Windownesia Sebagai Nation Branding Indonesia ke Pentas Global

Hendy Setiono, CNBC Indonesia
30 May 2024 12:25
Hendy Setiono
Hendy Setiono
Hendy Setiono adalah seorang pengusaha muda asal Surabaya. Ia adalah CEO dan founder Baba Rafi Enterprise Holding Company. Salah satu brand tersohornya adalah Kebab Turki Baba Rafi, sebuah waralaba kebab yang saat ini memiliki lebih dari 1.300 gerai yang .. Selengkapnya
Pengibaran Bendera Merah Putih Sepanjang 200 Meter di Silang Patung Kuda, 20 Oktober 2019 (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Bendera merah putih. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNBCIndonesia.com

Kehidupan dunia hari ini telah berubah. Lompatan teknologi komunikasi yang begitu cepat telah membuat perilaku dan cara pandang manusia menjadi tak lagi bersekat. Semuanya menjadi seperti labirin tipis, terlihat seperti transparan. Sebuah peristiwa yang terjadi di salah satu negara bagian di Amerika Serikat, misalnya, akan bisa diketahui secara cepat oleh seseorang yang sedang berada di Papua, Indonesia.



Ketika laju informasi komunikasi sudah berlari begitu kencang, sesungguhnya dibutuhkan kejelian bagi sebuah negara untuk memanfaatkan perubahan ini. Nation branding menjadi strategi yang harusnya dioptimalkan.

Para ahli komunikasi telah mengaitkan nation branding ini dengan bagaimana cara mengelola reputasi dan citra sebuah negara secara baik di pentas global. Jika dikelola secara baik, maka reputasi dan citra tersebut tidak hanya akan terpancar pada negara itu sendiri, melainkan juga melekat pada produk dan asetnya. Dalam hal ini, produk dan aset itu dapat bersumber pada kearifan budaya, keindahan alam, pola interaksi warganya hingga kekayaan kuliner yang dimilikinya.

Contoh nyata keberhasilan nation branding ini bisa dilihat pada Korean Wave. Gelombang itu tak hanya memperkenalkan karya-karya drama serial atau lagu, tapi juga diikuti pada ekspor budaya Korea ke berbagai mancanegara, termasuk Indonesia. Lantas muncul pertanyaan besar, mampukah Indonesia melakukannya?

Urgensi nation branding
Sejatinya, modal Indonesia untuk melakukan nation branding guna memperkenalkan diri ke pentas global sungguh berlimpah. Anugerah keindahan bentangan alam sangat bervariasi, mulai dari pesona pantai, laut dalam, hingga pegunungan, memberikan pesonanya yang begitu eksotik. Wonderful Indonesia sebagai tagline kampanye Visit Indonesia itu ditujukan buat wisatawan internasional, sebenarnya sudah dilakukan sejak 2008.

Selain kampanye menjual keindahan alam Indonesia, promosi untuk memperkenalkan kuliner khas daerah sudah dilakukan. Warga dunia mengakui rendang, makanan khas asal Sumatra Barat, sebagai salah satu makanan paling lezat dunia.

Lalu lumpia dan tempe telah diakui sebagai warisan budaya Indonesia oleh UNESCO, salah satu badan khusus di PBB. Selanjutnya, kekayaan keanekaragaman hayati dari hutan tropis di Indonesia menjadi paru-paru dunia yang bisa menjadi salah satu nation branding yang kuat ke warga dunia.

Semua anugerah yang telah dimiliki Indonesia itu memang belum sepenuhnya dapat dioptimalisasi untuk menarik warga dunia. Di sinilah menjadi penting bagaimana membangun sinergi dari seluruh stakeholder terkait.

Hal yang tak kalah pentingnya juga adalah bagaimana negara menyiapkan orkestrator nation branding. Secara formal, orkestrator ini sesungguhnya dapat dilakukan oleh para diplomat yang bermukim di luar negeri. Tugas diplomat ke depan menjadi penting bagaimana mengorkestrasi strategi nation branding itu bisa dijalankan secara efektif, terencana dan terukur.

