
Sri Mulyani Benar! Ini yang Bikin G20 Kaget Sama RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan RI, menceritakan kesuksesan Indonesia yang bikin 20 negara dengan ekonomi terbesar atau kelompok G20 di dunia terkagum-kagum.
Hal ini dibagikan Sri Mulyani dalam pertemuan G20 tingkat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral di India pertengahan Juli lalu. Banyak negara maju di G20 yang terheran-heran soal kemajuan Indonesia dalam melewati krisis selama pandemi Covid-19.
Indonesia berhasil menurunkan defisit fiskal kembali ke level di bawah 3% dan mengendalikan inflasi kembali ke kisaran 3%. Menurutnya, banyak yang terpukau dengan cara RI mengendalikan inflasi.
"Ini merupakan upaya yang luar biasa, waktu saya sampaikan keberhasilan Pak Mendagri dengan seluruh jajaran dan Pemda, itu banyak negara-negara G20 yang kemudian melihat 'Oo caranya kaya gitu'," ujar Sri Mulyani dalam acara Penyerahan Insentif Fiskal dalam Pengendalian Inflasi Daerah, Jakarta, dikutip Kamis(2/8/2023).
"Karena saya sampaikan Indonesia negara besar, populasi dan geografinya besar, jadi kita cerita itu kredibel," katanya. Hal ini tentu akan berbeda dibandingkan dengan negara kecil, seperti Singapura. Kebijakannya tidak akan relevan dengan negara besar seperti anggota G20.
Dengan demikian Indonesia mungkin bisa jadi contoh bagi banyak negara lain dalam menempuh kebijakan mengendalikan inflasi.
"Itu menjadi salah satu test case-nya untuk dunia dan bisa juga jadi textbook case untuk penanganan inflasi. Karena banyak saya liat negara-negara bahkan pada level Presiden, PM atau menteri mengatakan kami tahu inflasi itu berasal bukan dari sisi demand, ini dari supply tapi mereka gak bisa kemudian menyelesaikan masalahnya, mereka hanya mengatakan ini gak benar, masalahnya suku bunga jangan naik, tapi kemudian gak menyelesaikan masalah," kata cerita Sri Mulyani.
Lantas, bagaimana sebenarnya perkembangan inflasi di Tanah Air?
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi 5,51% sepanjang 2022. Angka ini menjadi rekor inflasi tertinggi dalam 8 tahun terakhir atau sejak 2014. Inflasi tertinggi sepanjang 2022 terjadi pada kelompok pengeluaran transportasi, yakni 15,26% dengan andil 1,84%.
Tingginya pengeluaran transportasi dipicu oleh kenaikan harga bahan bakar minyak dan tingginya permintaan pasca dilonggarkannya PPKM. Selain itu, pada 2022, dunia dilanda lonjakan inflasi tinggi akibat perang Rusia dan Ukraina yang menganggu rantai pasok makanan serta naiknya permintaan pasca pandemi.
Akibat perkembangan ini, Bank Indonesia (BI) juga menaikkan suku bunga acuan BI-7 Days Reverse Repo Rate (BI-7DRR) sebanyak 5 kali. Total kenaikannya 200 basis points (bps) hingga BI7DRR mencapai level 5,5% pada akhir 2022. Saat ini, suku bunga BI berada di level 5,75%.
Untuk menanggulangi inflasi ini, pemerintah kembali mengaktifkan Tim Pengendali Inflasi Pusat (TPIP) dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID). Bahkan, pemerintah mengelontorkan bantuan beras untuk masyarakat miskin.
Baik pemerintah dan BI menyepakati langkah-langkah strategis a.l.:
1. Memperkuat koordinasi kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan mendorong momentum pemulihan ekonomi nasional;
2. Memitigasi dampak upside risks, antara lain dampak normalisasi kebijakan likuiditas global dan peningkatan harga komoditas dunia terhadap inflasi dan daya beli masyarakat;
3. Menjaga inflasi kelompok bahan pangan bergejolak (volatile food) dalam kisaran 3,0-5,0%. Upaya tersebut dilakukan dengan menjaga ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi, terutama menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN). Implementasi strategi difokuskan antara lain melalui optimalisasi pemanfaatan teknologi dan digitalisasi pertanian sisi hulu-hilir, pengembangan konektivitas, serta penguatan kerja sama antardaerah;
4. Memperkuat sinergi komunikasi kebijakan untuk mendukung pengelolaan ekspektasi inflasi masyarakat;
5. Memperkuat koordinasi Pemerintah Pusat dan Daerah dalam pengendalian inflasi melalui penyelenggaraan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pengendalian Inflasi 2022 dengan tema: "Digitalisasi UMKM Pangan untuk Akses dan Stabilisasi Harga".
Terbukti dengan cara ini, inflasi Indonesia terus melandai. Bahkan, inflasi bulan Juli 2023 melanjutkan tren penurunan. Inflasi Juli 2023 tercatat 3,08% (yoy), menurun signifikan dari Juni 2023 sebesar 3,52% (yoy). Penurunan ini dipengaruhi perlambatan kenaikan harga pada seluruh komponen.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Cerita Sri Mulyani Bikin Menteri Negara Maju Terheran-heran