Internasional

'Kiamat' Energi Segera Hantam Eropa, Ukraina Beri Warning

sef, CNBC Indonesia
23 June 2023 16:30
FILE PHOTO: Pipes at the landfall facilities of the Nord Stream 1 gas pipeline are pictured in Lubmin, Germany, March 8, 2022. REUTERS/Hannibal Hanschke/File Photo
Foto: REUTERS/HANNIBAL HANSCHKE

Jakarta, CNBC Indonesia - Kiamat energi bakal melanda Eropa tahun depan. Ini terkait diputusnya pasokan gas yang disalurkan melalui pipa dari Rusia ke Uni Eropa (UE) melalui Ukraina.

Di 2024, kontrak transit itu akan berakhir. Perjanjian baru dibutuhkan jika ingin kontrak kembali berjalan normal.

"Kemungkinan kontrak dinegosiasikan tipis," kata Menteri Energi Ukraina, German Galushchenko, dikutip Russia Today dari Financial Times, Jumat (23/6/2023).

"Saya benar-benar tidak dapat membayangkan bagaimana hal itu dapat (dilakukan) secara bilateral," tambahnya.

Ukraina memang menjadi salah satu rute pipa gas yang membawa minyak Rusia ke Eropa, selain pipa Nord Stream dan TurkStream. Kyiv mendapat miliaran dolar untuk biaya transit.

Kontrak ditandatangani sejak 2019 dan berlaku lima tahun antara Rusia dan Ukraina. Berdasarkan kesepakatan, raksasa energi Rusia, Gazprom, mengirimkan 65 miliar meter kubik (bcm) gas melalui Ukraina pada tahun 2020 dan 40 bcm setiap tahun antara tahun 2021 dan 2024.

Meski perang kedua negara pecah Februari 2022, pasokan gas tetap disalurkan. Namun sanksi Barat ke Moskow dan ledakan pipa Nord Stream di laut membuat pasokan berkurang drastis untuk Eropa sejak tahun lalu.

Harga gas sendiri pernah naik signifikan ke titik tertinggi sebesar US$3.600 per 1.000 meter kubik di bulan Agustus. Meski saat ini telah turun.

Diketahui pula, pasokan gas Rusia melalui pipa Ukraina saat ini menyumbang 5% dari ekspor gas Moskow ke Eropa. Gas yang mengalir melalui Ukraina, menurut data dari konsultan energi ICIS, menutupi sekitar setengah dari permintaan Austria pada bulan Mei dan 95% Slovakia.

Sementara itu sejumlah pengamat juga melihat kemungkinan buruk akan terjadi di Eropa. Terutama karena tak mudah memperbarui kontrak di tengah hubungan panas Rusia dan Ukraina.

"Sulit untuk melihat bagaimana Anda memperbarui kontrak ... kedua belah pihak," kata seorang analis di S&P Global Commodity Insights, Laurent Ruseckas.

"Tapi secara teori gas harus terus mengalir jika pembeli Eropa masih menginginkannya dan Rusia siap mengirimkannya," tambahnya.

Kehilangan pasokan gas Rusia juga akan membuat harga melonjak di seluruh benua. Ini akan tetap terjadi meskipun UE meningkatkan pembelian gas alam cair (LNG) dari AS, Norwegia, dan Aljazair.

Rusia merupakan produsen gas alam terbesar kedua di dunia setelah AS. Negeri Putin memiliki cadangan gas terbesar sekaligus pengekspor gas terbesar di dunia.

Pada tahun 2021 Rusia memproduksi 762 juta meter kubik gas alam. Beruang Merah mengekspor sekitar 210 juta meter kubik melalui pipa-pipa.

Sementara itu sebelumnya, Rusia juga mengancam keluar dari perjanjian Black Sea Grain Initiatives (Perjanjian Biji-bijian Laut Hitam) yang memungkinkan ekspor jagung, gandum dan jelai Ukraina tetap dilakukan di tengah perang. Pemerintah Putin memberi sinyal tak akan memperpanjangnya pada 17 Juli yang membuat dunia terancam "kiamat" makanan.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Dorong Transisi Energi, Gas Ambil Peran Penting Ini!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular