
Jokowi Gencar Hilirisasi, BI Tiba-tiba Beri Warning Soal Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) mengungkapkan bahwa hilirisasi yang dijalankan oleh pemerintah sejak 2019, telah membuahkan hasil yang luar biasa dari sisi ekonomi.
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengatakan investasi meningkat cukup signifikan. Hal ini tampak pada peningkatan kapasitas smelter di Tanah Air.
"Namun, kita punya masalah. Ternyata kita punya dukungan cadangan hilirisasi produk kita yang tidak begitu kuat. Artinya, mengalami depleting dari tahun ke tahun," kata Dody.
Penurunan ini terjadi di hampir semua bahan mineral, termasuk batu bara, timah, dan bauksit. Kemudian, BI menyoroti masalah gugatan terhadap kebijakan penyetopan ekspor komoditas SDA. Hal ini menjadi salah satu kendala dalam penerapan hilirisasi di Tanah Air.
"Ini permasalahan WTO, sebenarnya banyak negara melakukan ini, tapi kenapa Indonesia? That's the point," kata Dody.
![]() Cadangan mineral seperti nikel, batu bara, bauksit dan timah di Tanah Air terus mengalami penurunan. |
Data Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada 2021 menujukkan cadangan batubara Indonesia saat ini mencapai 38,84 miliar ton. Dengan rata-rata produksi batubara sebesar 600 juta ton per tahun, maka umur cadangan batubara masih 65 tahun apabila diasumsikan tidak ada temuan cadangan baru.
Adapun, cadangan timah dari data PT Timah, mengambarkan adanya tren penurunan cadangan sejak 2018 hingga 2021. Dikutip dari Detik, secara total cadangan timah di Indonesia sebanyak 800.000 ton.
Sedangkan yang dimiliki perusahaan hanya 300 ribu ton. Perbedaan itu berkaitan dengan izin usaha pertambangan (IUP) yang memang dimiliki PT Timah.
Hal berbeda dinyatakan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Tahun lalu, dia menegaskan bahwa cadangan bauksit Indonesia cukup hingga 100 tahun.
Menurut Airlangga, cadangan bauksit Indonesia mencapai 3,2 miliar ton. Dengan demikian, cadangan bauksit Indonesia menjadi yang terbesar keenam di dunia.
"Ketahanan daripada bauksit kita antara 90 tahun sampai 100 tahun," tegasnya.
Sebagai catatan, pemerintah mengklaim pelarangan ekspor bijih nikel dan pengembangan hilirisasi nikel di dalam negeri berbuah manis. Pada tahun 2022, nilai tambah dari ekspor nikel yang sudah dihilirisasi mencapai US$ 33,8 miliar atau sekitar Rp504 triliun (kurs Rp 14.904 per US$) pada tahun 2022.
Ke depan, pemerintah akan melakukan pelarangan ekspor bauksit pada bulan Juni 2023.
"Mulai Juni 2023, pemerintah akan memberlakukan larangan ekspor bijih bauksit dan mendorong industri pengolahan dan pemurnian bauksit di dalam negeri," ujar Presiden Jokowi di Istana, dikutip Senin (30/1/2023).
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Horee! Jokowi Bakal Ketiban 'Durian Runtuh' Rp 465 Triliun
