Internasional

Siaga 'Kiamat' Makanan & Pakaian di Bumi, Ancaman Baru Muncul

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Senin, 03/07/2023 11:00 WIB
Foto: (AP/Muhammed Muheisen)

Jakarta, CNBC Indonesia - Fenomena iklim El Niño diramalkan akan menjadi semakin parah tahun ini. Hal ini dapat berdampak pada kenaikan harga-harga, mulai dari komoditas pangan hingga pakaian.

Dalam laporan CNN International, jika dikombinasikan dengan perubahan iklim, El Niño tahun ini dapat menghambat pertumbuhan ekonomi terkuat di Bumi termasuk Amerika Serikat (AS). Hal tersebut berpotensi mempengaruhi segalanya mulai dari harga makanan hingga penjualan pakaian musim dingin.


"Ada konsekuensi pertumbuhan ekonomi negatif yang besar di mana ada cuaca ekstrem," kata penulis utama pada sebuah studi di jurnal Science, Christopher Callahan, yang sempat menghubungkan hilangnya pendapatan global sebesar US$ 5,7 triliun akibat El Niño 1997-98 dan kerugian sebesar US$ 4,1 triliun akibat El Niño 1982-1983.

Menurut Callahan, cuaca ekstrem yang terkait dengan El Niño menyebabkan banjir, kebakaran hutan, angin topan, dan bencana alam lainnya. Hal ini pun dapat mempengaruhi harga makanan.

Harga kontrak berjangka gula dan kakao diperdagangkan pada level tertinggi multi-tahun tahun ini karena prediksi kelangkaan suplai. Sementara kopi robusta berjangka diperdagangkan pada level tertinggi sepanjang masa.

"El Niño yang diperkuat dapat menghasilkan dampak sosial ekonomi yang berpotensi merusak dalam beberapa dekade mendatang. El Niño dapat menyebabkan kerugian ekonomi sebesar US$ 84 triliun pada abad ke-21," katanya.

Efek El Niño pun dianggap juga akan berdampak tak hanya di sektor pertanian. Simeon Siegel, seorang analis analis di BMO Capital Markets, mengatakan perubahan cuaca yang tidak terduga dapat berdampak negatif pada sektor ritel.

"Meskipun tidak ada pengecer yang ingin menyalahkan cuaca karena muncul sebagai alasan, cuaca sangat penting bagi sebagian besar pengecer, terutama pakaian jadi dan barang musiman," katanya.

"Pengecer atau merek tidak hanya harus memperkirakan apa yang diinginkan konsumen, mereka juga perlu memprediksi apa yang akan diberikan alam kepada mereka," katanya.

"Jelas, untuk perusahaan yang menjual mantel, panggangan, furnitur luar ruangan, sweater, atau celana pendek, cuaca bisa menjadi pembeda antara perlu membeli mantel itu atau tidak," ujarnya lagi.

El Niño adalah bagian dari pola yang lebih besar bernama El Niño-Southern Oscillation (ENSO). Ini merupakan sistem iklim alami yang ditandai dengan suhu permukaan laut yang lebih hangat dari rata-rata di Samudra Pasifik dekat khatulistiwa, dan muncul setiap 2-7 tahun.

Seorang profesor di Universitas Vermont, Lesley-Ann Dupigny-Giroux, mengatakan fenomena itu dapat menghasilkan lebih banyak topan dan siklon di wilayah Pasifik.

"Karena sistem cuacanya rumit, hal itu juga dapat menekan aktivitas badai di Atlantik," tambahnya.

Tapi potensi dampak dramatis El Nino membentang jauh melampaui Samudra Pasifik. Seorang profesor ilmu atmosfer di University of California Irvine, Jin-Yi Yu, mengatakan pola iklim ini biasanya menghasilkan pola cuaca yang 'tidak normal'.

"Ini termasuk kekeringan di Asia Tenggara dan Australia yang biasanya hujan, dan curah hujan di gurun yang biasanya gersang di wilayah AS," tambahnya.


(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: RI Kejar Target Ekonomi 8%, Ini Kata Mantan Penasihat Trump