Internasional

Dilema Eropa, Mau Berhubungan dengan China Tapi Takut

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
23 June 2023 17:05
Presiden Prancis Emmanuel Macron memeriksa pasukan kehormatan bersama Presiden China Xi Jinping selama upacara penyambutan di luar Aula Besar Rakyat pada 6 April 2023 di Beijing, China. Presiden Prancis Macron berada di China untuk kunjungan kenegaraan selama tiga hari, berusaha untuk mengubah sikap Presiden China Xi terhadap perang Rusia-Ukraina, dan meningkatkan hubungan perdagangan Eropa. (Ng Han Guan - Pool/Getty Images)
Foto: Presiden Prancis Emmanuel Macron memeriksa pasukan kehormatan bersama Presiden China Xi Jinping selama upacara penyambutan di luar Aula Besar Rakyat pada 6 April 2023 di Beijing, China. (Getty Images/Pool)

Jakarta, CNBC Indonesia - Eropa menyebut ingin membangun hubungan baru dengan China ke depannya. Namun para pejabat di kawasan itu mengatakan waspada.

Ini terkait risiko pembalasan dari Beijing jika mereka melakukan "kesalahan". Seorang diplomat senior Uni Eropa (UE), yang tidak ingin disebutkan namanya karena isu bersifat sensitif, menyebut mereka sadar bahwa China kemungkinan akan membalas Eropa.

"Tapi itulah mengapa kita perlu membahas ini," kata diplomat itu mengutip CNBC International, Jumat (23/6/2023).

Pejabat anonim lainnya, yang bekerja di UE untuk salah satu ekonomi terbesar Eropa, juga mengatakan hal senada. Menurutnya ada ketakutan-ketakutan.

"Anda akan selalu memiliki negara yang takut akan ini atau itu, tetapi itu tidak berarti kita tidak boleh melakukannya," katanya.

Keinginan membangun hubungan baru ini, bukan tanpa sebab. Pada pertemuan G7 di akhir Mei lalu di Jepang, baik Amerika Serikat (AS) maupun Eropa setuju untuk mengurangi ketergantungan mereka pada Beijing, daripada memutuskan hubungan sepenuhnya.

AS diketahui telah menjadi lebih vokal tentang ancaman China terhadap keamanan nasional dalam beberapa tahun terakhir. Meski begitu, pembuat kebijakan di Eropa mengambil pendekatan yang lebih hati-hati karena paham betapa pentingnya pasar China bagi perusahaan domestiknya.

Sementara itu, sebanyak 27 kepala negara dari UE akan memperdebatkan topik hubungan dengan China pada pertemuan puncak pemimpin Eropa akhir bulan ini.

Lituania, sebuah negara Baltik di timur laut Eropa, adalah salah satu contoh negara yang pernah mengalami dan berpotensi pembalasan China lagi.

Ini terkait kejadian tahun 2021, di mana Lithuania menjadi negara pertama yang memiliki kantor perwakilan Taiwan di Eropa dengan nama Taiwan. Sebagian besar negara di kawasan ini menggunakan nama kota Taipei.

China mengutuk tindakan tersebut karena Beijing menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya, tanpa hak untuk melakukan hubungan diplomatik secara independen. Sehingga itu tidak memerlukan perwakilannya sendiri di Lituania.

Akibatnya, China menarik duta besarnya dari Lituania. Bahkan memberlakukan blok bea cukai atas impor Lituania ke China.

Belum lagi, awal bulan ini, Komisi Eropa juga meminta lebih banyak negara UE untuk melarang grup telekomunikasi China Huawei dan ZTE. Sejauh ini, 10 negara di Eropa telah melarang atau membatasi kedua perusahaan tersebut dari jaringan 5G mereka.

Mereka khawatir tentang risiko yang ditimbulkan oleh kedua perusahaan ini terhadap keamanan blok tersebut. China pun mengecam sikap Eropa dan menambahkan bahwa komisi tersebut tidak memiliki dasar hukum untuk melarang raksasa telekomunikasi tersebut.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Raksasa Eropa Ini Akui Tak Bisa Hidup Tanpa China

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular