
Bos Ciputra Buka-bukaan soal Dampak Covid-19 ke Properti

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten properti Grup Ciputra, PT Ciputra Development Tbk (CTRA) mencatatkan penurunan penjualan (marketing sales) sebesar 24% menjadi Rp 2,9 triliun sampai dengan Agustus 2020.
Dibanding tahun sebelumnya saat belum ada pandemi virus Corona, perseroan membukukan penjualan Rp 3,9 triliun.
Harun Hajadi, Direktur PT Ciputra Development mengatakan sektor properti termasuk yang terkena dampak dari pandemi. Hal ini terlihat dari meratanya penurunan penjualan baik di segmen perumahan, real estate, mall hingga area perkantoran karena kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
"Permintaan properti turun cukup signifikan terutama ketika pertama-tama pandemi berlangsung, di mana banyak kota-kota melakukan PSBB, ini menurunkan demand," kata Harun, dalam wawancara dengan CNBC Indonesia, Jumat (2/10/2020).
Di sisi lain, pengembang juga merespons positif adanya subsidi bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 138/2020 tentang Tata Cara Pemberian Subsidi Bunga/Subsidi Margin. Subsidi bunga dapat diberikan kepada Sesuai Pasal 7 PMK 138/2020, Sri Mulyani mensyaratkan subsidi bunga KPR diberikan kepada debitur perbankan atau perusahaan pembiayaan sampai dengan tipe 70.
Bagaimana strategi perseroan dalam menghadapi pandemi ini dan proyeksi mengenai industri ini di tahun 2021, simak wawancara selengkapnya dengan CNBC Indonesia:
Pemerintah memberikan stimulus tambahan mengenai subsidi KPR, tanggapan anda?
Stimulus saat ini sangat berguna untuk industri properti. Subdisi KPR Ini sangat penting, meningkatkan affordability bagi masyarakat yang ingin membeli rumah.
Saat ini demand masih melemah, bagaimana dari sisi supply?
Menurut saya supply tidak masalah, developer sanggup membangun berapapun juga. Yang jadi persoalan sekarang, harga lahan sudah tinggi sekali, dengan adanya krisis.
Subsidi KPR saat ini diberikan untuk rumah 70 meterpersegi untuk pembeli rumah pertama, saat ini mereka kebanyakan ingin membeli rumah pertama. Bagi yang sudah punya rumah, KPR bisa restrukturisasi membayar bunga lebih kecil atau bisa ditunda ke tahun depan.
Seberapa besar penurunan permintaan properti Grup Ciputra?
Turun cukp signifikan, terutama ketika pertama-tama, pandemi berlangsung, di mana banyak kota-kota melakukan PSBB, ini menurunkan demand.
Pada Agustus 2019 kita bisa mencapai penjualan Rp 3,9 triliun, Agustus tahun ini kita baru capai Rp 2,9 triliun, turun 24%, harus kita kejar di sisa 4 bulan ini.
Kami lebih khawatir jika appetite bank menurun dalam memberikan KPR kepada pembeli kami. NPL bank yang semakin meningkat, sehingga mereka menurunkan appetite-nya.Harun Hajadi, Direktur PT Ciputra Development Tbk |
Seberapa optimis Anda ?
Kita pertama lakukan banyak hal, pertama, subdisi bunga tambahan kepada konsumen, misalnya bank memberikan 6%, kita berikan subdisi 3%, jadi bunga efektif 3%. Ini adalah subsidi developer untuk menggairahkan pasar.
Properti bukan kebutuhan pokok saat krisis, kalau investasi big ticket tabungan bisa berkurang, kalau terjadi emergency, mereka khawatir tidak bisa mengantisipasi. Saat ini properti bukan pilihan utama di saat krisis.
Saat ini penjualan properti Ciputra lebih banyak di segmen KPR?
Betul, 63% dari KPR.
Tanggapan anda mengenai suku bunga KPR saat ini?
Bunga relatif terjangkau, karena kalau kita ingat bunga saat ini terendah sepanjang sejarah, bunga seluruh dunia sedang rendah rendahnya, bunga bukan jadi hal masalah. Kami lebih khawatir jika appetite bank menurun dalam memberikan KPR kepada pembeli kami. NPL bank yang semakin meningkat, sehingga mereka menurunkan appetite-nya.
Apakah masih terbuka ruang bagi bank turunkan suku bunga mengingat saat ini KPR di beberapa bank masih cukup tinggi?
Ini tergantnung risk appetite, tentu tergantung dari cost funding mereka, ada yang lebih rendah karena banyak transaksi giro sehingga bisa memberikan bunga 6%.
Tentu dengan funding lebih tinggi bisa 8-10% tergantung cost of fund. Yang penting, bunga beda 1% tidak berapa signifkan dibanding jika appetite bank menurun.
Sektor mana yang paling banyak mengalami penurunan?
Cukup merata, saat ini, pasar investasi tidak kelihatan, kebanyakan, membeli sebagai end user, investasi pilihan kedua 3 dan 4.
Belakangan sudah ada pasar investor lagi, dengan suku bunga rendah, kenaikan harga properti bisa lebih tinggi, saya melihat 2-3 minggu terakahir pasar investor sudah terlihat masuk lagi.
Bagaimana tantangan di tahun 2021?
Kembali lagi, KPR yang jadi utama, bank-bank ini kan banyak melakukan restrukturisassi, ini bisa mengganggu terhadap pemberian kedit baru. Kalau restukturisasi kepanjangan, itu akan sangat menggaggu industri kita.
Stimulus apa apa yang saat ini dibutuhkan pelaku industri properti?
Saat ini hampir seluruh segmen properti terganggu, terutama mall, perhotelan, kota-kota banyak melakukan kebijakan PSBB, ini kan cost of economy-nya tinggi sekali. Mengakibatkan karyawan dirumahkan, memang karena perusahaan sudah tidak kuat, mall ditutup, jam operasi dibatasi, orang tidak bisa dine in, pasti karyawan restoram semua pulang kampung atau diberhentikan.
Daripada kota melakukan PSBB, lebih baik OTG diberikan tempat, kota subsidi, bisa tingal di hotel bintang 1 dan 2, bisa terisolasi di beberapa hotel.
Apakah Ciputra akan merevisi target?
2020 kita revisi target ke bawah dari Rp 6 triliun ke Rp 4 triliun sekian. Mudah-mudahan kita bisa mencapai itu.
Dari perusahaan, kita harus berubah dengan adanya pandemi ini, apakah office space akan lebih banyak, desain rumah apakah akan ada perubahan, itu yang saat ini kita formulasikan.
(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Raja Properti RI: Aguan, Sang Penjaga Gudang & Sembilan Naga!