Di Balik Cahaya Terang dari Bumi Indonesia Timur

Verda Nano Setiawan,  CNBC Indonesia
31 October 2025 17:20
Suasana di Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Tonsealama di Tondano Utara, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara (30/10/2025). Adapun, PLTA Tonsealama merupakan salah satu PLTA tertua di Indonesia. (CNBC Indonesia/Verda Nano Setiawan)
Foto: Suasana di Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Tonsealama di Tondano Utara, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara (30/10/2025). Adapun, PLTA Tonsealama merupakan salah satu PLTA tertua di Indonesia. (CNBC Indonesia/Verda Nano Setiawan)

Minahasa, CNBC Indonesia - Gemericik air terjun mulai terdengar ketika langkah kaki menuruni jalanan beraspal yang penuh batu dan kerikil. Di balik pepohonan, tampak dari kejauhan bangunan tua yang masih berdiri kokoh.

Bangunan tua tersebut menjadi saksi, di mana listrik pertama kali menerangi bumi Minahasa. Ya, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Tonsealama yang terletak di Tondano Utara, Kabupaten Minahasa, menjadi Pembangkit Listrik Tertua di Sulawesi.

Perjalanan menuju PLTA Tonsealama memang tak terlalu jauh dari jalan utama, namun perjalanannya hanya bisa dilanjutkan dengan berjalan kaki. Sebab, mobil maupun motor harus diparkir di atas karena jembatan utama menuju PLTA Tonsealama sedang dalam masa perbaikan.

Untungnya, terdapat sebuah jembatan kayu sempit yang menjadi satu-satunya penghubung. Sesampainya di gedung tua itu, ornamen khas bangunan kolonial Belanda cukup kental.

Dari sinilah aliran air dari Danau Tondano diubah menjadi tenaga listrik yang menghidupi wilayah Sulawesi Utara dan Gorontalo. Adapun, PLTA Tonsealama dibangun pada 1912 dan mulai beroperasi pada 1923.

Assistant Manager Operasi PLN NP UP Minahasa Oudy Rumbajan menjelaskan bahwa saat ini PLTA Tonsealama mengandalkan tiga unit yakni Unit 1 berkapasitas 4 Mega Watt (MW), Unit 2 sebesar 4,5 MW, dan Unit 3 sekitar 4,3 MW.

"Untuk PLTA Tonsealama itu sendiri, unit 1 itu kapasitasnya 4 MW. Kemudian unit 2 itu 4,5 MW dan unit 3 itu 4,3 MW. Kemudian untuk kelistrikan di Sulawesi Utara, Tengah, dan Gorontalo itu interkoneksi," ujarnya saat ditemui di PLTA Tonsealama, Kamis (30/10/2025).

Oudy mengatakan bahwa PLTA Tonsealama merupakan salah satu Pembangkit Listrik Tenaga Air tertua di Indonesia, selain PLTA Bengkok di Bandung.

Hal ini menjadikan para operator merasa bangga karena masih dapat memproduksi listrik melalui PLTA tertua di Indonesia. Adapun, dalam proses pemeliharaan, beberapa peralatan telah diganti namun sebagian lainnya tetap dipertahankan karena masih berfungsi.

Menurut dia, untuk peralatan yang sudah benar-benar tidak bisa digunakan lagi, pihaknya menggantinya dengan komponen yang serupa dengan peralatan lama. Setidaknya, cukup banyak peralatan di turbin, generator, dan auxiliary yang telah diganti agar operasional pembangkit tetap optimal.

Di sisi lain, Oudy menjelaskan untuk menjaga kelancaran dan kesinambungan operasi PLTA, pihaknya bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat, khususnya Pemda Minahasa.

Selain itu, pihaknya juga berkoordinasi dengan Balai Wilayah Sungai (BWS) yang memiliki kewenangan di wilayah sungai, danau, maupun laut. Adapun, pada minggu sebelumnya, pihaknya bersama TNI juga telah melakukan kegiatan pengerukan guna mengurangi sedimentasi di bagian hulu hingga hilir.

"Dan juga mungkin butuh dukungan juga dari Pemda setempat agar supaya mensosialisasikan agar supaya ini sampah-sampah tidak dibuang ke das tersebut ataupun ke danau-danau. Seperti itu," ujarnya.

Upaya Memerdekakan RI dari Kegelapan

Komitmen pemerintah untuk memperluas penggunaan energi bersih memang tidak berlangsung secepat laju kereta cepat, namun langkahnya nyata dan konsisten. Yang terpenting, tekad pemerintah untuk menerangi seluruh pelosok negeri tetap menjadi prioritas utama.

Sehari sebelum menengok PLTA Tonsealama, warga desa Desa Wolaang, Kecamatan Langowan Timur, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara nampak gembira. Sebab, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia meresmikan sejumlah proyek strategis ketenagalistrikan yang dilaksanakan secara terpusat di wilayah tersebut.

Adapun proyek yang diresmikan meliputi tiga agenda utama. Salah satunya adalah Program Bantuan Pemasangan Baru Listrik (BPBL) di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara.

Menurut Bahlil, pada 2025 ini, bantuan listrik baru di Kabupaten Minahasa telah menjangkau sekitar lebih dari 100 rumah tangga. Meski belum begitu besar, hal ini cukup penting untuk memperluas akses listrik ke masyarakat.

Ia pun mengakui bahwa masih terdapat 11 desa di Sulawesi Utara yang belum mendapatkan akses listrik. Sebagian di antaranya berada di wilayah perbatasan laut dengan Filipina.

"Masih ada sekitar 11 atau 12 desa di Sulawesi Utara yang belum ada listriknya. Saya mau semuanya selesai tahun 2026. Desember harus sudah selesai," ungkap Bahlil dalam acara peresmian di Minahasa, Sulawesi Utara, Rabu (29/10/2025).

Pernyataan Bahlil tersebut bukan sekadar uraian teknis, melainkan seruan tentang nasionalisme yang tumbuh dari kesetiaan di wilayah perbatasan. Menurut dia, jangan sampai daerah-daerah yang berbatasan dengan negara lain merasa tidak diperhatikan.

Ia menuturkan bahwa Indonesia telah merdeka selama 80 tahun, namun hingga kini masih terdapat sekitar 5.700 desa dan 4.400 dusun yang belum teraliri listrik.

Menurut Bahlil, salah satu program Asta Cita Presiden Prabowo adalah mewujudkan kedaulatan energi sekaligus mempercepat transisi energi bersih. Di dalamnya tercakup pula pemerataan elektrifikasi hingga ke pelosok negeri.

"Video-video tadi memperlihatkan dan mengingatkan saya pada masa lalu. Saya kebetulan lahir di kampung juga. Lahir di kampung yang tidak ada listrik. Pakai lampu pelita," kata Bahlil.

Ia kemudian mengenang masa kecilnya di kampung yang dulu belum teraliri listrik hingga ia duduk di bangku kelas enam sekolah dasar. Menurutnya, program listrik desa bukan sekadar proyek infrastruktur, melainkan panggilan Ibu Pertiwi untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Oleh karena itu, Bahlil menegaskan agar Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE), Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan (Ditjen Gatrik), dan PT PLN (Persero) memprioritaskan pembangunan listrik di wilayah 3T.

"Maka dalam momen kesempatan yang berbahagia ini saya meminta kepada Dirjen EBTKE dan Dirjen Listrik dan PLN. Anggarannya sudah ada. Saya minta prioritaskan semua daerah-daerah 3T. Selesaikan dulu," kata Bahlil.

Termasuk di Provinsi Sulawesi Utara, tepatnya di wilayah perbatasan desa dengan Filipina. Di daerah tersebut sudah terdapat Puskesmas, cold storage, serta aktivitas nelayan. Namun, fasilitas cold storage tidak dapat berfungsi karena belum tersambung listrik.

"Tahun depan saya datang ke sini untuk meresmikan itu desa yang tidak ada listrik. Harus semua dinyalakan. Ada kurang lebih sekitar 11 atau 12 desa di Sulawesi Utara yang belum ada listriknya," ujar Bahlil.

Karena itu, ia pun menargetkan seluruh desa tanpa listrik di Sulawesi Utara sekitar 11 hingga 12 desa sudah berlistrik pada Desember 2026.

"Tahun depan saya datang ke sini untuk meresmikan itu desa yang tidak ada listrik. Harus semua dinyalakan. Ada kurang lebih sekitar 11 atau 12 desa di Sulawesi Utara yang belum ada listriknya," ujar Bahlil.

Selain itu, Bahlil juga menyoroti masih banyaknya daerah di Maluku hingga Papua yang perlu segera ditangani terkait elektrifikasi. Terlebih elektrifikasi juga menyangkut mengenai kedaulatan negara.

