Analisa 5 Pakar Soal Ekonomi RI Mulai Loyo: Salahnya Di Mana?

Rosseno Aji Nugroho, CNBC Indonesia
07 November 2023 16:10
INFOGRAFIS, Apa Itu Resesi
Foto: Infografis/Resesi/Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja mengumumkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2023, di mana realisasinya mencapai 4,94% secara year on year (yoy). Melambat dibandingkan tujuh kuartal sebelumnya yang di atas 5%.

Pendorong utama dari perekonomian selama Juli-September ini adalah konsumsi rumah tangga, yang tumbuh 5,06%. Meskipun pemerintah mengakui kelompok ini terealisasi di bawah ekspektasi.

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) agak mengejutkan dengan pertumbuhan tinggi, yaitu 5,77%. Sementara ekspor dan impor sama-sama kontraksi, masing-masing -4,26% dan -6,76%.

Hal yang serupa juga terjadi pada konsumsi pemerintah -3,76% imbas percepatan pencairan gaji ke 13 ASN TNI Polri menjadi kuartal II-2023. Konsumsi LNPRT tumbuh tinggi 6,21% karena aktivitas politik jelang pemilu.

Simak Penjelasan 5 Ekonom Berikut!

Ekonom Bank Maybank Indonesia Myrdal Gunarto

Ekonom Bank Maybank Indonesia Myrdal Gunarto mengatakan pertumbuhan ekonomi memang melambat secara year on year pada periode Q3 2023. Akan tetapi, dilihat secara kuartalan sebenarnya ekonomi Indonesia masih tumbuh.

"Ini berarti menjadi sinyal kalau ekonomi Indonesia masih tumbuh solid dari periode peak season pada periode 2Q23," kata dia.

Dia menilai faktor global menjadi penyumbang melambatnya perekonomian Indonesia. Dia mengatakan untuk tahun ini ekspor Indonesia cenderung menurun karena melemahnya permintaan global, terutama dari Cina yang menjadi mitra dagang utama Indonesia.

"Untuk tahun ini ekspor cenderung menurun performanya karena penurunan permintaan global, terutama dari Cina dan juga karena penurunan harga komoditas andalan ekspor Indonesia," kata dia. Di sisi lain, pada periode yang sama tahun sebelumnya ekonomi memang lagi alami pembalikan akibat pandemi covid-19.

Terkait dengan konsumsi rumah tangga, menurut Myrdal penyebabnya adalah efek musiman. Pada kuartal II ada hari besar keagamaan yang mendorong pengeluaran masyarakat lebih banyak. Diharapkan kuartal IV konsumsi kembali meningkat karena ada Natal dan Tahun Baru.

Sedangkan lonjakan pada PMTB didorong oleh aktivitas konstruksi. "Investasi bangunan naik karena mengambil momentum pembangunan dan aktivitas konstruksi di musim panas yang panjang," jelasnya.

Myrdal memperkirakan ekonomi tumbuh 4,85-5% pada kuartal IV dan keseluruhan tahun 5,05%.

Ekonom Bank Permata Josua Perdede

Josua melihat lemahnya perekonomian pada kuartal III-2023 disebabkan oleh belanja pemerintah yang tidak optimal. Sementara konsumsi rumah tangga dan PMTB masih solid.

"Pertumbuhan PDB Indonesia melambat menjadi 4,94%yoy pada 3Q23 dari 5,17%yoy. Konsumsi rumah tangga dan GCFC/Fixed Investment masih tumbuh solid di 3Q23. Pendorong utama melambatnya pertumbuhan adalah belanja pemerintah, yang mengalami kontraksi sebesar 3,76% yoy," ujarnya.

Di sisi lain tingginya ketidakpastian, dan pelemahan perekonomian global serta turunnya harga komoditas juga memberikan andil terhadap pelemahan ekonomi Indonesia.

Secara industri, Josua melihat kondisi yang masih bagus, kecuali kecuali dministrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial serta jasa pendidikan yang masing-masing mengalami kontraksi sebesar -6.23%yoy dan -2.07%yoy.

Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor transportasi dan pergudangan sebesar 14,74%, melambat dari 15,28% pada kuartal II. Selain itu, sektor terbesar dalam perekonomian Indonesia, manufaktur, mengalami pertumbuhan sebesar 5,20%, terakselerasi dari 4,88% kuartal sebelumnya.

Ekonom Anny Ratnawati

Ekonom senior sekaligus mantan Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawati memprediksi pertumbuhan ekonomi di kuartal IV 2023 akan semakin melemah. Dia mengatakan data pertumbuhan ekonomi dari tahun-tahun sebelumnya menunjukan pola perlambatan ekonomi di akhir tahun terus berulang.

"Saya coba bandingkan pola data 2021 dan 2022 memang pertumbuhan ekonomi di kuartal ke-III lebih landai dari kuartal ke-II, bahkan data menunjukan polanya di kuartal IV itu akan lebih melandai Lagi dibandingkan Q4, ini sebenarnya memberikan kita prakiraan untuk kita antisipasi terutama nanti di Q4," kata Anny kepada CNBC Indonesia, dikutip Selasa (7/11/2023).

Anny menjelaskan hal tersebut untuk menanggapi data pertumbuhan ekonomi yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ke-III tahun 2023. BPS menyebut secara year on year pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Q3 berada di angka 4,94%. Angka tersebut meleset dari perkiraan pemerintah yang menargetkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto pada kuartal ini lebih dari 5%.

Anny mengatakan faktor domestik memainkan peran besar terhadap pola perlambatan ekonomi di akhir tahun. Menurut dia, pada kuartal II ekonomi cenderung tumbuh pesat karena adanya perayaan puasa, Idul Fitri, Idul Adha serta diikuti libur panjang. Dia mengatakan tiga peristiwa besar itu mendongkrak konsumsi masyarakat dari biasanya.

"Saat puasa biasanya demand kita lebih tinggi karena antisipasi untuk nanti hari raya Idul Fitri dan sebagainya. Lalu libur panjang anak sekolah itu pasti polanya seperti itu," kata dia.

Anny mengatakan faktor kedua yang menyebabkan ekonomi melambat adalah inflasi. Dia mengatakan meskipun angka inflasi masih relatif terkendali di angka 2,56% yoy, namun kontribusi inflasi pangan benar-benar memukul daya beli masyarakat terutama di kalangan bawah dan miskin.

"Angka inflasi sangat dipengaruhi oleh harga komoditas pangan contohnya beras, inflasinya 1,72% month to month, sementara bobotnya di 3,3%, kedua ada cabe rawit cabe merah itu biasa musim hujan keduanya bikin inflasi," kata dia.

Selain itu, Anny juga menyoroti kontribusi inflasi di sektor transportasi yang disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar minyak. Menurut dia, kenaikan harga minyak itu membuat daya beli masyarakat menengah ke bawah benar-benar tergerus. "Jadi inflasinya ini menyebabkan daya beli terutama masyarakat menengah bawah dan miskin sangat terpengaruh karena kemudian harga komodtias akan naik," kata dia.

Anny mengatakan data Otoritas Jasa Keuangan memang menunjukan bahwa kredit masyarakat menengah masih tumbuh dua digit. Namun, pertumbuhan kredit itu bukan di sektor konsumsi, melainkan investasi. Dia mengatakan menurunnya konsumsi masyarakat menengah untuk berbelanja ini dipengaruhi oleh kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia yang membuat suku bunga kredit menjadi naik.

"Konsumsi mobil, rumah itu mulai turun, karena golongan menengah pendapatannya kena inflasi, jadi real income-nya turun, sehingga pengaruhnya adalah daya belinya," ujar dia.

Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro

Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk Andry Asmoro melihat pelemahan ekonomi disebabkan efek musiman, mengingat Lebaran jatuh pada kuartal sebelumnya. Kemudian inflasi meningkat yang tercatat sebesar 1,63% year to date di kuartal III-2023 atau lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya 1,24%.

Peningkatan inflasi hingga batas tertentu, telah menghambat daya beli masyarakat khususnya masyarakat berpendapatan rendah. Hal ini tercermin dari melambatnya beberapa emiten ritel yang menawarkan produk basic.

Peningkatkan PMTB didukung oleh investasi pemerintah pada proyek infrastruktur publik dalam rangka penyelesaian Program Strategis Nasional (PSN) dan pembangunan Ibu Kota Baru (IKN).

"Ekspor dan impor mengalami kontraksi, lebih buruk dari kontraksi sebelumnya pada 2Q23. Tren ini sejalan dengan perlambatan aktivitas perdagangan global yang disebabkan oleh kurang optimisnya prospek perekonomian global pada tahun 2023," kata Andry.

Ekonom DBS Bank Radhika Rao

Ekonom DBS Bank Radhika Rao melihat ekonomi Indonesia ditopang oleh kekuatan domestik saat ekspor alami penurunan tajam. Baik itu konsumsi rumah tangga maupun pembentukan modal tetap bruto (PMTB).

Meski demikian, ada catatan pada kelompok konsumsi rumah tangga yang patut menjadi perhatian, di mana turun jauh dibandingkan kuartal sebelumnya. Terutama ketika inflasi alami peningkatan.

"Konsumsi domestik dan investasi asing meningkat di bidang pertambangan, berbasis logam pengolahan, kegiatan hilir, kimia, sektor farmasi dan utilitas," ujarnya.

Eskpor alami tekanan berat dan sulit menjadi harapan ke depan. Penyebabnya adalah penurunan harga komoditas seperti minyak sawit (-27% yoy di 3Q), batu bara (-44% yoy) dan nikel (-1% yoy). Secara bersamaan, permintaan dari pasar-pasar utama juga melambat, sebagai pengiriman ke Jepang, Cina, AS, Singapura, dan Malaysia menurun pada periode tersebut.

Pada komponen impor, pembelian bahan mentah kelas berat merosot 13% yoy. Sementara impor barang konsumsi dan modal naik.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekonomi RI Kuartal II Tumbuh 5,17%, Ini Pendorong Utamanya!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular