Green Economic Forum 2024

Potensi Market Besar, PHE Siap Perkuat Bisnis CCS

Verda Nano, CNBC Indonesia
29 May 2024 14:40
Direktur Keuangan dan Investasi PT Pertamina Hulu Energi, Dannif Utojo Danusaputro menyampaikan pemaparan dalam acara Green Economic Forum 2024 di Jakarta, Rabu (29/5/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Direktur Keuangan dan Investasi PT Pertamina Hulu Energi, Dannif Utojo Danusaputro menyampaikan pemaparan dalam acara Green Economic Forum 2024 di Jakarta, Rabu (29/5/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bisnis penyimpanan karbon (carbon capture storage/CCS) sangat menggiurkan, khususnya di Indonesia. Hal tersebut menyusul adanya potensi penyimpanan karbon milik RI yang nilainya mencapai ratusan gigaton CO2.

Hal tersebut pun diakui oleh Direktur Keuangan dan Investasi PT Pertamina Hulu Energi (PHE), Dannif Danusaputro. Menurut Dannif, besarnya potensi bisnis CCS tidak akan dilewatkan oleh perusahaan dan juga sebagai bentuk komitmen perusahaan dalam mendorong Net Zero Emission (NZE).

Bahkan PHE telah melakukan kerja sama dengan ExxonMobil untuk mendukung dekarbonisasi lewat penerapan CCS. Lewat kerja sama ini PHE dan ExxonMobil akan mematangkan dan menyiapkan rancangan model komersial untuk pengembangan hub CCS/CCUS regional di wilayah kerja PT Pertamina Hulu Energi Offshore South East Sumatera (PHE OSES).

"Jadi memang ini merupakan potensi bisnis yang sangat besar bagi PHE. Bagaimana kita bisa menyediakan storage untuk CO2 dengan kapasitas yang dimiliki RI cukup besar," jelas Dannif dalam Green Economic Forum 2024, Rabu, (29/5/2024).

Bahkan dari sisi market lanjut Dannif, pihaknya sudah punya target jelas bagi mereka (mitra bisnis) yang memerlukan storage. Bahkan dari sisi regulasi terkait hal ini Indonesia dinilainya lebih maju dibandingkan pesaingnya di Malaysia. Sehingga peluang untuk mendorong bisnis ini lebih maksimal bisa dilakukan dengan lebih baik lagi.

"Ini kita sudah ada perijinan storage. Kita berkompetisi dari sisi komersial," Terangnya.

Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi, Jodi Mahardi menilai dengan proyek penyimpanan karbon yang cukup besar, Indonesia mempunyai potensi untuk membangun industri hijau melalui teknologi.

Terlebih potensi penyimpanan karbon milik Indonesia saat ini diperkirakan mencapai 400 gigaton.

"Saat ini Pertamina yang leading sudah melakukan kerja sama dengan para pelaku lain, ExxonMobil," pungkasnya.

Sekadar informasi, PHE selaku Subholding Upstream Pertamina telah melaksanakan penandatanganan Pre-Liminary Agreement dengan ExxonMobil beberapa waktu lalu.

Perjanjian ini merupakan salah satu perjanjian turunan dari Head of Agreement (HoA) antara pihak ExxonMobil-Pertamina-PHE yang telah dilaksanakan pada 2022 lalu.

Melalui penguatan kerja sama ini, PHE dan ExxonMobil akan mematangkan dan menyiapkan rancangan model komersial untuk pengembangan hub CCS/CCUS regional di wilayah kerja PHE OSES. Lewat Asri Basin Project CCS Hub yang berada di Wilayah Kerja PHE OSES ini, perseroan turut membantu menyimpan CO2 domestik dan internasional.


(dpu/dpu)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dorong Pengembangan Penyimpanan Karbon, RI Siapkan Cross Border!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular