampai 8%. Timah dan tembaga juga mengalami penguatan yang lumayan. 

Kenaikan harga si emas hitam dipicu oleh pernyataan Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih. Menurutnya, sebaiknya pasokan minyak tetap dibiarkan sedikit ketat dan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) jangan buru-buru untuk mengakhiri kesepakatan pemotongan produksi. Al-Falih berpendapat, langkah ini baik untuk menyeimbangkan pasar minyak dunia. 

Investor juga perlu mencermati rilis dua data penting hari ini, yaitu ekspor-impor dan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) 7 days reverse repo rate. Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia menyebutkan pertumbuhan ekspor Januari 2018 diestimasi sebesar 7,5% YoY sementara impor diekspektasikan tumbuh 18,5% YoY. Walau impor tumbuh jauh lebih cepat ketimbang ekspor, tetapi neraca perdagangan diramalkan tetap bisa mencatat surplus US$ 325 juta. 

Sementara konsensus untuk suku bunga acuan adalah tetap dipertahankan di 4,25%. Dari 16 ekonom dan analis yang terlibat dalam survei CNBC Indonesia, seluruhnya kompak memperkirakan suku bunga acuan belum diubah. 

Sementara hal yang bisa menjadi faktor risiko di antaranya adalah yield obligasi negara AS yang anehnya bergerak searah dengan pasar saham. Yield obligasi negara AS tenor 10 tahun mencapai 2,91%, tertinggi sejak Januari 2014.  

Meski sentimen yield obligasi tidak mempan di Wall Street hari ini, tetapi tetap harus diwaspadai. Pasar bisa saja gugup sewaktu-waktu dan kembali memindahkan dana ke obligasi. 

Ambil untung alias profit taking juga masih menjadi risiko yang membayangi IHSG. Secara year to date, IHSG masih mencatatkan penguatan 3,76%.  

Berikut adalah sejumlah peristiwa yang akan terjadi hari ini:
  • Menteri Keuangan Sri Mulyani menggelar konferensi pers untuk mengumumkan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara per akhir Januari 2018 (09.30 WIB).
  • Badan Pusat Statistik akan mengumumkan data ekspor-impor Januari 2018 (11.00 WIB).
  • Rilis data suku bunga acuan Bank Indonesia (standby 15.00 WIB).
  • Rilis data indeks harga produsen AS periode Januari 2018 (20.30).
  • Rilis data klaim pengangguran AS (20.30).
Berikut perkembangan sejumlah indeks bursa saham utama:

Simak Arah Suku Bunga Global dan Nasional

Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang:

Simak Arah Suku Bunga Global dan Nasional

Berikut perkembangan harga sejumlah komoditas:

Simak Arah Suku Bunga Global dan Nasional

Berikut perkembangan yield Surat Berharga Negara:

Simak Arah Suku Bunga Global dan Nasional

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Simak Arah Suku Bunga Global dan Nasional
(aji/aji)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation