Herbal Indonesia Sebagai Antiobesitas

Prof Dr. drh. Hasim, DEA., CNBC Indonesia
28 June 2024 18:00
Prof Dr. drh. Hasim, DEA.
Prof Dr. drh. Hasim, DEA.
Prof. Dr. drh. Hasim, DEA. merupakan Guru Besar FMIPA-IPB University sekaligus Ketua Program Studi Magister dan Doktoral Biokimia. Lulus dari Fakultas Kedokteran Hewan IPB kemudian melanjutkan S2 dan S3 di Institut Nationale Polytechnique de Toulouse, Pera.. Selengkapnya
Ilustrasi obesitas (Istimewa)
Foto: Ilustrasi obesitas (Istimewa)

Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNBCIndonesia.com

Obesitas merupakan masalah kesehatan umum yang terjadi pada semua kelompok umur di seluruh dunia. Obesitas biasanya disebabkan oleh asupan makanan berkalori tinggi yang tidak seimbang, kurangnya aktivitas fisik dan energi yang dikeluarkan.

Menurut WHO tahun 2017, obesitas merupakan masalah epidemi yang menyebabkan lebih dari 9 juta orang meninggal karena obesitas setiap tahunnya. Hasil penelitian Hasani-Ranjbar tahun 2013, menyatakan penyakit ini dapat menyebabkan peningkatan signifikan pada mortalitas dan morbiditas yang berhubungan dengan penyakit jantung koroner, diabetes tipe 2, sindrom metabolik, stroke dan kanker.

Obesitas adalah suatu kondisi yang ditandai dengan penumpukan lemak berlebihan di jaringan adiposa. Kondisi ini disebabkan oleh ketidakseimbangan antara asupan makanan dan pengeluaran energi. Chooi dan Magkos, 2018 mengungkapkan kelebihan energi disimpan pada jaringan adiposa dalam bentuk trigliserida apabila jumlahnya terus bertambah akan mengganggu kesehatan.

WHO (2018) menyatakan umumnya status obesitas diklasifikasikan berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) atau body mass index (BMI) ≥ 30 kg/m2. Silakan dicek berapa BMI atau IMT dari kita, apakah kita sudah termasuk mengalami obesitas atau belum.

Caranya untuk mengetahui BMI kita? Timbanglah berapa berat badan kita lalu ukur juga tinggi badan kita dalam satuan meter. Misalnya tingginya 150 cm dibuat menjadi 1,5 meter. BMI diketahui dari berat badan kita dalam kg dibagi dengan tinggi badan kita dalam meter dan dikuadratkan. Salah satu contoh, seseorang dengan berat badan 70kg dan tinggi badan 1,5 meter, maka BMI nya adalah 31.1, termasuk sudah obesitas karena sudah lebih dari 30.

Tren Obesitas di Indonesia
Data epidemiologi menunjukkan bahwa prevalensi obesitas meningkat di seluruh dunia. Pada tahun 2021 WHO mengemukakan obesitas meningkat hampir tiga kali lipat dari tahun 1975 hingga 2016. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, angka obesitas nasional sekitar 21,8% berdasarkan nilai indeks massa tubuh.

Riskesdas juga menunjukkan bahwa proporsi penduduk yang tidak aktif secara fisik sangat tinggi. Data menunjukkan angka obesitas pada orang dewasa di Indonesia meningkat dari 14,8% pada tahun 2013 menjadi 21,8%. Prevalensi obesitas lebih tinggi pada wanita (29,3%) dibandingkan pria (14,5%). Prevalensi obesitas sentral pada penduduk usia di ≥15 tahun saat ini 31%, dan prevalensinya lebih tinggi pada perempuan (46,7%) dibandingkan laki-laki (15,7%).

Proporsi penduduk dewasa Indonesia yang mengalami obesitas dengan BMI >27 masing-masing mencapai 10,5%, 14,8%, dan 21,8% pada tahun 2007, 2013, dan 2018, sedangkan rata-rata proporsi penduduk obesitas sebesar 21,8%. Secara spesifik persentase tertinggi terdapat di Sulawesi Utara (30,2%) dan terendah di Nusa Tenggara Timur (10,3%) berdasarkan data dari Kemenkes RI tahun 2018.

Faktor Penyebab Obesitas
William (2015) menyatakan obesitas sebagai penyakit kompleks dapat disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor diantaranya faktor genetik, lingkungan, perilaku, sosial dan ekonomi. Menurut Nicolaids (2019) selain faktor genetik, gaya hidup manusia dengan aktivitas fisik yang sedikit dan pola makan yang buruk diduga merangsang patogenesis obesitas.

Koliaki (2018) mengemukakan obesitas juga berkontribusi terhadap penyakit lainnya, termasuk berkembangnya berbagai penyakit degeneratif seperti diabetes tipe 2, penyakit arteri koroner, penyakit kardiovaskular, berbagai jenis kanker, dan masalah kesehatan lainnya, yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas.

Penyebab utama obesitas adalah ketidakseimbangan antara asupan dan energi yang dikeluarkan. Menurut Park (2006) pasien yang mengalami obesitas memiliki perkembangan resistensi insulin lebih tinggi, yang ditandai dengan berkurangnya kemampuan insulin dalam menghambat pelepasan glukosa dari hati dan penyerapan glukosa ke jaringan adiposa dan otot.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Xin (2023) bahwa obesitas mungkin merupakan faktor risiko diabetes. Penelitian Abdulhadi dan Al-Mousa (2021) menyatakan obesitas bertanggung jawab atas 80-85% perkembangan diabetes tipe 2. Angka kejadian obesitas yang sangat tinggi dan kontribusinya semakin meningkat terhadap perkembangan penyakit degeneratif khususnya diabetes, maka diperlukan upaya untuk mencegah, mengobati, dan mengelola obesitas.

Bagaimana menangani diabetes?
Mengingat tingginya kasus obesitas yang terjadi saat ini, maka perlu dilakukan penanganan obesitas dengan pendekatan terapeutik dan medis. Pencegahan dan pengobatan obesitas penting bagi sistem kesehatan untuk mengurangi prevalensi obesitas dan kelebihan berat badan serta komplikasi yang terkait.

Penggunaan obat-obatan sintetik mempunyai efek samping bagi penderitanya, namun obat-obatan tersebut masih banyak digunakan di Indonesia. Penelitian Hasim (2020) menyatakan bahwa efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan obat sintetik antara lain asidosis laktat, anoreksia, detak jantung lambat, sakit kepala, nyeri otot, dan hipoglikemia.

Permasalahan ini dapat diatasi dengan menggunakan pengobatan alternatif yang relatif aman, ekonomis, dan tidak menimbulkan efek samping, termasuk penggunaan bahan alami seperti herbal. Hasil penelitian Hasim (2023) dengan menggunakan metode metaanalisis menunjukkan 10 tanaman herbal Indonesia yang berpotensi sebagai anti obesitas diantaranya, daun kelor (Moringa oleifera), daun kemangi (Ocimum basilicum), dan daun asam jawa (Tamarindus indica).

Kemudian buah asam gelugur (Garcinia atroviridis), rimpang lengkuas (Alpinia galanga), rimpang kencur (Kaempferia galanga), daun kumis kucing (Orthosipon aristatus), daun jambu biji (Psidium guajava), serai wangi (Cymbopogon nardus), dan kayu secang (Caesalpinia sappan). Perlu penelitian lebih lanjut untuk melihat perkembangan terbaru mengenai efek yang dihasilkan dari 10 tanaman herbal tersebut terhadap obesitas.


(miq/miq)

Tags

Related Opinion
Recommendation