
Demi 1 Juta Barel di 2030, RI Berharap pada 'Bukan Migas Biasa'

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) saat ini masih menanti hasil pengeboran yang dilakukan PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) dengan mitra asal AS yakni EOG Resources. Terutama, mengenai pengeboran sumur Migas Non Konvensional (MNK) di Blok Rokan, Riau.
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, guna merealisasikan target produksi minyak 1 juta barel per hari (bph) pada 2030, pemerintah masih menaruh harapan pada pencarian cadangan Migas Non Konvensional (MNK).
"Kita harus eksplorasi banyak, karena yang kita harapkan ini nambah minyak untuk yang MNK. Abis itu, Clastic di Banyu Urip, terus ada beberapa lapangan baru yang memang potensi minyaknya ada," kata Arifin ditemui di sela acara The 48th IPA Convention & Exhibition (IPA Convex 2024), di ICE BSD City, Tangerang Selatan, Selasa (14/5/2024).
Di sisi lain, Arifin mengakui bahwa upaya untuk mencapai target produksi minyak 1 juta bph pada 2030 kemungkinan akan cukup sulit.
Oleh sebab itu, RI perlu menggenjot kegiatan eksplorasi untuk menemukan sumber cadangan minyak baru. Mengingat, temuan migas di Indonesia belakangan ini banyak didominasi oleh sumber gas.
"Kalau gasnya sih kelihatannya masuk, tinggal minyaknya saja, kemungkinan missed dikit lah (1 juta bph di 2030)," kata Arifin.
Sebagaimana diketahui, PT Pertamina (Persero) melalui PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) mengukir sejarah baru di sektor hulu migas Indonesia.
Hal itu menyusul tajak atau pengeboran sumur perdana yang dilakukan perusahaan dalam memburu harta karun bukan migas biasa atau Migas Non Konvensional (MNK) di Blok Rokan.
Adapun tajak perdana sumur MNK tersebut dilakukan pada tahun lalu, tepatnya Kamis (27/7/2023) berlokasi di Lapangan Gulamo, Kecamatan Bangko, Kabupaten Rokan Hilir, Riau.
(wia)
Next Article Siap-Siap Produksi Minyak dari Sumur Tua RI Ini Bisa Melesat Bak di AS
