
Data Ini Tunjukkan RI Tak Lagi Ngutang Buat Bayar Utang

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) terus melanjutkan tren positif hingga akhir semester I-2023. Tingginya penerimaan membawa APBN masih surplus, termasuk untuk keseimbangan primer.
Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan menyampaikan bahwa keseimbangan primer tercatat surplus Rp 368,2 triliun atau naik 32% dibandingkan dengan posisi pada periode yang sama di 2022.
"Dari sisi keseimbangan primer juga surplus Rp368,2 triliun. Ini juga jauh lebih tinggi dari surplus keseimbangan primer dibanding tahun lalu yang juga surplus Rp 279 triliun atau kenaikannya 32%," ungkapnya dalam konferensi pers APBN Kita, melalui kanal Youtube Kementerian Keuangan, Senin (24/7/2023).
Keseimbangan primer merupakan selisih dari total pendapatan negara dikurangi belanja negara di luar pembayaran bunga utang. Jika total pendapatan negara lebih besar daripada belanja negara di luar pembayaran bunga utang maka keseimbangan primer akan positif, yang berarti masih tersedia dana yang cukup untuk membayar bunga utang.
Sebaliknya, jika total pendapatan negara lebih kecil daripada belanja negara di luar pembayaran bunga utang maka keseimbangan primer akan negatif, yang berarti sudah tidak tersedia dana untuk membayar bunga utang. Dengan kata lain, sebagian atau seluruh bunga utang dibayar dengan penambahan utang baru.
Realisasi APBN
Kondisi pendapatan negara masih mampu tumbuh sebesar 5,4% dari Rp 1.336,1 triliun menjadi Rp 1.407,9 triliun. Ditopang penerimaan perpajakan yang mencapai Rp 1.105,6 triliun atau tumbuh 5,4% dan PNBP Rp 302,1 triliun atau tumbuh 5,5%.
Sementara itu, dari sisi belanja negara juga masih mampu tumbuh meski tipis. Hingga akhir semester I-2023, belanja negara terealisasi sebesar Rp 1.255,7 triliun atau tumbuh 0,9% dari realisasi periode yang sama pada tahun lalu Rp 1.244,9 triliun. Besarannya setara 41% dari target belanja tahun ini Rp 3.061,2 triliun.
Dengan kondisi penerimaan yang lebih tinggi dari belanja, maka pemerintah kata Sri Mulyani tidak banyak mengeluarkan biaya untuk pembiayaan anggaran. Hingga semester I-2023 hanya mencapai Rp 135,1 triliun atau turun 14,8% dari realisasi semester I-2022 yang sebesar Rp 158,6 triliun. Besarannya pun baru 22,6% dari target pembiayaan anggaran 2023 Rp 598,2 triliun.
"Oleh karena itu kita melihat tren ini harus dijaga karena situasi global yang cenderung dengan kenaikan suku bunga tinggi dan volatilitas tinggi maka eksposur ke pembiayaan utang harus terus dijaga pada level yang aman," tegas Sri Mulyani.
Dari sisi perkembangan ekonomi makro pun menurutnya hingga semester I-2023 ini masih terkendali jika dibandingkan dengan asumsi dasar yang telah digariskan dalam APBN 2023. Misalnya untuk pertumbuhan ekonomi hingga kuartal I-2023 masih tumbuh 5,03% dari target keseluruhan tahun 5,3%.
Sementara itu, inflasi sudah sesuai dengan kisaran sasarannya, yaitu 3,52% per Juni 2023 dari asumsi 3,6% secara tahunan atau year on year (yoy). Suku bunga SUN 10 tahun di level 6,61% ytd dari asumsi keseluruhan tahun ini sebesar 7,9%.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dalam 3 Bulan, Pemerintah Tarik Utang Baru Rp224,8 T