Resesi Seks di China, Korsel, Jepang & Thailand, RI Gimana?
Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah negara di kawasan Asia mulai terjangkit kasus 'resesi seks'. Adanya resesi seks membuat pertumbuhan populasi jiwa jadi terhambat. Lantas bagaimana dengan Indonesia?
Istilah 'resesi seks' secara spesifik mengacu pada turunnya mood pasangan melakukan hubungan seksual, menikah dan punya anak.
Pada akhirnya, resesi seks bisa berimbas pada penurunan populasi suatu negara, karena kondisi rendahnya angka perkawinan dan keengganan untuk berhubungan seks.
Dalam laporan media Inggris The Guardian, ada beberapa faktor yang berkembang di kalangan wanita muda pekerja, untuk menikmati kebebasan dengan menjadi lajang dan berkarir.
Pria pun juga mengalami hal serupa, mereka menikmati menjadi lajang. Namun, juga menyuarakan keprihatinan atas keamanan pekerjaan dan kemampuan mereka untuk menafkahi keluarga.
Istilah resesi seks (sex recession) kali pertama dicetuskan Kate Julian, peneliti dan penulis, pada 2018 untuk tulisannya di The Atlantic.
Resesi seks merujuk pada fenomena hubungan seks yang kian surut. Ia mengutip penelitian dari Jean M. Twenge, profesor psikologi di San Diego State University, yang mengeksplorasi kehidupan seksual warga Amerika.
Salah satu ancaman yang disertai dari fenomena resesi seks adalah penurunan tingkat kesuburan dan angka kelahiran di suatu negara.
Momok 'resesi seks' kini mulai mengancam di sejumlah negara, khususnya di negara-negara di Asia. Seperti Korea Selatan, China, Jepang, dan Thailand.
(cap/cap)