Ekonomi Negara-negara Maju Mulai Naik 2024, China Kok Turun!

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
07 June 2023 07:53
Bendera nasional China dipasang di jalan saat bersiap untuk diselenggarakanya Kongres Nasional ke-20 Partai Komunis China, di Beijing, China, Selasa (11/10/2022). Partai Komunis China (PKC) bakal menyelenggarakan kongres lima tahunan mereka yang ke-20 pada 16 Oktober mendatang. (REUTERS/Thomas Peter)
Foto: Bendera nasional China dipasang di jalan saat bersiap untuk diselenggarakanya Kongres Nasional ke-20 Partai Komunis China, di Beijing, China, Selasa (11/10/2022). Partai Komunis China (PKC) bakal menyelenggarakan kongres lima tahunan mereka yang ke-20 pada 16 Oktober mendatang. (REUTERS/Thomas Peter)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju diperkirakan masih akan melambat pada 2023, meski sedikit membaik hingga 2024. Lain halnya dengan China, ekonomi negara itu hanya akan membaik pada 2023, namun setelahnya ekonominya akan merosot tajam.

Dalam Global Economic Prospects edisi Juni 2023, Bank Dunia atau World Bank memperkirakan pertumbuhan ekonomi negara-negara maju masih akan melambat di level 0,7% pada 2023, dari kondisi pada 2022 yang tumbuh 2,6%. Proyeksi 2023 direvisi ke atas 0,2 setelah pada edisi Januari 2023 lalu diperkirakan tumbuhnya hanya 0,5%.

Sementara itu, pada 2024, proyeksi pertumbuhan ekonominya masih akan lemah di level 1,2% lalu sedikit membaik pada 2025 di level 2,2%. Bank Dunia merevisi ke bawah untuk proyeksi 2024 sebesar minus 0,4% dari perkiraan yang dilakukan pada Januari 2023 sebesar 1,6%.

Masih lemahnya perekonomian negara-negara maju, menurut kajian Bank Dunia, disebabkan masih kuatnya efek dari kenaikan tajam suku bunga acuan bank sentral di negara-negara tersebut sejak awal 2022. Menyebabkan perbankan di negara itu semakin membatasi penyaluran kredit karena neraca keuangannya terbebani suku bunga acuan yang tinggi.

"Kondisi kredit yang lebih ketat karena tekanan sektor perbankan di negara maju akan memperlambat permintaan domestik lebih lanjut pada tahun 2023," dikutip dari Global Economic Prospects edisi Juni 2023, Rabu (7/6/2023).

Khusus di Amerika Serikat, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonominya pada 2023 hanya akan mencapai 1,1%, lebih lambat dari estimasi pada 2022 sebesar 2,1%. Namun perkiraan itu merupakan hasil revisi ke atas sebesar 0,6% dari perkiraan pada Januari 2023 sebesar 0,5% pertumbuhan.

Seemntara itu, pada 2024, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat akan kembali melambat dengan perkiraan 0,8% atau turun 0,8% dari perkiraan pada Januari 2023 yang sebesar 1,6%./ Sedangkan pada 2025 pertumbuhannya akan melesat menjadi 2,3%.

Ini terutama sebagai dampak dari lambatnya efek kenaikan tajam suku bunga kebijakan selama satu setengah tahun terakhir yang ditujukan untuk menurunkan tingkat inflasi tertinggi sejak awal 1980-an. Tapi puncak efek ini diperkirakan terjadi pada 2023.

Bangkurtnya sejumlah bank di negara itu menjadi salah satu katalisator melambatnya proyeksi pertumbuhan ekonomi AS sehingga penyaluran kredit melambat. Diperburuk dengan pengeluaran rumah tangga yang lesu karena tingginya biaya pinjaman. Terutama untuk konsumsi dan investasi di sektor perumahan.

"Aktivitas diperkirakan akan meningkat menjelang akhir tahun depan, karena inflasi mereda dan efek pengetatan kebijakan moneter memudar," tulis Bank Dunia dalam laporan itu.

Untuk zona Eropa, proyeksi pertumbuhan ekonomi pada 2023 saat ini berada di level 0,4% masih jauh lebih lemah dari estimasi pertumbuhan pada 2022 sebesar 3,5%. Proyeksi terkini itu merupakan hasil dari revisi ke atas sebesar 0,4% dari proyeksi yang dilakukan pada Januari 2023.

Sementara itu, untuk 2024, negara-negara di wilayah Eropa akan tumbuh di level 1,3% meski proyeksinya turun 0,3% dari perkiraan yang dipublikasikan Bank Dunia pada Januari 2023. Bank Dunia memperkirakan penguatan pertumbuhan akan berlanjut pada 2025 di level 2,3%.

Kondisi ini ditopang mulai melandainya tekanan harga-harga energi karena cuaca di kawasan itu sudah mulai menghangat sehingga permintaan gas alam menurun. Namun, tekanan inflasi bukan berarti mereda karena permintaan tenaga kerja masih tinggi menyebabkan tingginya tingkat upah di kawasan itu.

Pertumbuhan upah di area Eropa naik beberapa periode terakhir, dari posisi kuartal III-2022 sebesar 6,2% menjadi kuartal I-2023 7,1%. Berkebalikan dengan di Amerika Serikat yang tingkat upahnya mulai mereda dari kuartal III-2022 sebesar 9% menjadi 7,5%.

"Revisi ke atas sebesar 0,4 poin persentase terhadap pertumbuhan tahun ini dari perkiraan saat Januari terutama mencerminkan data yang lebih baik dari perkiraan pada awal tahun dan penurunan proyeksi harga energi," menurut Bank Dunia.

Penguatan perkiraan pertumbuhan menjadi 1,3% pada 2024, didukung oleh reformasi dan investasi yang didanai oleh the Recovery and Resilience Facility. Revisi turun 0,3 poin persentase terhadap perkiraan untuk 2024 sebagian mencerminkan dampak kebijakan moneter ketat dalam periode yang lebih lama dari perkiraan sebelumnya.

Untuk Jepang, proyeksi perlambatan ekonomi terus berlanjut. Pada 2023 perkiraannya hanya tumbuh 0,8% melemah dari perkiraan pada 2022 sebesar 1%. Proyeksi ini hasil revisi ke bawah sebesar minus 0,2% dari proyeksi yang dilakukan pada Januari 2023.

Sementara itu, pada 2024 perkiraan pertumbuhan ekonomi jepang hanya 0,7% tak berubah dari proyeksi yang dilakukan pada Januari 2023 lalu. Pelemahan terus berlanjut hingga 2025 dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi hanya 0,6%.

"Pertumbuhan diantisipasi untuk turun lebih jauh menjadi 0,7 persen pada tahun 2024, sebagian sebagai akibat dari pelonggaran dukungan kebijakan ekonomi makro secara bertahap.

Berbeda dari tiga negara-negara maju itu, proyeksi pertumbuhan ekonomi China malah menguat untuk 2023. Proyeksi terbaru pertumbuhan untuk 2023 dari Bank Dunia sebesar 5,6% naik dari estimasi 2022 sebesar 3% dan proyeksi ini mengalami revisi ke atas sebesar 1,3% dari perkiraan pada Januari 2023.

Perkiraan ini ditopang oleh estimasi dampak baik dari pembukaan kembali aktivitas ekonomi China setelah pengetatan selama Pandemi Covid-19. Membuat belanja konsumen naik dan investasi bangunan turut terkerek naik terutama dari sisi infrastruktur.

Namun, pada 2024, perekonomian China Bank Dunia perkirakan malah akan melemah menjadi hanya tumbuh 4,6% dan merupakan hasil revisi ke bawah sebesar minus 0,4% dari proyeksi yang dilakukan pada Januari 2023. Pada 2025 pun pelemahan masih berlanjut menjadi 4,4%.

"Dampak dari kebijakan pembukaan kembali ekonomi memudah pada paruh kedua tahun ini, dan pertumbuhan akan melambat pada 2024 karena konsumsi yang moderat seiring belum pulihnya ekspor," kata Bank Dunia.

Risiko berlanjutnya penurunan pertumbuhan ekonomi China menurut Bank Dunia utamanya disebabkan berlanjutnya tekanan di sektor real estat, perlambatan pertumbuhan dan perdagangan global yang lebih tajam dari yang diperkirakan, dan kemungkinan gelombang Covid-19 yang mengganggu.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Simak! Saran Bank Dunia agar RI Jadi Negara Maju

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular