Internasional

Bukan Perang! 195.000 Orang Tewas di Eropa, Ada 'Kiamat' Apa?

sef, CNBC Indonesia
14 June 2023 07:00
08 June 2023, Hesse, Frankfurt/Main: A thunderstorm passes over Frankfurt's bank towers in the morning, while on the left there are already signs of better weather. Photo: Frank Rumpenhorst/dpa (Photo by Frank Rumpenhorst/picture alliance via Getty Images)
Foto: dpa/picture alliance via Getty I/picture alliance

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebanyak 195.000 orang tewas di Eropa. Bahkan, kerugian ekonomi mencapai 560 miliar euro (Rp 8.984 T).

Hal ini diungkap Badan Lingkungan Eropa (EAA), Rabu (14/6/2023). Angka-angka tersebut merupakan akumulasi dari tahun 1980 akibat kondisi cuaca ekstrem di benua itu.

"Hampir 195.000 kematian disebabkan oleh banjir, badai, gelombang panas dan dingin, kebakaran hutan dan tanah longsor antara tahun 1980 dan 2021," muat EAA dalam laporannya.

"Dari kerugian 560 miliar euro hanya 170 miliar atau 30%, yang diasuransikan," tambah lembaga itu.

Hal senada juga ditegaskan pakar EEA Aleksandra Kazmierczak. Ia mengatakan perlu upaya lanjutan agar kerugian serupa tak makin bertambah.

"Kita perlu segera beralih dari menanggapi peristiwa cuaca ekstrem... untuk secara proaktif mempersiapkannya," ujarnya.

Menurut data terbaru, sebagaimana dikutip AFP, gelombang panas menyebabkan 81 % kematian dan 15% kerugian finansial. Eropa menjadi rentan karena banyaknya populasi yang menua, di mana orang lanjut usia sangat sensitif terhadap panas ekstrem.

"Sebagian besar kebijakan adaptasi nasional dan strategi kesehatan mengenali dampak panas pada sistem kardiovaskular dan pernapasan. Tetapi kurang dari setengahnya mencakup dampak langsung dari panas seperti dehidrasi atau serangan panas," katanya.

Di data yang sama, terlihat pula bahwa kematian meningkat dari biasanya di Eropa, saat musim panas 2022. Ada 53.000 lebih banyak kematian pada Juli 2022 daripada rata-rata bulanan pada 2016-2019 alias naik 16%.

Spanyol mencatat lebih dari 4.600 kematian terkait dengan panas ekstrem pada Juni, Juli, dan Agustus.

Pada Februari 2022, EAA mengatakan cuaca ekstrem menewaskan 142.000 orang. Ini menyebabkan kerugian 510 miliar euro untuk periode 1980-2020.

Peningkatan angka yang dirilis sebagian disebabkan oleh fakta bahwa pada tahun 2021, banjir melanda Jerman dan Belgia. Hal itu menyebabkan kerugian ekonomi hampir 50 miliar euro.

"Dalam hal kematian, perubahan metodologi di Prancis dan Jerman juga bertanggung jawab atas variasi yang besar, " muat EEA lagi.

Studi percaya kondisi cuaca ekstrem disebabkan perubahan iklim yang dibuat manusia. Ini meningkatkan risiko kekeringan lima atau enam kali lipat pada tahun 2022, tahun ketika kebakaran hutan merusak wilayah dua kali lipat dalam beberapa tahun terakhir.

Kerugian ekonomi dapat meningkat dari 9 miliar euro per tahun saat ini menjadi 25 miliar euro pada akhir abad ini jika planet menghangat hingga 1,5 derajat Celcius. Itu bisa naik menjadi 31 miliar euro jika menghangat 2C dan 45 miliar euro jika menghangat 3C.

"Konsekuensi yang bisa menghancurkan pertanian," tulis EEA.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ngeri! Ini Bukti Rekor Panas Asia Tenggara Tak Ada Habisnya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular