
S.O.S! World Bank Bilang Kondisi Ekonomi Dunia di Titik Nadir

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Dunia atau World Bank memperingatkan bahwa perekonomian dunia masih dalam kondisi genting, setelah berlalunya masa-masa Pandemi Covid-19. Mereka memperkirakan prospek pertumbuhan ekonomi global masih akan terus melambat hingga tahun depan.
Dikutip dari laporan Global Economic Prospects yang dikeluarkan Bank Dunia edisi Juni 2023, posisi kegentingan itu masih disebabkan berlarutnya efek pandemi, ditambah tak kunjung berakhirnya perang antara Rusia dan Ukraina, hingga pengetatan kebijakan moneter di berbagai negara demi meredam tekanan inflasi.
Untuk proyeksi terbaru, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada 2023 masih lebih rendah dari perkiraan 2022, yaitu dari 3,1% menjadi 2,1%. Lalu pada 2024 perkiraannya mulai membaik menjadi tumbuh 2,4% dan baru pada 2025 mampu kembali ke posisi 3%.
"Penting untuk diingat bahwa proyeksi pertumbuhan bukanlah takdir yang akan terjadi. Kita masih punya kesempatan untuk membalikkan keadaan tetapi itu membutuhkan kerja sama kita semua," kata Presiden Bank Dunia Ajay Banga dikutip dari siaran pers, Rabu (7/6/2023).
Berlanjutnya tekanan terhadap perekonomian ini disebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju yang tak kunjung membaik. Tekanan inflasi masih menjadi momok menyeramkan di sana sehingga kebijakan moneter bank sentralnya masih akan terus ketat hingga puncaknya pada tahun ini.
Kondisi ini menyebabkan tekanan terhadap sektor perbankan di sana yang menyebabkan penyaluran kredit mereka mengetat atau semakin selektif. Suku bunga acuan yang tinggi di negara-negara maju membuat neraca keuangan banyak bank di sana terganggu menyebabkan tren deposan menarik dananya.
Namun, kondisi yang menyebabkan kegentingan terhadap perekonomian itu mengalami sedikit pertolongan dari tekanan harga energi yang mulai melandai sejak puncaknya pada 2022. Terutama karena suhu bumi yang menghangat mengakibatkan konsumsi gas alam dan listrik menurun dan menekan permintaannya.
Demikian juga harga-harga pangan yang telah menurun didukung prospek produksi yang baik untuk sebagian besar jenis tanaman pangan. Harga metal pun juga mulai membaik seiring dengan prospek masih kuatnya pertumbuhan ekonomi China pada tahun ini setelah melepas kebijakan zero covid.
Oleh sebab itu, proyeksi pertumbuhan Bank Dunia untuk 2023 sebetulnya mengalami revisi ke atas sebesar 0,4% dibanding proyeksi pada Januari 2023 yang sebesar 1,7%. Kendati begitu, untuk 2024 proyeksi mengalami revisi ke bawah sebesar minus 0,3% karena tekanan dari panjangnya pengaruh suku bunga acuan yang tinggi.
Pertumbuhan di negara-negara maju diperkirakan akan melambat secara substansial untuk 2023 secara keseluruhan, menjadi 0,7 persen, dan tetap lemah pada tahun 2024, karena krisis moneter meski membaik pertumbuhannya di level 1,2% karena puncak pengetatan moneter diperkirakan terjadi tahun ini.
Untuk negara-negara emerging market dan ekonomi berkembang (EMDE) diproyeksikan naik tipis menjadi 4 persen pada tahun 2023, hampir seluruhnya karena rebound di China setelah penghapusan pembatasan mobilitas terkait pandemi yang ketat. Namun, pada 2024 diperkirakan kembali melambat tipis menjadi 3,9%.
"Jadi perekonomian dunia berada dalam posisi genting," kata Indermit Gill, Kepala Ekonom dan Wakil Presiden Senior Grup Bank Dunia.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Duh, Bank Dunia Takut Resesi Terjadi (Lagi) Tahun Ini
