Terus Menyala Garuda, Kepakkan Sayap Menuju Piala Dunia!

Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNBCIndonesia.com
Beberapa waktu lalu, publik dihebohkan dengan kunjungan CEO Apple Tim Cook ke Indonesia yang diterima secara langsung oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo di Istana Kepresidenan Jakarta, 17 April 2024. Dalam pertemuan tersebut, mereka membicarakan rencana strategis Apple di Indonesia dan juga bagaimana Indonesia bisa menjadi bagian dari rantai pasok global.
Jokowi juga mendorong Apple untuk membangun pabrik manufaktur di Indonesia. Hal itu disambut baik oleh Cook dan menilai Indonesia sebagai pasar yang penting dengan potensi investasi yang menjanjikan. Ini merupakan sinyal bahwa ada kesempatan berharga untuk mendorong pengembangan industri semikonduktor di tanah air.
Indonesia, negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki sumber daya silika, bauksit, tembaga, timah, dan perak, yang melimpah untuk mengembangkan industri semikonduktor.
Potensi Industri Semikonduktor Indonesia
Berdasarkan kajian hilirisasi strategis Kementerian Investasi/BKPM, Indonesia memiliki cadangan silika total 332 juta ton serta angka produksi mencapai 3,5 juta ton per tahun, atau 0,9% dari total produksi dunia. Dengan angka cadangan dan produksi tersebut, Indonesia menempati posisi ke-18 pada tahun 2022, sementara Amerika Serikat menempati posisi pertama dalam produksi silika (97 juta ton) dan China menempati posisi kedua (88 juta ton).
Mengenai komoditas timah, Indonesia menduduki peringkat kedua di dunia baik dalam cadangan maupun produksi logam timah, dengan produksi 77.000 ton pada tahun 2019 dan 53.000 ton pada tahun 2020. Cadangan bijih timah terkonsentrasi di Kepulauan Bangka Belitung dengan 496 lokasi, Kepulauan Riau dengan 25 lokasi, dan Kalimantan Barat dengan 8 lokasi, total cadangan logam timah mencapai 2.165.905 ton.
Mengenal struktur Industri Semikonduktor
![]() |
Produk hilir pasir silika, yakni silikon, berfungsi sebagai bahan dasar utama fabrikasi wafer silikon untuk semikonduktor. Sifat semikonduktor murni silikon, memungkinkan kontrol aliran elektron yang presisi, yang sangat penting untuk fungsi chip.
Aluminium digunakan dalam lapisan interkoneksi chip, yang berfungsi untuk menghubungkan komponen-komponen di dalamnya. Karena sifat konduktivitas tembaga yang sangat baik, dalam hal ini tembaga juga dapat digunakan untuk menggantikan aluminium dengan transfer sinyal yang lebih cepat dan efisien. Sementara itu, solder yang diproduksi melalui bahan baku timah, digunakan untuk menyambungkan chip ke substrat ataupun papan sirkuit, serta untuk pengemasan chip.
Logam perak memiliki konduktivitas listrik dan termal yang sangat tinggi sehingga digunakan dalam pasta konduktif dan lapisan kontak dalam chip, memastikan koneksi listrik yang andal. Ketersediaan sumber daya mineral ini secara domestik seharusnya dapat memberikan keuntungan strategis bagi Indonesia dalam mengembangkan industri semikonduktor yang kuat dan mandiri.
Industri Semikonduktor di Indonesia
Saat ini, Indonesia baru memiliki industri yang mengembangkan desain dan teknologi inti untuk chip semikonduktor (Chip Intellectual Property (IP) Cores). Namun selebihnya Indonesia belum memiliki industri perangkat lunak yang digunakan untuk merancang dan mensimulasikan chip (Electronic Design Automation (EDA) Tools).
Pun peralatan yang digunakan untuk memproduksi wafer semikonduktor (Wafer Fabrication Equipment (WFE)), termasuk perusahaan yang merancang sekaligus memasarkan tetapi mengalihkan proses produksi kepada perusahaan lain (perusahaan "fabless" chip).
Meskipun demikian, Indonesia telah mampu memproduksi wafer silikon yang telah dipoles dan siap untuk digunakan dalam produksi chip (wafer polished). Selain itu, Indonesia juga memiliki perusahaan yang memproduksi chip semikonduktor mereka sendiri dalam satu fasilitas terintegrasi (industri Integrated Device Manufacturers (IDMs)).
Pada tahun 2022, pemerintah RI telah mengupayakan pembangunan fasilitas chip design dan pabrik polysilicon di Jawa Tengah, dengan kapasitas 40 ribu ton. Walaupun pada tahap awal fasilitas ini akan difokuskan untuk menyuplai kebutuhan solar cell, pemerintah RI, dalam hal ini Kemenperin, berkomitmen agar ke depannya fasilitas ini dapat difokuskan untuk industri semikonduktor.
Plt. Direktur Jenderal Industri Kimia Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kementerian Perindustrian, Ignatius Warsito, menyebutkan Investasi untuk industri hulu seperti Metallurgical Grade Silicon (MG-Si) dengan kapasitas 32 ribu metrik ton per tahun membutuhkan sekitar USD 300 juta, manufaktur polysilicon dengan kapasitas 6.500 metrik ton per tahun membutuhkan sekitar USD 373 juta, serta ingot monocrystalline dan wafer silicon membutuhkan USD 85 juta.
Dapat disimpulkan baik di hulu dan di hilir, industri semikonduktor di Indonesia harus meminimalisasi risiko kerugian materiil dan lingkungan. Oleh karena itu, investasi dan kemitraan asing dapat menjadi alternatif untuk meminimalisir resiko tersebut, mengingat keterbatasan teknologi dan sumber daya manusia di dalam negeri masih menjadi hambatan pengembangan industri semikonduktor yang mandiri.
Langkah-langkah Strategis
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah mendorong peluang investasi melalui promosi insentif fiskal dengan perusahaan pelopor di bidang manufaktur polysilicon untuk membangun pabrik polysilicon di Indonesia. Seperti halnya Malaysia yang berhasil menarik minat OCI Company Ltd., salah satu perusahaan multinasional asal Korea Selatan di Malaysia memproduksi sekitar 35,000 metrik ton polysilicon.
OCI juga berkomitmen untuk menambah penanaman modal sebesar USD 617,9 juta untuk meningkatkan kapasitas produksi ke 56,600 metrik ton dan memanfaatkan insentif pemerintah Malaysia yang membebaskan pajak perusahaan bagi perusahaan asing yang membangun pabrik baru selama 10 tahun dan dapat diperpanjang apabila perusahaan tersebut berinvestasi untuk menambah kapasitas.
Jika dibandingkan, sebetulnya Insentif fiskal yang ditawarkan pemerintah Indonesia tidak kalah menggairahkan dibanding Special Tax Incentive yang ditawarkan oleh Malaysia di mata investor dunia. Sebagai pendukung dari insentif fiskal tersebut, Pemerintah Indonesia dapat mengambil langkah intensifikasi promosi investasi untuk sektor prioritas hilir silika.
Intensifikasi upaya promosi investasi dapat dilakukan melalui penyelenggaraan Investment Forum, Business Matchmaking, ataupun fasilitas site visit untuk investor di sektor prioritas semikonduktor. Permintaan pasar polysilicon terus meningkat, menurut Grand View Research (2022) permintaan pasar global untuk polysilicon diperkirakan akan tumbuh dengan laju pertumbuhan majemuk tahunan sebesar 16,0% dari tahun 2024 hingga 2030.
Di sisi hilir, diperlukan skema pembiayaan investasi hilirisasi pada ekosistem semikonduktor dengan melibatkan institusi pembiayaan/keuangan nasional yang mampu mengakselerasi tumbuhnya industri hilir dalam ekosistem semikonduktor.
Pemerintah dapat mendorong dukungan pendanaan bagi investasi sektor hilir prioritas melalui skema peminjaman dari HIMBARA dan bank swasta kepada investor sektor hilir prioritas silika, serta mendorong equity financing.
Langkah ini dapat menjadi stimulus bagi percepatan investasi di industri semikonduktor yang merupakan industri strategis dan berpengaruh besar pada geopolitik. Selain itu, penguasaan teknologi semikonduktor mutlak diperlukan untuk mencapai pilar penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi Visi Indonesia Emas 2045.
Indonesia juga dapat mengambil langkah untuk akuisisi lisensi/paten teknologi untuk pertumbuhan industri semikonduktor, semisal lisensi/paten untuk desain chip semikonduktor. Kemudian melakukan pengembangan/modifikasi desain chip semikonduktor menggunakan basis lisensi/paten yang telah diakuisisi.
Perencanaan dan pengawasan yang matang melalui koordinasi kementerian/lembaga terkait terutama Kementerian Perindustrian, Kementerian ESDM, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dan BRIN juga menjadi pokok utama dalam upaya pemerintah mendorong pengembangan sektor industri semikonduktor yang berkelanjutan.
Indonesia sedang berada dalam momentum yang tepat untuk mengembangkan industri semikonduktor. Dengan cadangan sumber daya alam yang melimpah, dukungan pemerintah yang kuat, serta minat permintaan pasar global yang tinggi, Indonesia berpotensi menjadi pemain kunci dalam rantai pasok semikonduktor dunia.
Namun, diperlukan perencanaan matang, kemitraan strategis, serta skema pembiayaan yang inovatif untuk mewujudkan ambisi ini. Dengan penuh optimisme, industri semikonduktor tidak hanya akan mengakselerasi pertumbuhan ekonomi, tetapi juga memperkuat posisi geopolitik Indonesia di kancah global dan lebih dekat dalam perwujudan Visi Indonesia Emas 2045.