
Seram! BI Ungkap Berbagai Risiko Global, dari AS sampai Terusan Suez

Jakarta, CNBC Indonesia - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti mengatakan kondisi global masih dipenuhi oleh ketidakpastian pada 2024. Kondisi ini disebabkan oleh beragam faktor mulai dari tensi geopolitik di Eropa dan di Timur Tengah, hingga hasil Pemilihan Umum AS yang bisa mempengaruhi perekonomian Indonesia.
Destry mengatakan perdagangan global saat ini terhambat karena memanasnya kondisi Terusan Suez akibat serangan milisi Houthi di laut merah terhadap kapal-kapal dagang. Menurut dia, kondisi tersebut membuat distribusi barang menjadi terganggu dan membutuhkan waktu yang lebih lama.
"Distribusi barang melalui terusan Suez sekarang harus berputar, itu menyebabkan waktu pengiriman menjadi molor sampai 10 hari, itu menyebabkan gangguan pada sisi suplai dari ekonomi kita," kata Destry dalam disuksi virtual LPPI, Jumat, (23/2/2023).
Selain kondisi di laut merah, Destry mengatakan banyaknya Pemilihan Umum yang dilakukan di dunia dalam waktu yang berdekatan juga memicu ketidakpastian. Dia mengatakan dalam periode yang dekat ada sekitar 55 Pemilu yang akan digelar di seluruh dunia, salah satunya dilakukan oleh Amerika Serikat. Dia mengatakan hasil Pemilu di Amerika Serikat akan sangat mempengaruhi keputusan negara adidaya tersebut.
"Sekarang yang jadi fokus masyarakat adalah bagaimana pemilu AS, karena ini akan mempengaruhi arah kebijakan AS ke depan," kata dia.
"Kita tahu apa yang terjadi di AS sekarang, walaupun Fed Fund Rate sudah mencapai puncaknya, tapi sekarang masalahnya kapan timing-nya dan besaran The Fed mulai turunkan ratenya, karena ini akan sangat mempengaruhi pergerakan investasi," kata dia melanjutkan.
Destry melanjutkan isu perlambatan ekonomi global juga menjadi faktor yang patut diperhatikan. Dia mengatakan era suku bunga tinggi sejak 2022 dan mencapai puncak pada 2023 tentunya mempunyai dampak yang besar Dia mengatakan era suku bunga tinggi dalam jangka panjang itu membuat proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi melemah.
Selain itu, Destry berpandangan bahwa ekonomi dunia mulai terfragmentasi. Di satu sisi ada beberapa negara mitra dagang RI seperti Tiongkok dan Eropa yang melemah ekonominya. Namun di sisi lain, ada Amerika Serikat yang perekonomiannya mulai solid.
"Nampaknya di global terjadi fragmentasi ekonomi, di AS ekonomi sejauh ini cukup solid, tapi di Eropa dan Tiongkok mereka alami perlambatan, ini tentu membuat ketidakpastian global terganggu karena adanya fragmentasi," kata dia.
Dia mengatakan beragam kondisi tersebut akan mempengaruhi tingkat inflasi yang akan lebih lambat turunnya. Terlebih karena adanya gangguan suplai barang akibat kondisi panas di Terusan Suez. "Ini menyebabkan proses disinflasi yang melambat, sehingga menyebabkan situasi higher for longer akan tetap beratah dalam beberapa waktu yang cukup lama," kata dia.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ingatkan Soal Global, Jokowi: RI Harus Belajar dari Krisis 1998-2018
