
Bukan Cuma Tebu, Brasil Sukses Sulap Jagung Jadi BBM

Jakarta, CNBC Indonesia - Negara Brasil dinilai sukses dalam pengembangan bioetanol atau bahan bakar substitusi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang berasal dari tumbuhan. Executive Director Brazillian Ethanol Cluster (APLA), Flavio Castellari mengungkapkan kesuksesan pengembangan bioetanol di negaranya bisa diperoleh dari pengembangan bioetanol berbahan dasar tebu dan jagung.
"Ketika kami memulai program etanol pada tahun 1975, kami memutuskan untuk menggunakan etanol dari tebu sebagai bahan baku etanol kami karena efisiensi produksi tebu dan etanol. Tapi dalam 5 tahun terbaik, kami menambahkan matriks kami di sini, jagung juga. Jadi kita tahu saat ini di Brasil, kami memproduksi, seperti 80% etanol kami berasal dari tebu dan 20% etanol kami berasal dari jagung," ujar dia kepada CNBC Indonesia dalam program Energy Corner, Rabu (24/1/2024).
Adapun, dia mengatakan pemanfaatan jagung menjadi bioetanol di negaranya bermula dari tanaman tebu yang bersifat musiman di sana. Dengan begitu, negaranya yang masih mengalami kelebihan produksi jagung, memanfaatkan jagung untuk diolah menjadi bioetanol.
"Kami hanya dapat memproduksi etanol dari tebu selama musim yang berlangsung sekitar bulan April hingga November, jika Anda berada di Brasil bagian selatan, pada bulan November hingga April jika kami berada di bagian utara Brasil, jadi kami memutuskan untuk memiliki bahan baku lain untuk menyelesaikannya," tambahnya.
Namun, Castellari mengatakan bahwa setiap negara bisa memanfaatkan segala jenis tumbuhan yang memiliki kandungan gula dan berpotensi menjadi bioetanol. Dengan begitu, tidak hanya tebu dan jagung yang bisa dimanfaatkan menjadi bioetanol, dia mengatakan singkong pun bisa 'disulap' menjadi bioetanol.
"Kita lihat di berbagai negara selain Brasil, masyarakatnya bisa memanfaatkan singkong sebagai bahan baku, atau bahan baku apa pun yang mengandung gula. Jadi Anda bisa menghentikan segala jenis bahan mentah yang mengandung gula," jelasnya.
Seperti diketahui, Indonesia kini sudah bisa "menyulap" tebu menjadi BBM, khususnya bensin. Hal ini menunjukkan upaya RI untuk bisa memanfaatkan Bahan Bakar Nabati (BBN) berbasis tetesan tebu (molase) sebagai sumber bahan bakar kendaraan sudah mulai diimplementasikan, bukan lagi sekedar wacana.
![]() Food estate jagung-Gunung Mas, (Dok. Kementan) |
Wujud nyata dari "sulap" tebu menjadi BBM ini yaitu dengan mulai diproduksi dan dijualnya produk BBM dengan campuran bioetanol berbasis tebu tersebut, tepatnya pada produk Pertamax Green 95 yang dijual PT Pertamina (Persero).
Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Riva Siahaan menjelaskan, perusahaan telah bekerja sama dengan PT Energi Agro Utama (Enero), anak usaha PT Sinergi Gula Nusantara (SGN), untuk mendapatkan pasokan bioetanol berbasis molase tersebut.
Dia menyebut, produksi bioetanol kini telah mencapai 30.000 kilo liter (kl) per tahun. Sebagian dari produksi tersebut menurutnya digunakan untuk pencampuran pada bensin Pertamax (RON 92), sehingga produk BBM yang dihasilkan menjadi Pertamax Green 95. Adapun pencampuran bioetanolnya mencapai 5% (E5).
"Di dalam produk Pertamax Green 95, itu kita menggunakan bahan bakar yang berbahan dasar tebu. Tapi perbedaannya, yang kita gunakan ini adalah molasesnya. Jadi merupakan ampas atau sisa produksi gula," ungkap Riva dalam program Energy Corner CNBC Indonesia, Selasa (5/12/2023).
Dia menekankan bahwa proses produksi molases menjadi bioetanol tidak beririsan dengan produksi gula untuk pangan. Riva menjelaskan, produksi bioetanol dari tebu yang saat ini dilakukan sesuai dengan upaya pemerintah untuk mencapai swasembada gula seperti yang tertuang dalam Peraturan Presiden No. 40 tahun 2023.
"Pemerintah berupaya untuk mempercepat proses swasembada gula dan juga mendukung memperluas penggunaan bioetanol sebagai bahan baku dari bahan bakar nabati," tambahnya.
Riva mengatakan saat ini pihaknya terus melakukan riset untuk bisa terus memanfaatkan tumbuhan selain tebu untuk diolah menjadi bioetanol. Dia menyebutkan tumbuhan lain yang berpotensi bisa dimanfaakan menjadi bioetanol seperti jagung, sorgum, hingga tandan sawit.
"Pertamina juga terus melakukan riset dan juga penelitian-penelitian dengan lembaga terkait untuk melihat potensi-potensi lainnya di luar tebu. Mungkin dari jagung, atau mungkin dari sorgum, atau mungkin dari tandan sawit," imbuhnya.
Dengan berbagai jenis tanaman yang mungkin bisa dimanfaatkan menjadi bioetanol sebagai bahan campuran BBM tersebut, maka akan dicari mana yang akan memberikan nilai dan keekonomian paling baik.
"Nah ini yang memang dilakukan penelitian-penelitian, dan penelitian ini memang gunanya untuk mendalami hal tersebut," ucapnya.
(wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Bisa Tiru, Begini Kisah Sukses Brasil Sulap Tebu-Jagung Jadi BBM