Belanja Warga-Pemerintah Loyo, Ekonomi RI Ikut Sempoyongan

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi Indonesia merosot tajam pada kuartal III-2023 sejalan dengan melambatnya konsumsi, ekspor, dan belanja pemerintah.
Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini mengumumkan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2023 atau Juli-September 2023 tumbuh 4,94% (year on year/yoy) dan 1,6% (quartal to quartal/qtq). Pertumbuhan (yoy) tersebut adalah yang terendah sejak kuartal III-2021 atau delapan kuartal terakhir.
Pertumbuhan ekonomi jauh lebih rendah dibandingkan konsensus polling CNBC Indonesia. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 institusi juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,03% (yoy) dan 1,71% dibandingkan kuartal sebelumnya (qtq).
Sebagai catatan, ekonomi Indonesia tumbuh 5,17 (yoy) dan 3,86% (qtq) pada kuartal II-2023.
Secara historis, pertumbuhan ekonomi Indonesia memang biasanya melandai pada kuartal III setelah melesat pada kuartal II.
Namun, pertumbuhan kuartal III-2023 terbilang anjlok dibandingkan kuartal-kuartal sebelumnya.
Konsumsi, Ekspor, dan Belanja Pemerintah Jeblok
Konsumsi masyarakat tumbuh 5,06% (yoy) pada kuartal III-2023, lebih rendah dibandingkan kuartal II-2023 yang tercatat sebesar 5,22%. Kendati melandai, konsumsi masih tumbuh di level historisnya 5%.
Pelemahan konsumsi masyarakat terutama terjadi pada pakaian, alas kaki, dan jasa perawatannya. Kelompok tersebut hanya tumbuh 3,59% pada Juli-September 2023, jauh di bawah periode April-Juni yang tercatat 7,02%.
Penurunan pertumbuhan juga terjadi untuk kesehatan dan pendidikan, serta restoran dan hotel. Kelompok pengeluaran yang naik adalah makanan, dan minuman, selain restoran. Konsumsi menyumbang sekitar 53% dari total Produk Domestik Bruto (PDB) nasional sehingga melemahnya konsumsi akan berdampak besar terhadap ekonomi.
Ekspor terkontraksi 4,26% (yoy) pada kuartal III-2023, lebih dalam dibandingkan kontraksi 2,97% (yoy) pada kuartal II-2023. Impor terkoreksi 6,18% (yoy) pada Juli-September tahun ini, lebih dalam dibandingkan kontrakasi 3,06% pada April-Juni tahun ini. Ini adalah kali kedua ekspor dan impor terkontraksi sejak kuartal IV-2020 atau delapan kuartal terakhir.
Ekspor mengalami kontraksi pada ekspor barang nonmigas seperti bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan/nabati, dan mesin/peralatan listrik; serta gas alam.
Perlambatan ekspor memang sudah diprediksi mengingat harga komoditas andalan Indonesia seperti batu bara dan Crude Palm Oil (CPO) ambruk.
Ekonomi mitra dagang utama juga melambat, terutama China.
Faktor lain yang membebani pertumbuhan adalah belanja pemerintah. Konsumsi pemerintah terkontraksi 3,76% (yoy) pada kuartal III tahun ini. Hal ini berbanding terbalik dengan pertumbuhan sebesar 10,57% pada kuartal II-2023.
Terkontraksinya pengeluaran pemerintah pada kuartal III-2023 adalah hal yang langka. Sepanjang Juli-September 2018-2022, hanya sekali pengeluaran pemerintah mengalami kontraksi yakni pada 2022.
Perlambatan konsumsi salah satunya karena tidak ada libur panjang atau Hari Raya Keagamaan pada Juli-September 2023. Dua lebaran yakni Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha sudah berlangsung pada periode April-Juni tahun ini.
Perlambatan konsumsi ini sudah tercermin dari sejumlah indikator ekonomi. Merujuk data Bank Indonesia, indeks penjualan riil tumbuh (yoy) sebesar 1,6% pada Juli, sebesar 1,1% pada Agustus, dan 1,0% pada September. Pertumbuhan ini jauh di bawah pada periode Juli-September 2022 yang selalu di atas 5%.
Data per September 2023 bahkan menunjukkan ada tiga kelompok yang mengalami kontraksi yaitu peralatan informasi dan komunikasi, perlengkapan rumah tangga lainnya, serta barang budaya dan rekreasi.
Penjualan kelompok lain juga mengalami penurunan drastis, termasuk makanan, minuman, dan tembakau.
Indeks Kepercayaan Konsumen juga terus melandai dari kisaran 126-128 pada kuartal III-2023. Indeks tercatat ada di angka 123,5 pada Juli 2023 dan 125,2 pada Agustus 2023. Indeks bahkan menyentuh 121,7 pada September 2023 yang menjadi level terendah sepanjang tahun ini.
Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) mencatat penjualan motor pada Juli-September 2023 tercatat 1,52 juta juta unit. Jumlah tersebut jatuh 10,13% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, penjualan mobil pada kuartal III-2023 tercatat 249.185 unit atau ambles 12% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sektor Pertanian dan Industri Tekstil Jatuh
Dari sisi lapangan usaha, sektor dengan pertumbuhan tertinggi adalah transportasi & pergudangan (14,74%) serta akomodasi dan makan minum (10,9%). Sebaliknya, sejumlah sektor yang melambat mulai dari sektor pertanian hingga transportasi dan pergudangan.
Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan tumbuh 1,46% (yoy) pada Juli-September tahun ini. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan kuartal II-2023 yang tercatat 2,02%.
Sektor pertanian berkontribusi 13,57% terhadap PDB Indonesia atau terbesar kedua setelah industri pengolahan serta menyumbang sekitar 28,21% terhadap penciptaan lapangan kerja.
Dengan sumbangan yang besar tersebut maka perlambatan sektor tersebut akan sangat berdampak terhadap PDB secara keseluruhan.
Di sektor pertanian, sub sektor yang melandai adalah tanaman perkebunan serta jasa pertanian dan perburuan.
Sektor lain yang melandai adalah indtsri makanan dan minuman serta industri tekstil dan pakaian jadi. Sektor lainnya adalah industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki, industri logam, industri transportasi dan pergudangan,
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mae/mae)