Internasional

Eropa 'Babak Belur', Ini Bukti Barunya

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
23 June 2023 21:50
Mercedes-Benz EQS and S-Class passenger cars are transported automatically to their next production step while on the ground automatic vehicles transport body components at the 'Factory 56', a completely digitized assembly line, at the Mercedes-Benz manufacturing plant in Sindelfingen, southwestern Germany, on February 13, 2023. - Mercedes-Benz will present their 2022 annual results on February 17, 2023. (Photo by THOMAS KIENZLE / AFP)
Foto: AFP/THOMAS KIENZLE

Jakarta, CNBC Indonesia - Perekonomian Eropa "babak belur". Pertumbuhan aktivitas bisnis Eropa melambat pada Juni, bahkan jatuh ke level terendah dalam lima bulan terakhir.

Data yang dirilis pada Jumat (23/6/2023) menunjukkan akhir yang sulit untuk kuartal kedua (Q2) di zona euro. Indeks Manajer Pembelian (PMI) gabungan zona euro turun dari 52,8 pada Mei menjadi 50,3 pada Juni.

Angka ini di bawah 52,5 yang diperkirakan oleh para analis. Angka di atas 50 menandai peningkatan aktivitas, sedangkan angka di bawah 50 menandai kontraksi.

"Pertumbuhan output bisnis zona euro hampir terhenti pada bulan Juni, menurut data survei PMI flash HCOB terbaru," kata S&P Global dalam sebuah rilis, seperti dikutip CNBC International.

"Menunjukkan kelemahan baru dalam ekonomi setelah kebangkitan pertumbuhan singkat yang dicatat pada musim semi," tambahnya.

Meskipun kekhawatiran energi dan rantai pasokan telah mereda sejak akhir tahun lalu, ada peningkatan lebih lanjut dari kekhawatiran atas pertumbuhan permintaan,  khususnya dampak dari suku bunga yang lebih tinggi. Belum lagi kemungkinan resesi yang dihasilkan baik di pasar domestik.

"Suku bunga yang lebih tinggi, kenaikan biaya hidup, semuanya mulai memakan korban," kata kepala ekonom bisnis di S&P Global Market Intelligence, Chris Williamson, menggambarkan angka tersebut mengkhawatirkan.

Bank Sentral Eropa sebelumnya telah meningkatkan suku bunga secara konsisten selama 12 bulan terakhir sebagai upaya menurunkan inflasi. Namun, tarif yang lebih tinggi dapat menyebabkan biaya yang lebih tinggi bagi perusahaan di seluruh blok, dan seringkali menjadi hambatan.

Berdasarkan negara per negara, Jerman juga menunjukkan perlambatan ekonomi terbesar di Eropa. PMI komposit flash Jerman turun dari 53,9 pada Mei menjadi 50,8 pada Juni. Angka ini jauh di bawah ekspektasi pasar.

"Data ini konsisten dengan pandangan kami bahwa pertumbuhan PDB (produk domestik bruto) di Jerman akan tetap lemah di kuartal kedua dan ketiga setelah ekonomi mencatat resesi teknis," kata kepala ekonom zona euro di Pantheon Macroeconomics, Claus Vistesen, dalam sebuah catatan.

Jerman memasuki resesi teknis pada kuartal pertama tahun ini, setelah mengalami kontraksi 0,3% selama periode tiga bulan. Pada kuartal terakhir tahun 2022, ekonomi Jerman menyusut sebesar 0,5%.

Hal serupa juga terjadi di Prancis, di mana PMI komposit turun menjadi 47,3 dari 51,2 di bulan Mei, jauh di bawah perkiraan 51. Hal ini terutama disebabkan oleh kelemahan di sektor jasa.

Imbal hasil obligasi zona euro turun setelah rilis data Jerman dan Prancis. Perlambatan ekonomi cenderung negatif untuk imbal hasil obligasi. Hasil pada bund Jerman 2 tahun turun 6,5 basis poin menjadi 3,21%.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Breaking News! Eropa Resmi Resesi, Ekonomi Kontraksi 0,1%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular