30 Tahun Terjebak 'Lembah Horor', RI Bisa Kok Lolos!

Arrijal Rachman & Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
31 May 2023 14:44
Bendera Merah Putih Raksasa d Halaman Monas (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Bendera Merah Putih Raksasa d Halaman Monas (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tahun 2024 menjadi tahun krusial karena menjadi puncak keemasan bonus demografi di Indonesia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), serta menegakkan industrialisasi adalah kunci agar Indonesia bisa keluar dari middle income trap.

Di dalam buku Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF) Tahun 2024, pemerintah meyakini peluang untuk mewujudkan visi Indonesia Maju 2045 sangat terbuka lebar.

Pencapaian visi tersebut dapat ditempuh salah satunya dengan dukungan dari transformasi ekonomi yang sistematis dan terarah serta keberlanjutan dari implementasi reformasi struktural, baik yang dicanangkan maupun direncanakan oleh pemerintah.

Deputi Bidang Deputi Bidang Ekonomi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan, industrialisasi adalah kunci untuk mengejar Indonesia Maju 2045.

"Transformasi sosial, transformasi ekonomi, dan transformasi tata kelola, yang ditopang oleh landasan transformasi sesuai yang kita tuangkan di dalam RPJMN," jelas Amalia saat ditemui di kantornya beberapa waktu lalu, dikutip Rabu (31/5/2023).

Dalam menciptakan daya saing yang handal, transformasi dan inovasi di bidang pendidikan pun, kata Amalia akan terus ditempuh oleh pemerintah.

Pasalnya, dengan kondisi yang ada saat ini, kata Amalia, banyak investor asing yang tidak mau menyerap tenaga kerja Indonesia. Pertama, karena tenaga kerja di Indonesia minim kualifikasi, kompetensi, dan dedikasi dalam bekerja.

"Pendidikannya harus kita transformasi, vokasi kita pertajam sesuai yang kita kembangkan lalu nanti masyarakatnya harus mau bekerja keras," tuturnya lagi.

Amalia menyebut, keberlanjutan faktor pendukung pembangunan, seperti infrastruktur, SDM, dan efektivitas birokrasi juga harus terus dijaga. Ditambah revitalisasi sektor manufaktur dan peningkatan investasi juga krusial dalam meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi.

Tantangan perekonomian dunia ke depan perlu diantisipasi sekaligus dimanfaatkan, termasuk untuk merevitalisasi industri dan meningkatkan investasi.

Perekonomian dunia saat ini tengah menghadapi setidaknya tiga tantangan besar, yakni perubahan iklim, ketidakpastian arah geopolitik, serta disrupsi pasokan terutama energi dan pangan.

Oleh karena itu, pemerintah mengungkapkan akan terus memperkuat daya tahan perekonomian yang selama ini telah terbentuk. Pun dilengkapi dengan berbagai macam terobosan.

"Kita harus ada terobosan baru yang jelas, terus kemudian kita harus merumuskan program perencanaan yang sifatnya non linear. Jadi benar-benar terobosan baru membawa Indonesia betul-betul menjadi Indonesia emas," jelas Amalia.

Untuk diketahui, Indonesia memiliki visi untuk menjadi negara maju di tahun 2045. Kementerian PPN/Bappenas memproyeksikan bahwa Indonesia dapat menjadi perekonomian terbesar kelima di dunia pada periode tersebut.

PDB per kapita Indonesia diperkirakan akan mencapai US$ 23.199 per tahun. Aktivitas perekonomian nasional ini akan ditopang oleh sektor industri yang diperkirakan mencapai 26% dari total PDB. Kualitas SDM juga diharapkan dapat terus meningkat dengan signifikan.

Sekira 70% dari total populasi di Indonesia merupakan kelompok masyarakat berpenghasilan menengah. Dengan semakin terbukanya lapangan kerja yang berkualitas, tingkat pengangguran terbuka (TPT) ditargetkan mencapai sekitar 4%.

Kemudian juga, seiring dengan perbaikan kualitas hidup, angka harapan hidup juga diperkirakan akan meningkat mencapai 75,7 tahun.

Pemerintah juga akan memanfaatkan peluang dalam mendorong sumber pertumbuhan baru ke depan, yakni dengan cara hilirisasi sumber daya alam (SDA). Pengembangan sektor digital yang masih terus berpotensi berkembang juga akan terus difasilitasi dan distimulasi.

"Tapi nanti tinggal kita sempurnakan kebijakannya bagaimana ke depan perlu inklusif lebih berkelanjutan. Kita masuk ke SDA lainnya kan kita banyak variasi hilirisasi dan menuju pada produk-produk akhir tidak sepotong. Ini menjadi salah satu tahapan," tutur Amalia.


(cap/cap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Astaga! Menteri Jokowi Akui RI Sudah Kena Jebakan 'Misterius'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular