Terbongkar! Proposal Damai Rusia-Ukraina versi Trump Ternyata Nyontek
Jakarta, CNBC Indonesia - Rencana perdamaian 28 poin yang didukung AS untuk mengakhiri perang di Ukraina, yang menjadi perhatian publik pekan lalu, ternyata sebagian besar bersumber dari dokumen yang disusun oleh Rusia dan diserahkan kepada pemerintahan Trump pada Oktober. Konfirmasi ini menjadi pengakuan pertama bahwa dokumen nonresmi tersebut adalah masukan kunci dalam merumuskan proposal perdamaian AS.
Sumber yang mengetahui masalah tersebut mengungkapkan bahwa Rusia membagikan dokumen tersebut, yang menguraikan syarat-syarat Moskow untuk mengakhiri perang, kepada para pejabat senior AS pada pertengahan Oktober.
"Isi dokumen tersebut mencerminkan tuntutan yang sebelumnya diajukan Rusia di meja perundingan, termasuk konsesi yang secara konsisten ditolak oleh Ukraina, seperti menyerahkan sebagian besar wilayahnya di Timur," tulis Reutersmengutip sumber itu, Rabu (26/11/2025).
Keputusan pemerintahan Trump untuk sangat mengandalkan dokumen Rusia itu memicu skeptisisme di antara para pejabat dan anggota parlemen AS. Banyak yang menilai rencana tersebut sebagai daftar keinginan Rusia, bukan proposal serius. Beberapa pejabat senior AS, termasuk Menteri Luar Negeri Marco Rubio, percaya tuntutan yang diajukan oleh Moskow kemungkinan besar akan ditolak mentah-mentah oleh pihak Ukraina.
Pembentukan rencana perdamaian ini dilakukan melalui jalur yang tidak biasa. Rencana tersebut disusun, setidaknya sebagian, selama pertemuan antara menantu Trump, Jared Kushner, utusan khusus Steve Witkoff, dan Kirill Dmitriev, kepala salah satu dana kekayaan kedaulatan Rusia, di Miami bulan lalu. Hanya sedikit pejabat di Departemen Luar Negeri dan Gedung Putih yang diinformasikan mengenai pertemuan rahasia tersebut.
Setelah rencana awal ini dilaporkan, proposal tersebut memicu reaksi balik global dan pengerahan diplomasi di tiga benua. Rencana awal telah mengalami perubahan signifikan, di mana sembilan dari 28 poin asli telah dipotong menyusul pembicaraan antara pejabat senior AS, Eropa, dan Ukraina.
AS juga dilaporkan memberi tekanan pada Ukraina, bahkan memperingatkan akan membatasi bantuan militernya jika Ukraina tidak menandatangani.
Presiden Trump, di tengah optimisme atas kemajuan rencana tersebut, mengumumkan tindakan diplomatik terbarunya yakni mengirimkan utusan-utusan untuk bertemu pemimpin Ukraina dan Rusia.
"Dalam harapan untuk menyelesaikan Rencana Perdamaian ini, saya telah mengarahkan Utusan Khusus saya Steve Witkoff untuk bertemu dengan Presiden Putin di Moskow dan, pada saat yang sama, Menteri Angkatan Darat Dan Driscoll akan bertemu dengan pihak Ukraina," tulis Trump.
Meskipun pejabat Ukraina kini mendukung kerangka perdamaian yang telah dimodifikasi, mereka menekankan bahwa konsesi teritorial tetap menjadi isu paling sensitif yang harus diselesaikan pada pertemuan puncak antara Zelensky dan Trump.
[Gambas:Video CNBC]