Windownesia sebagai nation branding Indonesia
Dalam mengorkestrasi itu, tentunya seorang diplomat bisa mensinergikan dengan program yang sudah dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Salah satu yang perlu mendapat apresiasi saat ini adalah mengorkestrasi nation branding Indonesia melalui kegiatan bernama Windownesia. Program ini merupakan inisiatif kolaborasi yang digagas BUMN ritel kebanggaan Indonesia, Sarinah, dengan Dufry International AG yang merupakan operator toko bebas bea terbesar di dunia.

Program Windownesia ini telah diluncurkan kali pertama pada 11 Oktober 2023 di Perth, Australia. Hadirnya inisiatif kolaborasi ini untuk memberikan wadah khusus dalam memamerkan dan memasarkan produk-produk Indonesia pada beragam kanal distribusi Dufry.

Dalam perspektif nation branding, Windownesia ini sesungguhnya bisa menjadi jendela dunia kepada Indonesia untuk memperkuat reputasi dan citranya. Artinya, program Windownesia bisa diterjemahkan lebih luas sebagai ikhtiar dalam mengelola semua potensi yang dimiliki Indonesia untuk dapat menarik warga mancanegara, khususnya yang ada di Australia, untuk mengenal lebih dalam Indonesia.

Di sinilah menjadi penting orkestrasi Windownesia dilakukan oleh seorang diplomat. Untuk dapat mengoptimalkan Windownesia sebagai jendela Indonesia buat dunia menjadi lebar maka diperlukan pengetahuan dan jejaring dari seorang diplomat.

Inisiasi program BUMN ini harus mampu menjadi etalase dalam nation branding. Sebagai etalase maka diperlukan seorang marketing yang dapat memahami komunikasi dan kebutuhan dari warga mancanegara untuk menaruhkan hatinya kepada Indonesia.

Untuk membuat proses marketing dapat berjalan secara efektif maka pilihan kolaborasi dengan para diaspora Indonesia menjadi solusi yang baik. Diaspora ini merupakan istilah yang merujuk pada orang Indonesia yang menjadi perantau di negara asing.

Para diaspora ini tentunya sudah memahami kultur dan perilaku dari setiap warga negara di mana mereka tinggal. Optimalisasi kolaborasi dengan para anak-anak muda diaspora menjadi pilihan yang akan membuat nation branding bisa dijalankan secara sustain.

Alasan lainnya melibatkan kaum muda diaspora adalah mereka ini umumnya tergolong orang-orang produktif yang masih memiliki keinginan besar untuk berpetualang dan mengenal negara-negara yang memiliki daya pikat unik dan menarik.

Selain kolaborasi dengan para diaspora, orkestrasi nation branding yang dilakukan oleh diplomat dapat juga membawa anak-anak Indonesia kreatif untuk memperkenalkan Indonesia lewat ketrampilannya. Usaha semacam ini sebenarnya sudah cukup banyak dilakukan, misalnya saja dengan memfasilitasi para musisi Indonesia untuk memperkaya genre world music maupun jazz dunia dengan keunikan karya tradisional Indonesia.

Nation branding tentunya tidak hanya bertumpu pada orkestrasi diplomat di luar negeri. Di dalam negeri, event-event yang bersifat unik bisa menjadi daya pikat untuk memperkenalkan Indonesia ke warga dunia. Kegiatan semacam jazz gunung yang digelar di Gunung Bromo, Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) di Yogyakarta, Jember Fashion Carnaval hingga kegiatan bersepeda Tour d'Singkarak di Sumatra Barat, harus lebih diperkuat lagi gaungnya.

Untuk memperkuatnya bisa dilakukan banyak cara. Salahnya adalah menghadirkan public figure global yang memiliki ketertarikannya kepada Indonesia. Ketertarikan aktor Hollywood Will Smith kepada destinasi wisata Lembah Purba di Sukabumi, misalnya, harusnya bisa ditangkap sebagai aktivitas nation branding Indonesia ke pentas global.

Tentunya untuk membuat nation branding itu dapat berjalan optimal, diperlukan adanya sinergi dari semua pihak. Tak lupa juga bagaimana upgrading diri untuk menjadi tuan rumah yang ramah dalam menyambut datangnya para tamu mancanegara serta menyiapkan konektivitas transportasi ke setiap destinasi di Indonesia. Inilah yang dibutuhkan oleh Indonesia untuk menjadikannya sebagai rumah bagi warga penduduk dunia.


(miq/miq)

Tags

Related Opinion
Recommendation