Jaga Ketahanan Energi RI, Pertamina Cari Minyak Sampai Luar Negeri

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) terus berkomitmen untuk menjaga ketahanan energi nasional. Hal tersebut dibuktikan dengan aksi perseroan mencari sumber pasokan minyak hingga ke luar negeri.
Direktur Keuangan dan Investasi PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Dannif Danusaputro mengungkapkan, selain menggenjot produksi minyak domestik, pihaknya juga membuka peluang untuk menambah aset lapangan minyak yang ada di luar negeri.
"Ya kita melakukan investasi di luar RI itu karena memang pertama maksudnya adalah untuk ketahanan energi. Jadi kita punya strategi dengan membawa spirit Bring the Barrel Home. Kita punya di Afrika, Middle East, Malaysia juga di mana kita sebagai pemegang PI (participating interest/ hak partisipasi) dan owner kita produksi oil. Most of the oil kita bawa pulang," ungkapnya dalam acara Green Economic Forum 2024 CNBC Indonesia di Jakarta, Rabu (29/5/2024).
Dannif menilai, Indonesia sebagai negara berkembang masih memerlukan sumber pasokan energi yang berasal dari fossil fuel. Sementara produksi minyak dalam negeri terus mengalami penurunan lantaran lapangan yang beroperasi sudah berusia cukup tua.
"Karena kita negara berkembang, permintaan fossil fuel masih naik. Jadi gap antara kebutuhan dan produksi bisa disuplai domestik. Jadi kita harus agresif lagi untuk bisa meningkatkan produksi. Kita akan mencoba lebih agresif lagi membeli ladang minyak terutama yang sudah beroperasi dan segera beroperasi sehingga meningkatkan reserve to production kita," katanya.
Meski menggenjot produksi migas di dalam dan luar negeri, dia menyebut, perseroan juga tetap berupaya menekan emisi karbon, salah satunya melalui penangkapan dan penyimpanan karbon atau Carbon Capture and Storage (CCS).
Untuk menerapkan CCS ini, PHE pun pada dua pekan lalu meneken Pre-Liminary Agreement dengan ExxonMobil. Perjanjian ini merupakan salah satu perjanjian turunan dari Head of Agreement (HoA) antara pihak ExxonMobil-Pertamina-PHE yang telah dilaksanakan pada 2022 lalu.
Pre-Liminary Agreement berisikan tentang kegiatan pendahuluan sebelum pengeboran Appraisal well dilakukan. Sebelumnya, studi bersama Pertamina dan ExxonMobil berhasil menemukan potensi penyimpanan karbon dioksida (CO2) dengan kapasitas hingga 3 Giga Ton di lapangan migas Pertamina dengan nilai investasi mencapai US$ 2 billion.
Kapasitas penyimpanan CO2 besar ini mampu untuk menyimpan secara permanen CO2 emisi seluruh Indonesia pada rata-rata saat ini, hingga 16 tahun ke depan.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati mengatakan pihaknya terus berupaya untuk mengerek produksi migas perseroan. Beberapa diantaranya yakni dengan menggenjot produksi migas domestik dan mengakuisisi blok migas dari luar negeri.
"Kita juga melakukan peningkatan produksi di blok-blok luar negeri dan melakukan pembelian blok blok baru karena kita baru saja memfinalisasi RJPP dimana fokus utama Pertamina untuk menjaga ketahanan energi nasional oleh karena itu pencarian tambahan produksi kita lakukan baik di domestik dan luar negeri," kata Nicke dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII DPR, Selasa (28/5/2024).
Selain itu, pihaknya juga semakin agresif menggenjot kegiatan pengeboran sumur baik itu sumur eksplorasi maupun eksploitasi. Hal ini dilakukan untuk menambah cadangan baru agar rasio reserve to production (R to P) tetap terjaga.
"R to P 7 tahun kalau kita gak jaga ini akan habis. Tetapi kita lakukan tambahan reserve setiap tahunnya dengan melakukan pengeboran sumur yang 680 sumur baru tadi. Sehingga kita bisa mempertahankan tambahan reserve yang lebih besar dari minyak yang ditarik keluar," ungkap Nicke.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article PHE Targetkan Eksplorasi Blok East Natuna Tahun 2026
