Internasional

Alquran Dibakar, Geng Negara Muslim Gelar Rapat Darurat

luc, CNBC Indonesia
03 July 2023 11:40
Aktivis Khilafat Majlish, sebuah kelompok politik Islam, memprotes pembakaran Al-Quran oleh politisi sayap kanan Swedia-Denmark Rasmus Paludan dan menghapus perubahan terbaru dalam buku teks yang disiapkan oleh Dewan Kurikulum dan Buku Teks Nasional (NCTB), di depan masjid Baitul Muqarram di Dhaka, Bangladesh pada 27 Januari 2023. (Syed Mahamudur Rahman/NurPhoto via Getty Images)
Foto: (NurPhoto via Getty Images/NurPhoto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pembakaran Alquran yang di Swedia pada pekan lalu telah membangkitkan kemarahan dunia, terutama negara-negara mayoritas Muslim.

Komite eksekutif Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) mengadakan pertemuan di Jeddah pada Minggu (2/7/2023) untuk membahas konsekuensi dari insiden pembakaran Alquran di depan masjid di Stockholm, pada hari pertama Idul Adha.

Pada 28 Juni, Salwan Momika (37), seorang pengungsi dari Irak, menodai Alquran dan membakar halaman-halamannya, memicu kemarahan dan kecaman yang meluas atas tindakan tersebut di seluruh dunia Muslim dan Arab.

Sekretaris Jenderal OKI Hissein Brahim Taha meminta negara-negara anggota untuk bersatu dan mengambil langkah kolektif untuk mencegah insiden serupa di masa depan.

OKI dengan tegas mengecam tindakan tersebut, yang dikatakan merusak rasa saling menghormati di antara orang-orang dan upaya global untuk mendorong toleransi dan moderasi.

Taha menekankan pentingnya menyampaikan pesan yang jelas bahwa menodai Alquran dan menghina Nabi Muhammad bukanlah insiden Islamofobia biasa. Dia menekankan perlunya masyarakat internasional untuk menerapkan undang-undang yang secara eksplisit melarang promosi kebencian agama.

Saleh Hamad Al-Suhaibani, perwakilan Saudi untuk OKI, mengatakan ini adalah keempat kalinya insiden serupa terjadi di Swedia, dengan dalih palsu kebebasan berpendapat dan berekspresi.

"Kami berharap pertemuan darurat ini akan menghasilkan keluaran yang berharga dan hasil yang bermanfaat untuk menghentikan perilaku tercela ini," katanya, dikutip dari Arab News, Senin (3/7/2023).

Menurutnya, kejadian tersebut tidak bisa diterima. Tindakan itu juga bertentangan dengan prinsip-prinsip agama dan semua kesepakatan global yang mendukung perdamaian dan persatuan

"Kerajaan sangat mengutuk dan mengecam tindakan berulang ini. Tindakan semacam itu tidak dapat diterima terlepas dari alasan apapun, dan tindakan tersebut secara terang-terangan mendorong kebencian, pengucilan, dan rasisme," ujarnya.

Negara-negara anggota OKI bersatu untuk mengecam insiden tersebut, dengan kecaman keras yang diungkapkan oleh negara-negara termasuk Turki, Pakistan, Kamerun, Gambia, dan Indonesia. Duta besar dan perwakilan lainnya menyuarakan ketidaksetujuan dan keprihatinan mereka selama pertemuan tersebut.

Mehmet Metin Eker, perwakilan tetap Turki untuk OKI, mengatakan bahwa tidak dapat diterima, apalagi jika Swedia tidak mengambil tindakan.

"Kami melawan pihak berwenang Swedia untuk mengambil tindakan hukum yang diperlukan terhadap para pelaku kejahatan ini. Kami juga mengajak masyarakat internasional untuk mengambil langkah konkret untuk mencegah terulangnya tindakan provokatif tersebut," tuturnya.

Eker mengatakan bahwa adopsi resolusi PBB yang menyatakan 15 Maret sebagai Hari Internasional untuk Memerangi Islamofobia merupakan "langkah ke arah yang benar."

Dia menyarankan agar OKI mengatur acara di kantor pusatnya dan, yang lebih penting, di negara-negara di mana serangan Islamofobia lazim terjadi, dengan tujuan meningkatkan kesadaran tentang masalah ini dan memobilisasi anggota dan mitra potensial untuk mengatasi Islamofobia secara efektif.

Syed Mohammed Fawad Sher, perwakilan tetap Pakistan untuk OKI, mengatakan bahwa pemerintah Pakistan mengutuk keras "tindakan kejam ini ... pada kesempatan Idul Adha yang diberkahi."


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Duh! Pengadilan Swedia Bolehkan Demo Disertai Bakar Alquran

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular