
Harita Nickel Ada Sebut Peluang Besar Ini di Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesa - Direktur Utama Harita Nickel, Roy Arman Arfandy mengungkapkan Indonesia memiliki peluang besar di sektor nikel di tengah sengitnya persaingan. Adanya persaingan menurutnya menghadirkan efisiensi dengan tetap mengedepankan praktik ESG seiring dengan perhatian terhadap keberlanjutan.
"Kami juga fokus pada kriteria ESG, kami bersedia memverifikasi apakah produknya memenuhi standar yang ditetapkan. Kalau tidak, mereka (konsumen) tidak akan beli. Ini harus kita antisipasi," kata Roy dalam Green Economic Forum 2024, Rabu (29/5/2024).
Indonesia menurutnya diberkati dengan cadangan nikel yang besar sehingga peluang pengembangannya pun sangat besar. Saat ini turunan nikel saat ini 70% masih berupa stainless steel dan terus berkurang karena mulai merambah ke baterai.
"Jadi ada kenaikan cukup tinggi pemerintah bersama pemain industri mengembangkan baterai (kendaraan) listrik di Indonesia," ungkapnya.
Dia mengatakan nikel sebagai komoditas cukup bergantung pada kondisi ekonomi makro. Fluktuasi harga tidak hanya dipengaruhi oleh pasokan dan permintaan, melainkan ada geopolitik, seperti konflik Rusia-Ukraina hingga Israel-Palestina.
"Ini menentukan harga komoditas, melejit cukup tinggi di 10 tahun terakhir. Sempat hits US$ 100 per ton, tapi cuma sebentar. Sekarang masih cukup rendah dan April mulai naik sesuai dengan kondisi terkini, seperti perang," ungkapnya.
Roy juga mengungkapkan pihaknya serius dalam mengolah limbah dari proses hilirisasi nikel yang dilakukan. Bahkan Harita Nickel telah memanfaatkan nickel slag yang dikategorikan sebagai limbah, menjadi bahan baku bangunan.
"Kami mengolahnya menjadi bahan bangunan, membuat bahan batako, gorong-gorong untuk konstruksi, pengecoran jalan," kata dia.
(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kepedulian Harita Nickel Pada Flora dan Fauna Sekitar Tambang
