Jakarta, CNBC Indonesia - Royke Tumilaar adalah sosok senior di dunia perbankan. Pria asal Manado ini menjadi Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia TBk (BNI) dengan misi utama memperkuat kinerja perseroan dan membawanya go global.
Sebelum di BNI, Royke adalah bankir senior dengan masa pengabdian 32 tahun, di mana 10 tahun di antaranya dia mendapat kepercayaan menduduki jabatan direktur, utamanya di bank pelat merah yaitu Bank Mandiri.
Pria yang lahir 57 tahun silam tersebut bergabung di Bank Mandiri pada tahun 1999, setelah PT Bank Dagang negara mengalami merger dengan PT Bank Bumi Daya (BBD), PT Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank Exim) dan PT Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo)
Sepak terjang dan prestasi gemilang Royke membuatnya dipercaya menduduki jajaran direksi. Di bank BUMN tersebut, berbagai jabatan direksi telah dijalani mulai dari direktur Treasury, Corporate Banking, Wholesale Banking hingga Direktur Utama pada 2019-2020 sebelum akhirnya pindah ke BNI.
Sebagai bankir senior, Royke mendapatkan mandat besar untuk membangkitkan kembali kejayaan BNI yang tertekan akibat pandemi dan membawanya ke tingkat global. Sebagaimana diketahui, BNI memiliki eksposur besar di segmen corporate banking.
Ketika pandemi menerjang, dunia usaha pun terpukul sehingga permintaan kredit korporasi melemah dan secara bersamaan outsanding kredit yang dimiliki pelaku usaha menghadapi persoalan sehingga rasio kredit bermasalah meningkat, termasuk di BNI.
Hanya saja dalam kurun waktu satu tahun, lewat tangan dingin Royke, BNI mampu menjelma menjadi bank dengan pertumbuhan laba paling tinggi jika dibandingkan dengan bank sekelasnya.
Per September 2021, BNI tercatat membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk secara konsolidasi sebesar Rp 7,75 triliun pada September 2021 atau per kuartal III, meningkat 79,33% dari periode yang sama di tahun sebelumnya Rp 4,32 triliun.
Ini merupakan pertumbuhan laba bersih tertinggi di antara bank raksasa nasional (Kategori Bank dengan Modal Inti/KBMI IV). Kuncinya terletak pada efisiensi, yang membuat bank BUMN tersebut sukses mencatatkan turnaround story.
Meskipun pendapatan bunga turun 4% secara tahunan menjadi Rp 37,5 triliun, pendapatan bunga bersih terhitung melesat 8% menjadi Rp 29,6 triliun berkat pemangkasan beban bunga yang mencapai 40%.
Royke sebagai nakhoda BNI juga fokus melakukan efisiensi dari sisi operasional. Hal ini tercermin dari rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) yang kian sehat dengan turun menjadi 80,47% per September 2021 dari tahun lalu 88,99%.
Tidak heran, laba operasi tercatat melesat 62% menjadi yang tertinggi di bank sekelasnya, dan margin bunga bersih (net interest margin/NIM) naik dari 4,3% pada September 2020 menjadi 4,8% pada September 2021.
Di bawah kepemimpinan Royke, fungsi intermediasi BNI juga membaik. Hal ini dibuktikan dengan penyaluran kredit sebesar Rp 570,64 triliun pada 30 September 2021. Capaian itu tumbuh 3,17% secara tahunan, dan di atas pertumbuhan industri yang hanya 2,21%.
Penyaluran kredit untuk segmen business banking dan consumer banking pun mampu tumbuh masing-masing sebesar 3% dan 10% per September 2021. Sebagai informasi kedua segmen ini mendominasi portofolio kredit BNI dengan porsi lebih dari 65%.
Proses perbaikan yang signifikan dalam waktu singkat untuk sekelas bank besar seperti BNI tersebut tentu bukanlah hal yang mudah dilakukan. Namun Royke dengan rekam jejak dan pengalamannya yang panjang di industri perbankan memungkinkan itu semua dilakukan.
Atas kinerja BNI yang impresif tersebut, investor mengapresiasinya dengan kembali mengoleksi saham berkode BBNI tersebut. Kini, harga saham perseroan sudah pulih ke level pra-pandemi. Sejak Royke resmi menjabat sebagai Direktur Utama, harga saham BNI sudah naik 31,1%.
Kenaikan tersebut tergolong fantastis untuk bank dengan nilai kapitalisasi pasar yang besar seperti BNI. Bahkan return saham BNI jauh melampaui apresiasi saham bank kakap lain seperti BBCA, BBRI dan BMRI yang hanya 15-17% sejak September tahun lalu.
Sukses memperkuat kinerja BNI, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mempercayai Royke membawa BNI menjadi duta nasional di sektor keuangan global yakni sebagai bank referral (rujukan) dan koresponden utama bagi lembaga, investor, dan bank asing.
Sejauh ini, Erick memuji langkah Royke yang sudah membuka jalan bagi UMKM nasional untuk go global menembus pasar internasional melalui kantor cabangnya di Singapura, Hong Kong, Tokyo (Jepang), Seoul (Korea Selatan), London (Inggris), dan New York (Amerika Serikat/AS).
Melihat sepak-terjang dalam membalik kinerja BNI ke jalur positif di tahun transisi ini dan kuatnya kepercayaan pemegang saham atas expertise pengembangan bank menuju kancah internasional, CNBC Indonesia Awards 2021 menganugerahkan penghargaan Lifetime Achievement Award in Banking Industry kepada Royke Tumilaar.
Tim Riset CNBC Indonesia melakukan kajian terhadap rekam-jejak pada CEO bank yang memenuhi kriteria penilaian. Aspek penilaian meliputi konsistensi di industri perbankan, capaian yang dibukukan selama karirnya sebagai bankir, dan performa bank yang dipimpinnya tahun ini.
Proses penilaian dilakukan pada November melalui riset kualitatif berbasis data sekunder dari publikasi resmi perseroan, PT Bursa Efek Indonesia (BEI), dan media monitoring terhadap 10 media utama nasional.
TIM RISET CNBC INDONESIA