Simak! 5 Fakta Ekonomi RI Tumbuh Melambat, di Bawah 5%

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2023 tumbuh di bawah 5% secara tahunan atau year on year (yoy). Membuat laju pertumbuhan di atas 5% tujuh kuarta sebelumnya yang sering disebut pemerintah terhenti.
Badan Pusat Statistik (BPS) kemarin (6/11/2023) mengumumkan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2023 atau Juli-September 2023 tumbuh 4,94% yoy dan 1,6% quartal to quartal/qtq. Pertumbuhan (yoy) tersebut adalah yang terendah sejak kuartal III-2021 atau delapan kuartal terakhir.
Berikut fakta-fakta kondisi pertumbuhan ekonomi kuartal III tersebut:
1. Di Luar Ekspektasi Pemerintah, BI dan Ekonom
Laju pertumbuhan ekonomi kuartal III meleset dari perkiraan pelaku pasar keuangan, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, hingga Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. Mereka sebelumnya optimistis bahwa laju pertumbuhan ekonomi pada periode itu masih bisa tumbuh di atas 5%.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 institusi juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,03% (yoy) dan 1,71% dibandingkan kuartal sebelumnya (qtq). Meski lebih rendah dari catatan kuartal II-2023 yang sebesar 5,17 (yoy) dan 3,86% (qtq) pada kuartal II-2023.
Saat mengumumkan hasil rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) pada Jumat (3/11/2023), Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh di atas 5% pada kuartal III, sehingga hingga akhir 2023 masih di level 5,1%.
"Outlook tadi saya sudah sampaikan keseluruhan tahun pertumbuhan terjaga di 5% atau di atasnya, kita optimistis juga di kuartal III," kata Sri Mulyani saat itu.
Perry Warjiyo sebelumnya juga sudah memperkirakan bahwa Pertumbuhan ekonomi di atas 5% masih akan terjadi pada kuartal III-2023. Ia memperkirakan besaran pertumbuhannya akan mencapai 5,15%, sedikit di bawah realisasi pertumbuhan kuartal II sebesar 5,17%.
Perry mengemukakan pertumbuhan ini akan ditopang oleh konsumsi domestik atau rumah tangga. Selain itu, juga akan ditopang sektor perdagangan, logistik, akomodasi, dan sektor jasa.
"Sektor yang mendorong pertumbuhan ekonomi umumnya perdagangan, logistik, akomodasi dan sektor jasa. Itu saja sudah 45% dari pertumbuhan ekonomi RI," kata Perry.
BI pun memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 4,7-5,5% pada 2023. Pada tahun depan di kisaran 4,9-5,7% dengan titik tengah 5,2% sesuai asumsi makro pemerintah.
2. Penyebab Ekonomi Melambat
Plt Kepala BPS Amalia Adiningrat Widyasanti menjelaskan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2023 yang sebesar 4,94% yoy atau lebih rendah dibanding kinerja pertumbuhan pada kuartal II-2023 yang tumbuh 5,17% yoy, disebabkan karena faktor musiman.
"Ini memang sejalan dengan pola yang biasanya terjadi pada tahun-tahun sebelumnya di mana pertumbuhan kuartal III selalu lebih rendah dari kuartal II kecuali pada 2020 saat terjadi pandemi," kata Amalia saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin (6/11/2023).
Konsumsi masyarakat yang tumbuh 5,06% (yoy) pada kuartal III-2023 pun lebih rendah dibandingkan kuartal II-2023 yang tercatat sebesar 5,22%. Kendati melandai, konsumsi masih tumbuh di level historisnya 5%.
Pelemahan konsumsi masyarakat terutama terjadi pada pakaian, alas kaki, dan jasa perawatannya. Kelompok tersebut hanya tumbuh 3,59% pada Juli-September 2023, jauh di bawah periode April-Juni yang tercatat 7,02%. Penurunan pertumbuhan juga terjadi untuk kesehatan dan pendidikan, serta restoran dan hotel.
Perlambatan konsumsi salah satunya karena tidak ada libur panjang atau Hari Raya Keagamaan pada Juli-September 2023. Dua lebaran yakni Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha sudah berlangsung pada periode April-Juni tahun ini.
"Jadi ada pengaruh musiman seperti Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha. Event-event itu terjadi di kuartal II, sehingga di kuartal III ini tidak sekuat pada kuartal sebelumnya untuk beberapa sektor tersebut," ucap Amalia.
Ekspor terkontraksi 4,26% (yoy) pada kuartal III-2023, lebih dalam dibandingkan kontraksi 2,97% (yoy) pada kuartal II-2023. Impor terkoreksi 6,18% (yoy) pada Juli-September tahun ini, lebih dalam dibandingkan kontrakasi 3,06% pada April-Juni tahun ini. Ini adalah kali kedua ekspor dan impor terkontraksi sejak kuartal IV-2020 atau delapan kuartal terakhir.
Faktor lain yang membebani pertumbuhan adalah belanja pemerintah. Konsumsi pemerintah terkontraksi 3,76% (yoy) pada kuartal III tahun ini. Hal ini berbanding terbalik dengan pertumbuhan sebesar 10,57% pada kuartal II-2023. Sepanjang Juli-September 2018-2022, hanya sekali pengeluaran pemerintah mengalami kontraksi yakni pada 2022.
3. Ekonomi RI Melambat Tapi Lebih Tinggi dari Negara Lain
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam konferensi pers, di kantornya, Jakarta, Senin (6/11/2023) mengatakan, realisasi selama Juli-September 2023 tersebut masih lebih tinggi dibandingkan banyak negara lain.
"Indonesia salah satu negara tumbuh kuat, kita lebih tinggi dibandingkan negara lain termasuk China, Malaysia bahkan Singapura. Tentu kita ada di atas kita seperti Vietnam," ungkapnya.
Pertumbuhan ekonomi China pada kuartal III/2023 tercatat sebesar 4,9% secara tahunan (year-on-year/YoY) melampaui ekspektasi sebesar 4,4% YoY. Sementara Malaysia tumbuh 2,9% pada kuartal II-2023 dan Singapura tumbuh 0,7% pada periode yang sama.
Airlangga menjelaskan, realisasi tersebut sulit untuk diperoleh bagi banyak negara. Terutama dalam situasi sekarang, saat tensi geopolitik yang tinggi hingga perubahan iklim yang semakin mengkhawatirkan. "Alhamdulillah pertumbuhan ekonomi kita tumbuh 4,94%," ujarnya.
4. Pemerintah Bakal Gelontorkan Bansos
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan kinerja ekonomi Indonesia pada kuartal III ini dihadapkan oleh ketidakpastian global, seperti kenaikan harga beras dalam hal ini karena El Nino dan adanya dinamika di pasar keuangan global dalam bentuk kenaikan yield US Treasury AS akibat kenaikan suku bunga acuan The Fed.
Di sisi lain, perlambatan ekonomi China memberikan dampak ke dalam negeri. Sementara itu, ekonomi Eropa masih dibayangi inflasi karena perang Ukraina dan Rusia yang tidak juga reda. Kemudian, perang Hamas dan Israel ikut membebani kondisi ini.
"Untuk itu seperti yang disampaikan Pak Menko mengenai ekonomi kita di kuartal III, yang di 4,94% ini menandakan kita perlu merespons dengan kebijakan agar sampai dengan akhir tahun atau kuartal IV bisa kembali pada 5% yang dilakukan untuk menetralisir harga beras yang naik selain menjaga pasokan dengan stok beras yang cukup," tegas Sri Mulyani dalam paparan Konferensi Pers PDB RI Kuartal III-2023, Senin (6/11/2023).
"Kita juga beri dukungan pada masyarakat paling rentan yaitu desil 1, 2, 3, sampai 4 jadi pemerintah memutuskan memberikan tambahan bantuan beras pada 21,3 juta KPM, yaitu keluarga PKH yang biasanya ada di desil 1-2 dan masyarakat yang biasa menerima sembako," paparnya.
5. Media Asing Sudah Perkirakan Ekonomi RI Melempem
Menurut Reuters, para ekonom juga memperkirakan perekonomian terbesar di Asia Tenggara ini akan melemah tahun ini, karena banyaknya kenaikan suku bunga dalam negeri, jatuhnya harga komoditas, dan melemahnya pertumbuhan global.
Sementara itu, Nikkei Asia mengungkapkan angka PDB terbaru ini dipengaruhi oleh pelemahan nilai tukar rupiah, yang meningkatkan biaya impor. Pelemahan rupiah ini mendorong bank sentral bulan lalu secara tak terduga menaikkan suku bunga utamanya untuk pertama kalinya sejak Januari.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekonomi RI 2023 Tumbuh 5,05%, Lebih Rendah dari Capaian 2022
