
Tetangga RI 'Nekat' Bangun Fasilitas Raksasa di LCS, Siaga Lawan China

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Vietnam terus mengembangkan pembangunan di wilayah Laut Cina Selatan (LCS). Ini terjadi saat China masih terus menegaskan klaim teritorialnya atas jalur perdagangan dunia itu, yang tumpang tindih dengan pengakuan kedaulatan Hanoi.
Mengutip Radio Free Asia, Inisiatif Transparansi Maritim Asia (AMTI) yang berbasis di Washington mengatakan dalam laporan terbarunya bahwa sejak November 2023, Vietnam telah menciptakan 692 hektar baru lahan di total 10 wilayah di kepulauan Spratly. Diketahui, kepulauan ini telah menjadi titik nyala ketegangan Hanoi dengan Beijing.
"Di antara 10 fitur terbesar di Spratly, lima diantaranya sedang dikembangkan oleh Hanoi. Pekerjaan yang dilakukan di Vietnam mencakup Barque Canada Reef, atau Bai Thuyen Chai dalam bahasa Vietnam, luasnya meningkat hampir dua kali lipat dalam enam bulan, dari 238 hektar menjadi 412 hektar," kata kelompok tersebut dalam sebuah laporan Kamis (13/6/2024).
Kelompok peneliti tersebut mengatakan reklamasi yang dilakukan Vietnam merupakan sebuah perubahan besar. Tiga tahun yang lalu, jumlah total pengerukan dan penimbunan sampah di Vietnam kurang dari sepersepuluh jumlah total yang dilakukan China.
Vietnam seringkali tidak banyak bicara mengenai pekerjaannya di kawasan tersebut, selain melindunginya namun tidak memperluas atau mengubah strukturnya. Sejauh ini, juga belum ada tanggapan langsung dari pemerintah terhadap laporan AMTI tersebut.
LCS merupakan jalur penting untuk sebagian besar pengiriman komersial dunia dengan beberapa negara terletak di bibir lautan itu seperti Brunei, Kamboja, China, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam. Lautan itu diyakini sebagai lautan yang kaya hasil alam, terutama migas dan ikan.
China bersikukuh mengklaim sekitar 90% dari lautan itu dalam apa yang disebut sebagai "sembilan garis putus-putus" dimana mencakup area seluas sekitar 3,5 juta kilometer persegi (1,4 juta mil persegi). Bahkan, China dilaporkan telah membangun kota seluas 800 ribu mil persegi di Kepulauan Paracel bernama Shansa.
Klaim tersebut telah menimbulkan ketegangan politik dunia akan perang terbuka yang mungkin saja terjadi karena konflik teritorial ini. Diketahui, beberapa rival Barat China telah mengirimkan atau merencanakan pelayan armada perangnya ke perairan ini.
Landasan pesawat tempur
Enam bulan lalu, RFA melaporkan perluasan pesat Barque Canada Reef mulai akhir tahun 2021. Lembaga pemikir China, South China Sea Probing Initiative, mengatakan bahwa Hanoi mungkin akan membangun lapangan terbang kedua di terumbu karang tersebut.
"Barque Canada Reef memiliki panjang 4.318 meter, menjadikannya satu-satunya pos terdepan Vietnam sejauh ini yang berpotensi menjadi landasan pacu sepanjang 3.000 meter seperti yang dimiliki China," kata lembaga think tank China tersebut.
Vietnam sejauh ini memiliki satu landasan pacu sepanjang 1.300 meter di Pulau Spratly, atau Truong Sa Lon dalam bahasa Vietnam. Wilayah itu dapat menampung pesawat militer berukuran sedang.
Meski mendapatkan klaim dari lembaga China, AMTI menjelaskan bahwa citra satelit terbaru tidak menunjukkan hal tersebut.
Selain di Barque Canada Reef, ada perkembangan pembangunan pesat di wilayah Discovery Great Reef, South Reef, Namyit Reef, dan Pearson Reef. Terlihat kapal keruk hisap memompa dan menghisap beberapa material untuk pembangunan di daerah itu.
"Vietnam terus menerapkan perpaduan antara pengerukan pemotong dan pengerukan layaknya perlakuan pada kulit kerang," kata para peneliti AMTI.
Masyarakat Vietnam nampaknya mendukung pembangunan pulau tersebut. Banyak komentator media sosial memuji "strategi yang tepat" dalam menghadapi ketegasan China di LCS.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Waduh, China Tambah 'Musuh' di Perairan Dekat RI