Sri Mulyani Bagikan 'Rahasia' RI yang Bikin Dunia Kaget
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani baru-baru ini membagikan pengalaman ekonomi Indonesia bangkit dari pandemi Covid-19 kepada negara-negara G20 dalam pertemuan Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) di Gujarat, India, minggu lalu (16/7/2023).
Pemulihan Indonesia yang solid dan stabil ini membuat para koleganya, menteri keuangan di G20, terpukau. Hal ini karena Indonesia berhasil mempertahankan pertumbuhan ekonomi di atas 5% selama enam kuartal berturut-turut setelah pandemi. Bahkan, pertumbuhan ini berpotensi berlanjut pada kuartal II-2023. Hal ini diungkap oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati kepada CNBC Indonesia minggu lalu (21/7/2023).
"Jadi kalau tujuh kuartal itu bisa di atas 5%, itu kita melakukan sesuatu dengan benar," kata Sri Mulyani dalam Dinner & Sharing with Sri Mulyani, dikutip Selasa (25/7/2023).
"Indonesia sekarang stay di 5%, merekka drop the jaw (terpukau)," lanjutnya.
Bahkan, dia menambahkan menteri keuangan Kanada menyampaikan kepadanya secara langsung agar Indonesia bisa mempertahankan pertumbuhan ini karena dunia membutuhkan kisah sukses saat ini.
"Kami butuh cerita sukses di saat ini," ungkap Sri Mulyani yang menceritakan kembali pernyataan rekannya tersebut.
Selain Indonesia, di antara negara G20, India dan Turki membukukan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Namun, inflasi dan defisit fiskal keduanya juga cukup tinggi.
Sebagai catatan, perekonomian Indonesia tumbuh kuat di tengah perlambatan ekonomi global. Kinerja perekonomian domestik terjaga baik, seiring inflasi yang terus menurun dan daya beli masyarakat terjaga kuat. Inflasi Indonesia pada Mei 2023 sebesar 4,0% (yoy), lebih baik dibandingkan negara-negara maju, seperti Italia, Australia, Jerman, dan Singapura.
"Inflasi masih dalam posisi yang trennya sesuai dengan yang ingin kita lihat yaitu penurunan, terutama disumbangkan oleh volatile food yang mengalami penurunan cukup tajam yaitu 3,3 persen dan mulai menurunnya core inflation ke 2,7 persen. Di sisi lain, administered price kita harapkan akan terus menunjukkan tren penurunan," papar Menkeu.
Di sisi lain, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mengalami surplus Rp 152,3 triliun atau 0,71% dari PDB pada Semester I-2023. Bahkan, surplus ini jauh lebih tinggi daripada semester I-2022 yang mencapai yang surplus Rp 91,2 triliun.
Adapun, pada akhir tahun, Sri Mulyani memperkirakan defisit APBN bisa ditekan menjadi Rp 486,4 triliun atau 2,28% terhadap PDB. Dia pun meyakini defisit ini dapat lebih rendah lagi.
Sementara itu, keseimbangan primer juga mengalami surplus sebesar Rp 368,2 triliun pada akhir Juni 2023. Surplus ini lebih tinggi dibandingkan dengan tahun lalu yang mencapai Rp 279 triliun atau kenaikannya 32%. Dengan demikian, Indonesia terbukti memiliki fiskal yang cukup baik dan stabil.
(haa/haa)