"Kita harus ingatkan semua. Jadi ini tidak hanya daerah-daerah tentang listrik, tapi tentang kedaulatan negara. Di Papua itu perbatasan dengan Papua Nugini. Hal-hal seperti ini yang kita harus lakukan," ujarnya.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, hingga Semester I 2025, rasio elektrifikasi nasional mencapai 98,53%. Artinya, hampir seluruh rumah tangga di Indonesia telah menikmati listrik, meskipun masih ada sekitar 1,47% rumah tangga yang belum berlistrik, terutama di wilayah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T).

Sementara itu, khusus di Provinsi Sulawesi Utara, rasio elektrifikasi hingga akhir Semester I tahun 2025 telah mencapai 99,40%, dengan hanya 0,60% rumah tangga yang belum menikmati listrik. Adapun Provinsi Papua Barat dan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) masing-masing mencatat rasio elektrifikasi sebesar 89,80% dan 89,22%.

Program Bantuan Pasang Baru Listrik (BPBL) adalah salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan rasio elektrifikasi dan memperluas akses listrik bagi masyarakat.

Kebijakan ini telah berjalan sejak 2022 dan terus berlanjut. Hingga tahun 2024 lalu, program BPBL telah menyambungkan listrik ke 155.429 rumah tangga di seluruh Indonesia dan pada 2025 ditargetkan untuk 215.000 rumah tangga.

Salah satu penerima bantuan BPBL, Yoli Walangitan, warga Desa Tounelet, Kabupaten Minahasa, mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada pemerintah dan PLN. Ia berharap program BPBL dapat terus berlanjut agar seluruh desa di Indonesia dapat merasakan manfaat listrik yang sama.

"Harapan kami supaya program ini boleh dilanjutkan ke desa-desa yang lain, yang masih membutuhkan," tutur Yoli.

Selain peresmian Program Bantuan Pemasangan Baru Listrik (BPBL) di Minahasa, Bahlil juga meresmikan dua proyek strategis di bidang ketenagalistrikan. Diantaranya yakni Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Wairara dengan kapasitas terpasang 1 x 128 kilo Watt (kW) di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).

PLTMH Wairara mampu melistriki hingga 105 rumah tangga, sekolah, Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), kantor-kantor Pemerintah setempat, Gereja, dan berbagai fasilitas masyarakat lainnya. PLTMH ini memiliki kapasitas 1x128 kW, telah commissioning dan beroperasi melayani akses kelistrikan masyarakat di Desa Wairara sejak bulan November 2022.

Berikutnya yakni peresmian PLTMH Anggi Tahap I berkapasitas 1 x 150 kW serta groundbreaking PLTMH Anggi Tahap II sebesar 2 x 250 kW di Kabupaten Pegunungan Arfak, Papua Barat.

Adapun, untuk groundbreaking PLTMH Anggi Tahap II, Bahlil meminta agar seluruh potensi arus sungai yang ada dapat dioptimalkan. Dengan begitu, kapasitas yang sebelumnya hanya 250 kW bisa dinaikkan menjadi 1 Mega Watt (MW).

"Ibu Eniya, coba dengarkan suara saya baik-baik, kasih tahu Pak Bupati, tadi ibu laporkan 500 kW. Saya minta kalau memang itu sungainya 1 MW, segera programkan dinaikkan dari 500 kW menjadi 1 MW. Kita bangun jangan tanggung-tanggung. Harus sekaligus," ucap Bahlil melalui panggilan video.

Rasa syukur juga disampaikan oleh Jemmy Yahindo, warga Kampung Uper, Distrik Anggi, Kabupaten Pegunungan Arfak, Papua Barat. Ia bercerita bahwa sebelum adanya listrik, dirinya biasa belajar hanya dengan penerangan seadanya dari lampu minyak.

Jemmy mengungkapkan rasa syukurnya kepada karena kini kehidupannya telah jauh berubah. Menurutnya dengan hadirnya PLTMH, warga di kampungnya akhirnya dapat menikmati listrik.

Ia lantas mengenang masa di sekolah dulu ketika dari kelas satu hingga kelas tiga SMP masih belajar menggunakan lampu minyak.

"Tapi saya bersyukur saya selesai dari perguruan tinggi, kita sudah datang ke Kabupaten Pegunungan Arfak dan kami sudah menikmati listrik. Dan kami juga sudah bersaing dengan kabupaten lain," ujar Jemmy.

Sebagaimana diketahui, dalam peresmian serentak ini, Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung mewakili Kementerian ESDM di PLTMH Wairara, NTT, sedangkan Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Eniya Listiani Dewi menghadiri kegiatan di Distrik Anggi, Papua Barat untuk proyek PLTMH Anggi.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bahlil Usulkan Subsidi Listrik Tahun Depan Naik Hingga Rp104,9 Triliun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular