Harga Minyak Mentah Dunia Diramal Naik, Harga BBM Ikutan?

Tim Redaksi, CNBC Indonesia
07 June 2023 06:25
Impor Minyak Indonesia
Foto: Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia pada terus naik mendekati US$ 80 per barel. Apakah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masih cukup kuat untuk bisa menahan harga Bahan Bakar Minyak (BBM)?

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan, naiknya harga minyak mentah dunia imbas dari adanya pernyataan pemerintah Arab Saudi yang mengatakan produksinya akan turun 1 juta barel per hari (bph) mulai Juli 2023.

Volume pemangkasan produksi tersebut menjadi yang terbesar dalam beberapa tahun ke belakang. Apalagi Arab Saudi juga masuk di dalam Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC).

Mengingat OPEC saat ini masih berperan besar dalam produksi minyak, bahkan semakin besar dengan OPEC+ yang mengikutsertakan Rusia.

Kendati demikian, menurut Josua harga minyak mentah dunia tidak akan melonjak tinggi.

"Hanya kembali ke level US$ 80 per barel, sejalan dengan tekanan perlambatan ekonomi global, terutama China yang merupakan salah satu konsumen terbesar," jelas Josua kepada CNBC Indonesia kemarin, dikutip Selasa (6/6/2023).

Dari sisi ketahanan fiskal, kata Josua APBN masih cukup menopang kenaikan harga minyak mentah yang saat ini masih berlangsung.

Sebab, asumsi APBN 2023 mencantumkan harga minyak mentah Indonesia (ICP) hingga US$ 90 per barel. Dengan demikian potensi kenaikan harga minyak mentah yang diperkirakan mencapai US$ 80 per barel, menurut Josua masih relatif aman, bahkan mendatangkan surplus bagi APBN.

"Sensitivitas APBN 2023 terhadap perubahan asumsi makro harga minyak menunjukkan setiap penurunan harga ICP US$ 1 akan mendorong kenaikan surplus APBN sebesar US$ 5,8 triliun," jelas Josua.

Dengan demikian, lanjut Josua pemerintah tidak perlu lagi untuk menaikkan harga BBM. "Kami kira tidak perlu lagi pemerintah menaikkan harga," tuturnya.

Disamping itu, level maksimal harga minyak mentah yang bisa dijangkau pemerintah, menurut Josua sangat bergantung pada diskresi pemerintah terkait harga BBM. Yang jelas, jangan sampai kebijakan pemerintah soal subsidi energi menimbulkan dampak besar kepada ekonomi rakyat.

Adapun pada 2023, pemerintah telah menetapkan subsidi energi sebesar Rp 209,9 triliun, dengan rincian Rp 139,4 triliun subsidi untuk BBM dan Liquified Petroleum Gas (LPG), serta Rp 70,5 triliun untuk subsidi listrik. Melalui pertimbangan kurs Rp 14.800 per dolar AS dan asumsi Indonesian Crude Price (ICP) US$ 90 per barel.

"Tentu pemerintah mempertimbangkan kualitas belanja yang dilakukan dan belanja untuk subsidi BBM relatif tidak tepat sasaran, dan tidak menimbulkan efek positif dalam jangka panjang," jelas Josua.

Seperti diketahui, pada perdagangan Selasa (6/6/2023), harga minyak mentah Brent sebesar US$ 76,35 per barel, turun 0,36% jika dibandingkan dengan harga hari sebelumnya. Sementara itu, untuk minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan sebesar US$ 72,15 per barel.


(cap/cap) Next Article Harga Minyak Mendekati US$100, Ternyata Ini Biang Keroknya..

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular