Pengusaha Tekstil RI Teriak Permintaan Turun, Ungkap Sumber Masalah

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
19 August 2025 16:25
Pekerja melipat bendera di usaha konveksi rumahan yang memproduksi bendera umbul-umbul merah putih, topi, hingga kaos di kawasan Tangerang Selatan, Banten, Senin (11/8/2025). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Pekerja melipat bendera di usaha konveksi rumahan yang memproduksi bendera umbul-umbul merah putih, topi, hingga kaos di kawasan Tangerang Selatan, Banten, Senin (11/8/2025). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Peringatan Hari Kemerdekaan RI setiap tanggal 17 Agustus biasanya menjadi momentum bagi industri tekstil untuk mendapatkan lebih banyak cuan. Namun kenyataannya saat ini justru berbalik, permintaan bendera maupun kaos-merchandise HUT Kemerdekaan RI tidak sesuai harapan.

"Yang jadi perbedaannya sejak 3 tahun ke belakang ini pasti permintaannya tidak stabil bahkan cenderung hilang," kata Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Farhan Aqil kepada CNBC Indonesia, Selasa (19/8/2025).

Menurunnya permintaan itu tidak lepas dari persaingan dengan produk impor yang kian merajalela. Ia pun menyoroti proses importasi yang semakin mudah.

"Ini efek atas dasar impor produk jadi tekstil masuk ke Indonesia. Saat ini untuk menjadi importir mudah sekali dibandingkan jadi produsen di negeri sendiri," ujar Farhan.

Ia pun meminta pemerintah agar tegas untuk melindungi industri dalam negeri ini. Sebagai industri padat karya, pabrik tekstil memiliki ribuan hingga puluhan ribu tenaga kerja dalam satu pabrik.

"Tanpa perlindungan yang benar, industri tekstil ini akan bisa tutup semua. Saat ini, semua polimerisasi polyester sudah stop semua karena sulit sekali bersaing dengan produk China yang melakukan dumping," kata Farhan.

Akan tetap pasar untuk berkembang tetap ada, meski juga harus berjibaku dengan penurunan daya beli masyarakat.

"Untuk momen Agustusan ini, beberapa item benang untuk bendera sudah dipesan di bulan sebelumnya. Tapi kondisi ini belum sepenuhnya stabil dan pulih. Kadang permintaan ada yang pesan, namun kadang juga ngga ada permintaan sama sekali," sebutnya.


(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Sritex, Dari Raja Tekstil Dunia hingga Pailit dan Terpuruk

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular