Internasional

Efek "Kiamat" Beras India ke Mana-Mana: Singapura-Malaysia-AS

sef, CNBC Indonesia
03 August 2023 05:29
India's Prime Minister Narendra Modi, right, speaks with Foreign Minister Subrahmanyam Jaishankar at the G20 Leaders' Summit, in Nusa Dua, Bali, Indonesia, Wednesday Nov. 16, 2022. (Willy Kurniawan/Pool Photo via AP)
Foto: AP/Willy Kurniawan

Jakarta, CNBC Indonesia- Dampak signifikan akibat pelarangan ekspor beras yang dilakukan India diyakini bakal mengenai banyak negara. Sebelumnya 20 Juli, India melarang ekspor beras non basmati demi menjaga pasokan dan membendung kenaikan harga (inflasi) di dalam negeri.

India adalah salah satu eksportir beras utama dunia. Beras non basmati berkontribusi 17% dari total 40% beras India yang diekspor ke global saat ini.

"(Langkah India) berisiko memperburuk kerawanan pangan di negara-negara yang sangat bergantung pada impor beras," kata firma analitik data Gro Intelligence dalam sebuah catatan.

Lalu negara mana saja yang diperkirakan terdampak dan sudah terdampak? Berikut datanya dirangkum CNBC Indonesia, Kamis (3/8/2023).

Malaysia

Laporan terbaru Barclays Rabu, menyebutkan potensi Malaysia sebagai salah satu negara yang terkena dampak serius. Ini karena ketergantungannya yang sangat signifikan ke India.

"Malaysia tampaknya menjadi yang paling rentan menurut analisis kami," sebut laporan Barclays yang dikutip CNBC International.

"Negara ini mengimpor sebagian besar pasokan berasnya, dan India menyumbang bagian yang relatif besar dari impor berasnya," tulis para analis.

Singapura

Singapura juga diyakini sangat terdampak. Di mana laporan menunjukkan bahwa India menghasilkan sekitar 30% dari impor beras negara kota tersebut.

Pemerintah pun sudah bergerak untuk mengendalikan situasi. Permohonan penangguhan ke pemerintah Delhi pun dikirim.

"Singapura berhubungan dekat dengan otoritas India. Untuk mencari pengecualian dari larangan tersebut," " kata Badan Pangan Singapura (SFA) akhir pekan.

"SFA bekerja sama dengan importir untuk meningkatkan impor berbagai jenis beras dari berbagai sumber," tambah SFA lagi mengatakan solusi lain.

Untuk memastikan pasokan beras cukup, Singapura juga mengumumkan Skema Penimbunan Beras Singapura. Di mana importir beras harus memiliki persediaan penyangga yang setara dengan dua kali impor bulanan mereka.

"Kami meninjau buffer inventaris secara teratur dan siap bekerja sama dengan industri jika diperlukan penyesuaian," ujar SFA lagi.

"Konsumen juga didorong untuk fleksibel dan dapat beradaptasi dengan beralih ke varietas beras lain, termasuk sumber karbohidrat lain jika terjadi gangguan," jelasnya.

Filipina

Tetangga RI lain, Filipina, juga berpotensi sangat terpukul. Dalam laporan Barclays Negeri Tagalog akan menjadi yang paling rentan terhadap kenaikan harga beras global mengingat bobot beras tertinggi dalam keranjang Index Harga Konsumen (IHK) negara tersebut.

Saat ini saja, Manila sedang berupaya untuk mencari pasokan beras baru. Pasalnya, fenomena iklim El Nino diramalkan akan merusak panen hasil pertanian, mengancam stok pangan negara itu.

Filipina, salah satu importir beras terbesar di dunia, biasanya membeli beras pokok terutama dari tetangganya Vietnam. Tetapi Presiden Filipina Ferdinand Marcos mengatakan pasokan dari Vietnam mungkin terbatas karena pembeli lain yang berbondong-bondong masuk.

"Saya sedang memikirkan pasokan beras nasional. Semua bersiap menghadapi El Nino, seluruh Asia Tenggara," ujarnya seperti dimuat Reuters.

