Internasional

"Kiamat" Beras India Makan Korban: Singapura, AS & Kanada

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
02 August 2023 08:03
Rice crop is held in a paddy field on the outskirts of Guwahati, India, Tuesday, June 6, 2023. Experts are warning that rice production across South and Southeast Asia is likely to suffer with the world heading into an El Nino. (AP Photo/Anupam Nath)
Foto: AP/Anupam Nath

Jakarta, CNBC Indonesia - Ancaman "kiamat" beras di muka bumi terjadi akibat keputusan India melarang ekspor beras non basmati. Ini membuat beberapa negara resah.

Pasalnya, Negeri Hindustan merupakan salah satu supplier beras terbesar di dunia. Salah satu negara yang terpengaruh adalah Kanada.

Di Negeri Maple itu, para ahli mengatakan larangan tersebut mendorong beberapa warga untuk mulai melakukan panic buying. Ini dapat meningkatkan harga jenis beras yang tidak terkena larangan tersebut.

Manish Limbachiya, misalnya. Pemilik Namaste Indian Supermarket di Mississauga, Ontario, mengatakan dia perlu membatasi penjualan beberapa jenis beras untuk mencegah pembelian panik.

"Saya harus menjaga pelanggan saya juga, jadi saya hanya mengatakan kepada semua orang untuk mengambil satu tas untuk setiap keluarga sehingga saya dapat melindungi semua keluarga pelanggan," katanya kepada CTVNews.ca dalam sebuah wawancara dikutip Rabu (2/8/2023).

Limbachiya mengatakan dia memiliki persediaan beras tetapi tidak terlalu banyak setelah adanya larangan tersebut. Saat ini, toko Limbachiya memiliki beras Soona Masoori dan beras Idly, keduanya tercakup dalam larangan ekspor yang ditetapkan New Delhi.

Kondisi yang sama juga terjadi di tetangga Kanada, Amerika Serikat (AS). Di Texas, sebagaimana dilaporkan NBC Sabtu lalu, konsumen tiba-tiba melakukan pembelian dalam jumlah besar, untuk menghindari kekurangan dan potensi kenaikan harga (inflasi).

Selama akhir pekan, fenomena ini terlihat di toko-toko di Dallas-Fort Worth di mana pelanggan dilaporkan mengosongkan rak dan menunggu dalam antrean panjang untuk menimbun beras.

"Mereka sangat ingin membeli sepuluh, 12, 15 tas," kata Anand Pabari, pemilik India Bazaar, toko kelontong Asia Selatan di sana.

"Itu adalah situasi yang benar-benar gila," ujarnya lagi.

Sementara itu, mengutip Marketplace, kekhawatiran akan langkah larangan beras non basmati India juga melanda Negara Bagian New Mexico. Koki dan pemilik restoran India di Santa Fe, Paper Dosa, mengaku mulai ada kelangkaan.

"Kami mendapatkan beberapa, tetapi kami tidak dapat memperoleh apa yang kami inginkan," kata Paulraj Karuppasamy.

"Rak-rak kosong. Banyak orang membelinya dalam jumlah besar dan menyimpannya," tambahnya.

Di luar Benua Amerika, Singapura juga merasakan keresahan serupa. Negeri itu menyebut telah menghubungi otoritas India untuk meminta pengecualian atas larangan ekspor beras non basmati.

Diketahui, impor beras India di Singapura mencapai 40% di 2022. Sekitar 17% nya adalah non basmati.

"Singapura berhubungan dekat dengan otoritas India," kata Badan Pangan Singapura (SFA) pada Jumat lalu.

"Untuk mencari pengecualian dari larangan tersebut," tambahnya.

Meski begitu, SFA mengatakan akan bekerja sama dengan importir untuk meningkatkan impor berbagai jenis beras dari berbagai sumber. Singapura juga mengumumkan Skema Penimbunan Beras Singapura, di mana importir beras harus memiliki persediaan penyangga yang setara dengan dua kali impor bulanan mereka.

"Kami meninjau ... secara teratur dan siap bekerja sama dengan industri jika diperlukan penyesuaian," ujar SFA lagi.

"Konsumen juga didorong untuk fleksibel dan dapat beradaptasi dengan beralih ke varietas beras lain, termasuk sumber karbohidrat lain jika terjadi gangguan," jelasnya.

India merupakan eksportir beras terbesar dunia. Setelahnya ada Thailand dan Vietnam yang menduduki posisi nomor dua dan tiga.

"Kiamat" Beras UEA dan Rusia

Sementara itu, UEA sejak Jumat lalu, telah melarang ekspor selama empat bulan ke depan, termasuk beras asal India. Ini akan mencakup semua varietas termasuk beras merah, beras giling penuh atau sebagian, dan beras pecah.

"Perusahaan yang ingin mengekspor atau mengekspor kembali beras harus mengajukan permohonan kepada Kementerian Perekonomian untuk mendapatkan izin ekspor ke luar negeri," muat Reuters dan juga Al-Arabiya.

Sementara itu, mengutip Sputnix, Rusia juga mengatakan akan melarang ekspor beras dan menir hingga 31 Desember 2023. Alasannya untuk menjaga stabilitas di pasar domestik.

"Pemerintah memberlakukan larangan sementara ekspor beras dan menir beras," kata Kremlin melalui Telegram.

"Pembatasan itu berlaku hingga 31 Desember 2023. Keputusan itu diambil untuk menjaga stabilitas pasar dalam negeri," katanya.

Meski begitu, larangan disebut tidak akan mempengaruhi negara-negara anggota Uni Ekonomi Eurasia- Armenia, Belarusia, Kazakhstan, dan Kyrgyzstan- yang bergakung pada Rusia. Beras dan menir beras dapat dikirim ke luar negeri untuk bantuan kemanusiaan, serta dalam kerangka transportasi transit internasional.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article "Kiamat" Beras India Bawa Malapetaka, Malaysia-Filipina Kena

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular