Intip Upaya Pertamina Jadi Lokomotif Transisi Energi di RI

Khoirul Anam, CNBC Indonesia
29 May 2024 18:30
Green Ratings 2024 by CNBC Indonesia Research PT PERTAMINA (Persero). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Green Ratings 2024 by CNBC Indonesia Research PT PERTAMINA (Persero). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Agenda transisi energi saat ini terus digalakkan mengingat ancaman dari perubahan iklim kian nyata. Dampak perubahan iklim yangekstremmisalnya banjir bandang di Brasil dan Timur Tengah, suhu mendidih di Asia hingga longsor di Papua New Guinea.

Indonesia juga tak luput dari krisis iklim dengan bukti banyaknya bencana alam seperti banjir dan longsor. Aktivitas manusia dan bisnis sejak 1800-an diperkirakan menjadi pendorong utama perubahan iklim.

Transisi energi salah satunya dilakukan melalui penggunaan energi baru terbarukan, termasuk sumber energi dari panas bumi. Hal ini juga sejalan dengan visi pemerintah untuk mencapai Net Zero Emissions (NZE) pada 2060 atau lebih cepat.

Panas bumi atau geothermal merupakan salah satu potensi besar sumber energi yang dimiliki Indonesia. Potensi panas bumi di perut bumi Indonesia diperkirakan mengandungi 23.965,5 MW atau menjadi yang terbesar kedua di dunia.

Namun, pemanfaatan potensi ini terbilang sangat kecil karena masih di kisaran 10%. Saat ini potensi tersebut baru dimanfaatkan sekitar 9,8% dengan kapasitas pembangkit listrik terpasang sebesar 2.342,63 MW dari 16 Wilayah Kerja. Di era transisi energi, potensi panas bumi merupakan salah satu sumber energi yang dilirik investor global.

Potensi panas bumi ini berhasil dimanfaatkan oleh PT Pertamina melalui anak usaha PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO). Pertamina menjadi pionir dalam pemanfaatan energi panas bumi sejak 2006 silam sebagai tindak lanjut atas mandat pemerintah melalui Keputusan Presiden (Keppres) 16 tahun 1974.

Melalui eksplorasi energi panas bumi, anak usaha Pertamina ini bisa mengolah-nya menjadi energi listrik yang lebih ramah lingkungan. Kini, PGEO menjadi pemain terbesar di Industri geothermal Tanah Air dengan 13 wilayah kerja panas bumi (WKP) dan total kapasitas terpasang sebesar 672 MW yang dioperasikan sendiri.

Hingga saat ini PGE mengelola 13 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) yang tersebar di 6 area dengan kapasitas terpasang 672 MW yang dioperasikan sendiri (Own Operation).

Atas upaya tersebut, Pertamina mendapatkan Green Ratings dari CNBC Indonesia dalam Green Economic Forum 2024. Sebagai lokomotif pengembangan energi hijau, pencapaian Pertamina yang layak mendapat apresiasi ini telah menempuh perjalanan yang penuh dengan rintangan.

Adapun pemeringkatan Green Ratings 2024 ini melibatkan penggunaan indikator dan kriteria tertentu yang mencakup berbagai aspek keberlanjutan, seperti efisiensi energi, pengelolaan limbah, perlindungan alam, tanggung jawab sosial perusahaan, pembiayaan, dan lain-lain.

Fokus penilaian pada tahun ini adalah peran dan kebijakan perusahaan dalam meningkatkan transisi energi, baik melalui pembiayaan atau perbaikan model bisnis.


(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Live Now! Momentum Bangkitnya Ekonomi Hijau RI di Tengah Gejolak Dunia

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular