
Harga Minyak di 2026 Diramal Masih Turun ke US$ 60 per Barel

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) memproyeksikan harga minyak mentah dunia masih akan terus menghadapi tekanan yang cukup menantang. Hal ini menyusul ketidakpastian global yang masih tidak menentu.
Wakil Direktur Utama Pertamina (Persero) Oki Muraza menjelaskan bahwa tren penurunan harga minyak telah berlangsung sejak terjadinya konflik Rusia-Ukraina dan akan terus berlanjut pada tahun depan hingga ke level US$ 59-60 per barel.
"Tentu ini sangat mempengaruhi keekonomian dan profitabilitas dari Pertamina, dan menurut beberapa konsultan, perkiraannya tahun depan itu akan terus turun hingga di angka 59 hingga 60 USD per barel," kata Oki saat Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI DPR RI, dikutip Jumat (12/9/2025).
Oki membeberkan pelemahan harga minyak mentah ini terjadi karena adanya beberapa faktor. Pertama terdapat peningkatan pasokan minyak yang berasal dari anggota OPEC+ dan negara produsen non-OPEC.
Kedua, melemahnya permintaan global akibat perlambatan ekonomi dari pemain-pemain besar seperti China. Ditambah lagi, situasi geopolitik yang tidak menentu turut memperparah.
"Dan, sebagaimana kita ketahui, harga minyak mentah ini sangat berpengaruh kepada bisnis hulu di Pertamina dan juga di Indonesia," ujar Oki.
Adapun, pelemahan harga minyak mentah juga akan berpengaruh pada keekonomian bisnis midstream. Tak hanya Pertamina, namun sejumlah perusahaan besar mengalami kondisi yang serupa.
"Ini kita bisa lihat, beberapa perusahaan, BP, TotalEnergies, dan seterusnya, termasuk Chevron, yang memang sangat mendapatkan tantangan dari rendahnya harga minyak dan juga oversupply. Oversupply ini terjadi tidak hanya di crude, tapi juga terjadi di produk-produk kilang," katanya.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Keras! Trump Ancam Negara-negara yang Berbisnis dengan Iran
