
IMF Blak-blakan Alasan Negara Asia Ini Terancam Bangkrut

Jakarta, CNBC Indonesia - Dana Moneter Internasional (IMF) mengirimkan tim ke Pakistan untuk mendiskusikan terkait bantuan pendanaan bagi negara itu pada Selasa (31/1/2023). Hal ini pun terjadi saat Pakistan mengalami permasalahan keuangan yang kritis.
Kepala Divisi Departemen Riset IMF Daniel Leigh mengatakan sebenarnya Pakistan telah melewati tahun 2022 dengan mencatatkan pertumbuhan ekonomi di angka 6%. Namun lembaga itu telah menurunkan prediksinya pada 2023.
"Di tahun 2023 akan ada pelemahan karena stimulus yang telah habis dan juga inflasi yang tinggi, bank sentral telah menaikan suku bunganya 17% untuk membekukan permintaan domestik," papar Leigh dalam konferensi pers World Economic Outlook Update January 2023 IMF.
Leigh mengaku IMF telah menurunkan proyeksinya hingga 1,5% karena bencana banjir yang telah mengganggu aktivitas rantai pasok dan juga inflasi.
"Inflasi pun naik karena ini, kami melihat inflasi naik 21% di 2023. Ini juga karena pelemahan nilai tukar."
IMF sendiri tahun lalu telah mencairkan dana talangan sebesar US$ 6 miliar (Rp 90 triliun) pada tahun 2019, yang ditambah lagi dengan US$ 1 miliar (Rp 15 triliun) tahun lalu. Namun pemberi pinjaman itu kemudian menghentikan pencairan pada bulan November karena kegagalan Pakistan untuk membuat lebih banyak kemajuan dalam konsolidasi fiskal dan reformasi ekonomi.
Sementara itu, per 6 Januari, Bank Negara Pakistan dilaporkan hanya memiliki devisa sebesar US$ 4,34 miliar (Rp 64 triliun). Ini hanya akan mencukupi kebutuhan impor selama tiga minggu kedepan.
"Atas permintaan pihak berwenang, misi IMF dijadwalkan mengunjungi Islamabad 31 Januari - 9 Februari untuk melanjutkan diskusi di bawah tinjauan Extended Fund Facility (EFF) kesembilan," kata Perwakilan IMF di Pakistan, Esther Perez Ruiz dalam sebuah pesan, kepada Reuters, Senin (30/1/2023).
Mohammad Sohail, analis keuangan dan CEO Topline Securities, mengatakan pemerintah Pakistan telah melewati rintangan besar dalam mengamankan cicilan IMF berikutnya yakni penghapusan batas nilai rupee Pakistan. Tercatat, hanya dalam dua hari setelah batasan itu dihapus, rupee Pakistan telah kehilangan hampir 10% nilainya.
"Meninggalkan pasar valas untuk kekuatan pasar adalah salah satu syarat terbesar IMF, yang ditentang pemerintah di masa lalu," katanya kepada AFP.
Sementara itu, Perdana Menteri Shehbaz Sharif mengatakan pada hari Jumat bahwa ia mengharapkan kesepakatan bulan ini. Ia juga menyebut Islamabad telah menyiapkan daftar prioritas impor yang sangat dibutuhkan negara itu
"Pakistan hari ini berdiri di persimpangan jalan di mana kami berusaha untuk menghemat setiap sen," katanya pada sebuah acara.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kronologi Negara Asia Ini Terancam Bangkrut hingga IMF Bicara