Kanada

Panic buying terjadi di Kanada. Berkurangnya pasokan diyakini akan meningkatkan harga banyak jenis beras.

Manish Limbachiya, misalnya. Pemilik Namaste Indian Supermarket di Mississauga, Ontario, mengatakan dia perlu membatasi penjualan beberapa jenis beras untuk mencegah pembelian panik.

"Saya harus menjaga pelanggan saya juga, jadi saya hanya mengatakan kepada semua orang untuk mengambil satu tas untuk setiap keluarga sehingga saya dapat melindungi semua keluarga pelanggan," katanya kepada CTVNews.ca dalam sebuah wawancara.

Limbachiya mengatakan dia memiliki persediaan beras tetapi tidak terlalu banyak setelah adanya larangan tersebut. Saat ini, toko Limbachiya memiliki beras Soona Masoori dan beras Idly, keduanya tercakup dalam larangan ekspor yang ditetapkan New Delhi.

Amerika Serikat

Kebijakan larangan ekspor beras non basmati yang diumumkan India sejak dua pekan lalu juga membuat panic buying di sejumlah pasar Amerika Serikat (AS). Di Texas, sebagaimana dilaporkan NBC Sabtu lalu, konsumen tiba-tiba melakukan pembelian dalam jumlah besar, untuk menghindari kekurangan dan potensi kenaikan harga (inflasi).

Selama akhir pekan, fenomena ini terlihat di toko-toko di Dallas-Fort Worth di mana pelanggan dilaporkan mengosongkan rak dan menunggu dalam antrean panjang untuk menimbun beras.

"Mereka sangat ingin membeli sepuluh, 12, 15 tas," kata Anand Pabari, pemilik India Bazaar, toko kelontong Asia Selatan di sana.

"Itu adalah situasi yang benar-benar gila," ujarnya lagi.

Sementara itu, mengutip Marketplace, kekhawatiran akan langkah larangan beras non basmati India juga melanda Negara Bagian New Mexico. Koki dan pemilik restoran India di Santa Fe, Paper Dosa, mengaku mulai ada kelangkaan.

"Kami mendapatkan beberapa, tetapi kami tidak dapat memperoleh apa yang kami inginkan," kata Paulraj Karuppasamy.

"Rak-rak kosong. Banyak orang membelinya dalam jumlah besar dan menyimpannya," tambahnya.

Negara Lain

Secara garis besar, data Gro Intelligence menyebut "kiamat" beras yang dilakukan India, akan mempengaruhi banyak negara Asia dan Afrika. Apalagi negara yang sancta bergantung ke India dan berjuang dengan infasi harga pangan yang tinggi

"Negara-negara yang diperkirakan terkena dampak parah larangan itu adalah negara-negara Afrika, Turki, Suriah, dan Pakistan, yang semuanya juga berjuang dengan inflasi harga pangan yang tinggi," ujar catatan lembaga itu.

Bagaimana RI?

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi optimistis, langkah India itu tak akan pengaruhi stabilitas pangan Indonesia. Sebab, kata dia, pemerintah telah mempersiapkan berbagai langkah untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga beras.

Di sisi lain, di menambahkan, pemerintah juga telah menugaskan Bulog mengisi stok cadangan beras pemerintah (CBP) lewat impor dengan kuota 2 juta ton. Termasuk impor dari India.

Arief mengatakan, posisi perdagangan Indonesia dan India saat ini, justru pemerintah India yang menawarkan dilakukannya trade balancing dengan Indonesia.

"Trade balance India itu dengan Indonesia kalahnya besar, sehingga teman-teman dari India ini mengharapkan kita itu Importasinya salah satunya dari India, jadi memang mereka sendiri yang meminta pemerintah Indonesia untuk menyeimbangkan atau trade balance karena ekspor CPO kita jauh lebih besar," kata Arief dalam keterangan resmi dikutip.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article "Kiamat" Beras India Makan Korban: Singapura

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular