Gegara Ini Pemerintah RI Was-was, Menteri Jokowi Sebut Ngeri!

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
Kamis, 14/09/2023 08:05 WIB
Foto: AFP/ATTA KENARE

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah dalam hal ini Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif buka suara terkait melonjaknya harga minyak mentah dunia yang saat ini berada di atas level US$ 90-an per barel.

Bahkan, Menteri Arifin tak segan menyebutkan bahwa kenaikan harga minyak mentah dunia itu bikin 'ngeri'. "Sekarang harga minyak mentah sekarang berapa nih? US$ 92. Ngeri," ungkap Arifin saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, dikutip Kamis (14/9/2023).

Tak bisa dipungkiri lonjakan harga minyak bisa mempengaruhi harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di dalam negeri. Terlebih, Indonesia merupakan negara net importir minyak mentah dunia.


Maka, Arifin pun mengimbau agar masyarakat juga efisien dalam menggunakan BBM, salah satunya yaitu menggunakan kendaraan pribadi hanya untuk kegiatan penting.

"Memang harus ada pemikiran sesuatu, supaya masyarakat juga kalau pakai kendaraannya harus yang ini-ini aja lah, yang betul-betul urgent," tambahnya.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengatakan, pemerintah tidak nyaman bila harga minyak sangat tinggi, apalagi kalau sampai di atas US$ 100 per barel.

Dia beralasan, ini tak lain karena Indonesia merupakan net importir minyak.

"Sebetulnya kita itu nggak terlalu nyaman ya, dengan sangat tinggi (harga minyak global), sampai di atas US$ 100 itu nggak terlalu nyaman memang. Itu betul memang bisa tinggi," tuturnya saat ditemui di sela Indonesia Sustainability Forum (ISF) di Jakarta, Kamis (07/09/2023).

Dia menjelaskan, Indonesia mengimpor Bahan Bakar Minyak (BBM) sekitar 35% dari kebutuhan harian 1,3-1,4 juta barel. Belum lagi impor minyak mentah.

"Kan kita itu produksi dari kilang kita, yang dihasilkan dari crude oil, gabungan dari dalam negeri dan impor itu hanya 52% lah, nambah 35% dari import fuel," lanjutnya.

Harga Minyak Mentah Melejit

Seperti diketahui, harga minyak melejit mendekati 2% dan menjadi kenaikan tertinggi sepanjang 2023 hingga perdagangan hari Selasa kemarin karena prospek pasokan yang lebih ketat dan optimisme OPEC terhadap ketahanan permintaan energi di negara-negara besar.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) tetap berpegang pada perkiraannya mengenai pertumbuhan permintaan minyak global yang kuat pada tahun 2023 dan 2024, dengan alasan bahwa negara-negara besar lebih kuat dari perkiraan. Laporan bulanan OPEC memperkirakan permintaan minyak dunia akan meningkat sebesar 2,25 juta barel per hari (bph) pada tahun 2024.

"Harga minyak mentah menguat setelah laporan bulanan OPEC menunjukkan pasar minyak akan menjadi lebih ketat dari perkiraan awal," berdasarkan catatan Edward Moya, analis pasar senior di perusahaan data dan analisis OANDA.

Untuk menjaga pasokan tetap terbatas, Arab Saudi dan Rusia pekan lalu memperpanjang pengurangan pasokan sukarela sebesar 1,3 juta barel per hari hingga akhir tahun. OPEC, Rusia dan produsen sekutunya dikenal sebagai OPEC+.

Anggota OPEC Libya menutup empat terminal ekspor minyak di wilayah timur karena badai mematikan, sementara anggota OPEC+ Kazakhstan mengurangi produksi minyak harian untuk pemeliharaan.

Badan Informasi Energi AS (EIA) memproyeksikan produksi minyak global akan meningkat menjadi 101,2 juta barel per hari pada tahun 2023 dan 102,9 juta barel per hari pada tahun 2024.

EIA memperkirakan persediaan minyak global akan turun hampir setengah juta barel per hari pada paruh kedua tahun 2023, menyebabkan harga minyak naik dengan harga Brent rata-rata US$ 93 per barel pada kuartal keempat tahun ini.

Ke depan, para trader minyak menunggu perkiraan pasokan dan permintaan dari IEA pada hari Rabu, dan data persediaan minyak AS dari American Petroleum Institute (API).


(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Prabowo Akui Peran Strategis Jokowi Bangun Ekosistem EV