
Ini yang Ditakuti Pemicu Harga Beras Terus 'Meledak' di 2024

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Umum Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Sutarto Alimoeso menyebut, telah terjadi perubahan masa panen raya pada dua tahun terakhir ini. Di mana yang biasanya masa panen raya bisa terjadi dua kali dalam setahun, namun dua tahun terakhir ini panen raya hanya terjadi satu kali. Ia pun khawatir tahun ini juga hanya terjadi satu kali panen dalam setahun.
"Panen raya dua tahun terakhir ini tidak terjadi dua kali lagi. Hanya satu kali. Saya takutnya tahun ini satu kali, pengaruhnya pasti terhadap harga," kata Sutarto saat ditemui di Hotel Kempinski Jakarta, Senin (4/3/2024).
Sutarto menjelaskan, normalnya saat panen raya produksi dalam negeri bisa menghasilkan sekitar 5 juta ton setara beras. Tahun ini, pada bulan Maret diprediksi hanya dapat 3,5 juta ton beras, April diperkirakan sekitar 4 juta ton beras.
"Tapi yang kita waspadai, untuk musim panen kedua yang seyogyanya musim tanam kedua ini jadi panen raya sekitar bulan Juli-Agustus. Nah kalau ini tidak terjadi harus siap-siap. Kemungkinan itu bisa saja terjadi," jelasnya.
Kekhawatiran itu, katanya, sejalan dengan konservasi lahan sawah yang masih berjalan. Ia menyebut banyak lahan sawah yang kini sudah berubah fungsi untuk kegiatan non-sawah.
"Saya mencatat dengan teman di lapangan, konservasi lahan di sawah itu masih berjalan. Saya melihat data seperti itu, meskipun masih hipotesa saya ya, berarti lahan irigasi banyak bergeser konversi ke untuk non-sawah. Menurut saya, karena luas panen nya kita turun," terang dia.
Selain itu, dia juga menyinggung soal produktivitas yang belum sesuai harapan juga disebabkan karena masalah ketersediaan pupuk. Lantas, bagaimana caranya agar harga beras turun?
"Untuk bisa turun ada dua faktor, yang penting faktor utamanya adalah supply. Kalau supply-nya cukup pasti harga akan stabil, bahkan mungkin turun. Darimana asalnya supply? Ya dari panen," katanya.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kemendag: Harga Beras Sudah Tak Ada Gejolak, Tapi Masih Tinggi