
Ilmuwan Dunia Teriak Bumi Makin 'Mendidih', Ini Buktinya!

Jakarta, CNBC Indonesia - Para ahli iklim menyebut negara-negara di dunia gagal mengamankan target pemanasan global jangka panjang tak lebih dari 1,5 derajat Celcius (2,7 Fahrenheit). Mereka menyebut target ini bergerak di luar jangkauan.
Para ahli juga menyebut suhu panas di darat dan laut telah memecahkan rekor. Hal ini disampaikan ketika para utusan berkumpul di Bonn, Jerman, pada awal Juni untuk mempersiapkan pembicaraan iklim tahunan pada November mendatang.
Layanan Perubahan Iklim Copernicus (C3S) yang didanai Uni Eropa (UE) menyebut meskipun suhu rata-rata untuk sementara telah menembus ambang 1,5 derajat Celcius, situasi saat ini adalah pertama kalinya musim panas belahan bumi utara pada Juni memecahkan rekor. Suhu laut juga memecahkan rekor April dan Mei lalu.
"Kita kehabisan waktu karena perubahan membutuhkan waktu," kata Sarah Perkins-Kirkpatrick, ahli klimatologi di Universitas New South Wales Australia, dikutip dari Reuters, Senin (3/7/2023).
Saat utusan iklim dari dua penghasil emisi gas rumah kaca terbesar bersiap untuk bertemu bulan depan, suhu memecahkan rekor bulan Juni di ibu kota China, Beijing, dan gelombang panas ekstrem melanda Amerika Serikat (AS).
Beberapa bagian Amerika Utara sekitar 10 derajat Celcius di atas rata-rata musiman bulan ini, dan asap dari kebakaran hutan menyelimuti Kanada dan Pantai Timur AS dalam kabut berbahaya menyumbang emisi karbon diperkirakan mencapai rekor 160 juta metrik ton.
Di India, salah satu daerah yang paling rentan terhadap iklim, kematian dilaporkan meningkat akibat suhu tinggi yang berkelanjutan, dan panas ekstrem tercatat di Spanyol, Iran, dan Vietnam, menimbulkan kekhawatiran bahwa musim panas yang mematikan tahun lalu bisa menjadi rutinitas.
Negara-negara sebelumnya sepakat untuk mencoba mempertahankan kenaikan suhu rata-rata jangka panjang dalam 1,5 derajat Celcius dalam perjanjian di Paris pada tahun 2015.
Namun prediksi Dunia Organisasi Meteorologi pada Mei lalu menyebut ada kemungkinan 66% rata-rata tahunan akan melewati ambang batas 1,5 derajat Celcius untuk setidaknya satu tahun penuh antara sekarang dan 2027.
El Nino
Suhu daratan yang tinggi telah diimbangi dengan suhu di laut. Pemanasan kali ini yang diintensifkan oleh peristiwa El Nino dan faktor lainnya.
Suhu permukaan laut rata-rata global mencapai 21 derajat Celcius pada akhir Maret dan tetap pada tingkat rekor sepanjang tahun sepanjang April dan Mei. Badan cuaca Australia memperingatkan bahwa suhu laut Samudera Pasifik dan Hindia bisa menjadi 3 derajat Celcius lebih hangat dari biasanya pada Oktober.
Pemanasan global adalah faktor utama, kata Piers Forster, profesor fisika iklim di University of Leeds. Namun, El Nino serta penurunan debu Sahara yang bertiup di atas lautan dan penggunaan bahan bakar juga menjadi penyebabnya.
"Jadi secara keseluruhan, lautan dihantam oleh pukulan empat kali lipat," katanya.
Ribuan ikan mati terdampar di pantai-pantai Texas dan ledakan ganggang yang disebabkan oleh panas juga dianggap sebagai penyebab kematian singa laut dan lumba-lumba di California.
Annalisa Bracco, ahli iklim di Georgia Institute of Technology, menyebut laut yang lebih hangat juga bisa berarti lebih sedikit angin dan hujan, menciptakan lingkaran setan yang menyebabkan lebih banyak panas.
Meskipun suhu laut yang tinggi tahun ini disebabkan oleh kombinasi sempurna dari keadaan, dampak ekologis dapat bertahan lama. "Lautan akan memiliki respons yang sangat lambat karena mengakumulasi (panas) secara perlahan tetapi juga menyimpannya untuk waktu yang lama," tuturnya.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Perang! 195.000 Orang Tewas di Eropa, Ada 'Kiamat' Apa?
