Duh! AS Diramal Resesi Tahun Ini

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
Sabtu, 25/05/2024 13:15 WIB
Foto: Gedung Putih di Washington, AS. (AP/Pablo Martinez Monsivais/File Foto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala Eksekutif Perusahaan Manajemen Investasi DoubleLine Capital, Jeffrey Gundlach memperkirakan resesi Amerika Serikat (AS) akan terjadi paling cepat pada tahun ini. Ini disebabkan suku bunga yang lebih tinggi telah memberikan tekanan pada konsumen dan perusahaan di AS.

Melansir Reuters, Gundlach mengatakan, sinyal-sinyal masalah dalam perekonomian AS telah bermunculan, seperti meningkatnya tunggakan kartu kredit dan data penjualan ritel yang lebih lemah menunjukkan kemungkinan kontraksi ekonomi lebih cepat terjadi dibandingkan risiko rebound inflasi.

"Ada banyak sinyal resesi di luar sana," kata Gundlach saat berbicara di webinar yang diselenggarakan oleh David Rosenberg, pendiri dan presiden Rosenberg Research, dikutip dari Reuters, Sabtu (25/5/2024).


"Ada lebih banyak yang tanda resesi dibandingkan inflasi," tambahnya.

Manajer keuangan yang sering dijuluki 'raja obligasi' itu mengatakan, ia menjauhi bagian paling berisiko dari pasar utang korporasi seperti obligasi perusahaan dengan peringkat triple-C serta investasi kredit swasta, karena ia memperkirakan gagal bayar utang perusahaan akan melonjak.

Khususnya mengenai kredit swasta, ia mengatakan bahwa investor yang mencari keuntungan lebih tinggi di pasar swasta dibandingkan pasar utang publik menghadapi risiko terjebak pada aset-aset yang tidak likuid jika terjadi perlambatan ekonomi yang tajam.

"Tidak ada faktor yang membuat kredit swasta terlihat lebih baik daripada kredit publik pada saat ini. Ini lebih berisiko, tidak memberikan imbalan yang sama, ini adalah yang terburuk," katanya.

Di sisi lain, ia mengatakan DoubleLine sangat terekspos terhadap utang pemerintah AS, meskipun ada kekhawatiran atas meningkatnya tingkat utang AS dan melonjaknya pembayaran bunga utang pemerintah yang disebabkan oleh kenaikan suku bunga.

"Saat ini kami memiliki lebih banyak Treasury dalam strategi kami dibandingkan sebelumnya," kata Gundlach.

Seiring berjalannya waktu, beban utang yang semakin besar dapat menyebabkan perlunya restrukturisasi utang pemerintah AS. Ini merupakan suatu hal yang belum pernah terjadi sebelumnya.

"Saya mendapat ide gila bahwa saya hanya ingin membeli Treasury dengan kupon terendah, karena jika saya memiliki Treasury dengan kupon sangat rendah, saya tidak perlu khawatir akan direstrukturisasi," katanya.

"Saya khawatir pemerintah federal mungkin terpaksa merestrukturisasi utang Departemen Keuangan," pungkas dia.


(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bukti Kepercayaan Konsumen AS Memburuk di Juni 2025