Bos BKPM Ramal Perdagangan RI dan Eropa Bisa Tembus US$60 Juta di 2030
Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani bersama Delegasi Uni Eropa (EU) meresmikan EU Investment Desk. Kerja sama ini untuk memperkuat dan mengakselerasi aliran investasi dari Uni Eropa ke Indonesia.
Menurutnya, inisiatif ini diluncurkan pada momen yang krusial, seiring dengan selesainya proses negosiasi Comprehensive Economic Partnership Agreement/CEPA (Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif) EU-Indonesia, di mana kedua belah pihak berupaya untuk mentransformasi kemitraan menjadi dampak ekonomi yang konkret.
"Karena kita percaya dengan kuat bahwa EU adalah partner yang sangat penting bagi kita, terutama setelah kita menyelesaikan EU CEPA, saya mengikuti Presiden ketika kita pergi ke Brussel beberapa bulan lalu untuk menyelesaikan EU CEPA, dan pasti itu akan memperkuat kolaborasi dan juga kooperasi antara Indonesia dan Eropa," ujarnya di gedung BKPM Jakarta, Selasa (30/9/2025).
Rosan mengungkapkan, saat ini total nilai perdagangan antara Indonesia dan Eropa sekitar US$ 31 juta. Harapannya dari target kerja sama dua negara ini akan mengembalikan nilai perdagangan antara Indonesia dan Eropa menjadi US$ 60 juta pada tahun 2030.
"Jadi 5 tahun dari sekarang. Apakah itu target agresif? Tidak menurut saya, karena melihat potensi, dengan total populasi Eropa sekitar 450 juta orang, Indonesia sekitar 285 juta orang, jadi ada banyak potensi yang bisa kita jelajahi bersama-sama, terutama ketika kita memiliki EU CEPA ini, yang harapnya akan berkesan pada bulan Januari 2027," ungkapnya.
Selain itu, lanjutnya, optimisme capaian target nilai perdagangan dari kerja sama kedua negara tersebut tercermin dari potensi sejumlah sektor. Misalnya saja sektor energi seiring dengan rencana kelistrikan melalui PT. PLN (Persero) untuk lima tahun ke depan.
"76% energi baru Indonesia akan datang dari energi, terutama dari solar, geotermal, hidro, dan biomass. Jadi di ruang ini, dengan kolaborasi dari partner potensial dari PLN, akan mempercepat penggunaan energi di Indonesia," sebutnya.
Apalagi, Indonesia juga telah membangun komitmen emisi net zero pada tahun 2060. Sehingga target hasil kerjasama tersebut dapat lebih cepat tercapai.
"Atau bahkan lebih cepat. Saat saya berbicara dengan Presiden, dia berkata, kita harus memiliki target agresif yang lebih besar, kita harus bisa melakukannya pada tahun 2050. Jadi PLN menulis lagi target, kita berpikir 76% untuk 5 tahun berikutnya, menggunakan energi bernilai sudah agresif, tapi kita ingin mendorong lebih banyak, karena, contohnya geotermal di Indonesia, kita memiliki reserves terbesar geothermal di dunia, terutama di Jawa dan Sumatera," jelasnya.
Selain itu, lanjutnya, peluang kerja sama antara kedua negara juga dapat dilakukan melalui pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Indonesia bisa belajar dari negara Eropa untuk meningkatkan kemampuan dan kapasitas modal pekerja.
"Sebenarnya, saya ingin berkongsi dengan Anda, jika perusahaan luar negara atau perusahaan tempatan berpartisipasi dalam latihan dan pendidikan, mereka akan mendapatkan insentif fisik hingga 300%. Karena pemerintahan juga mengakui bahwa untuk meningkatkan kapital manusia, kita harus bekerja dengan banyak party (pihak), termasuk sektor pribadi. Itulah sebabnya pemerintahan kita, pada akhir 2021, mendapatkan inisiatif ini, dan semoga bisa meningkatkan kekuatan kapital manusia di masa depan," ungkapnya.
Pihaknya mencatat, investasi dari negara-negara anggota Uni Eropa, tercatat mencapai US$ 13,7 miliar dan menciptakan lebih dari 220.000 lapangan kerja dalam lima tahun terakhir.
(haa/haa)