Harga Beras & Gabah di Petani-Penggilingan Masih Beterbangan
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga gabah dan beras di tingkat petani dan penggilingan hari ini, Selasa (19/9/2023) terpantau masih melanjutkan kenaikan. Tercatat, harga gabah dan beras di bulan September ini melonjak ke level rekor.
Panel Harga Badan Pangan mencatat, harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani hari ini naik Rp10 ke Rp6.500 per kg dan di tingkat penggilingan naik Rp40 ke Rp6.800 per kg.
Sementara harga gabah kering giling (GKG) di tingkat penggilingan kini sudah tembus ke atas Rp7.000. Terpantau naik Rp40 hari ini menjadi Rp7.360 per kg. Harga beras medium di penggilingan naik Rp40 ke Rp11.830 per kg dan beras premium di penggilingan naik Rp80 ke Rp13.090 per kg.
Harga tersebut adalah rata-rata nasional harian. Sedangkan secara bulanan, tercatat harga rata-rata nasional bulan September 2023 untuk beras medium di penggilingan mencapai Rp11.550 per kg dan premium di Rp12.800 per kg.
Harga GKP di petani terbang ke Rp6.300 per kg dan di penggilingan jadi Rp6.580 per kg. Sedangkan GKG di penggilingan melonjak ke Rp7.150 per kg.
Dengan posisi harga rata-rata bulanan tersebut, gap antara harga gabah dan beras di tingkat produsen pada tahun ini semakin menjauhi harga tertinggi tahun 2022.
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan, dengan posisi harga GKP saat ini, maka sulit mempertahankan harga beras di harga eceran tertinggi (HET) yang telah dinaikkan pemerintah Peraturan Badan Pangan Nasional Nomor 7 Tahun 2023 tentang Harga Eceran Tertinggi Beras sejak Maret 2023 lalu.
"Yang harus kita kerjakan bersama-sama saat ini adalah meningkatkan produksi dan menguatkan Cadangan Pangan Pemerintah (CPP). Terlebih saat ini teman-teman penggiling padi tengah kesulitan memperolehGKP. Kenapa harga gabah sampai Rp 7.000? Itu karena ada persaingan di level bawah," katanya dalam keterangan resmi, Selasa (19/9/2023).
"Hari ini teman-teman penggiling padi kesulitan memperoleh GKP. Kalau GKP ada di angka Rp 7.000-8.000, maka HET beras akan sulit seperti yang telah pemerintah tetapkan," ujar Arief.
Padahal, imbuh dia, HET merupakan parameter bagi pemerintah. Di mana di saat harga beras melampaui HET, pemerintah akan mengintervensi, antara lain meningkatkan produksi dan menguatkan CPP.
"Apabila tidak ada HET, kita akan kesulitan melihat dan mengetahui harga beras itu sedang tinggi atau rendah. Sebenarnya bukan HET yang menjadi masalah, melainkan lebih kepada bagaimana kita bisa meningkatkan produksi dan penguatan stok yang dikelola pemerintah," tegas Arief.
Untuk itu, katanya, pemerintah saat ini fokus membanjiri pasar dengan beras cadangan pemerintah (CBP) yang ada di gudang Perum Bulog. Serta, mendorong Bulog terus menaikkan CB yang bisa jadi senjata pemerintah mengintervensi pasar di saat harga terus melonjak seperti sekarang. Arief mengungkapkan, pihaknya terus memasok beras ke Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) dengan beras Bulog. Hari Minggu (17/9/2023), sebanyak 2.000 ton beras SPHP dipasok ke gudang PIBC.
"Ini waktunya kita melepas CBP. Ini merupakan waktunya Bulog mengeluarkan stoknya, baik dalam bentuk bantuan pangan, SPHP, maupun GPM," jelasnya.
"Kita sama-sama berharap intervensi ke pasar induk seperti ini berdampak pada penurunan harga. Tentunya seperti harapan Bapak Presiden agar harga beras dapat mulai menurun dalam 2 atau 3 minggu ke depan, berbagai upaya akan terus kami gencarkan," pungkas Arief.
(dce/dce)