
Resesi Seks di China, Korsel, Jepang & Thailand, RI Gimana?

Setelah Korea Selatan dan China, resesi seks juga menghantui Jepang dan negara tetangga terdekat Indonesia, Thailand. Berikut penjelasannya yang diambil dari berbagai sumber
Jepang
Resesi seks tengah melanda dunia. Jepang, menjadi salah satu negara dengan yang paling hebat dihantam fenomena tersebut. Dalam sebuah laporan resmi terbaru, angka pria dan wanita di Jepang yang tidak ingin menikah telah memecahkan rekor terbaru pada tahun 2021.
Dalam rilis terbaru Institut Nasional Kependudukan dan Jaminan Sosial, ditemukan bahwa 17,3% pria dan 14,6% wanita berusia antara 18 dan 34 tahun di Jepang mengatakan mereka tidak berniat untuk menikah. Angka ini merupakan yang tertinggi sejak kuesioner pertama kali dilakukan pada tahun 1982.
Penurunan jumlah pernikahan memiliki konsekuensi terhadap tingkat kelahiran Jepang. Diketahui, negara itu telah mengalami pertumbuhan penduduk yang negatif sehingga mengancam perekonomiannya di masa depan.
"Pemerintah Jepang telah bekerja untuk meningkatkan angka kelahiran dengan mencoba membantu mereka yang ingin menikah atau memiliki anak untuk memenuhi aspirasi mereka," kata seorang profesor sosiologi di Universitas Chukyo, Shigeki Matsuda, kepada surat kabar Mainichi Shimbun, dikutip Kamis, (15/9/2022).
"Tetapi jika jumlah orang yang tidak ingin menikah terus meningkat, pemerintah akan dipaksa untuk meninjau kembali kebijakannya, dan itu dapat menyebabkan penurunan kesuburan lebih lanjut."
Thailand
Resesi seks bukan hanya menghantui negara Asia Timur seperti Jepang dan Korea Selatan, kini resesi seks juga mulai menghantui negara Asia Tenggara, negara terdekat Indonesia seperti Thailand.
Tingkat kesuburan dan jumlah kelahiran dilaporkan terus menyusut di Thailand saat populasi yang ada semakin menua.
Dalam Konferensi Keluarga Berencana di Pattaya pada awal November 2022 silam, tren demografis Thailand menyusut drastis jika dibandingkan era 1960 dan 1970-an. Saat itu, rata-rata keluarga memiliki sampai tujuh anak sehingga tingkat kelahiran 6.1.
Pada 2020, angka kelahiran menyusut menjadi 1.24, lebih rendah dari tingkat peremajaan populasi yang sebesar 1.6, dikutip The Straits Times.
Tahun lalu, Thailand juga mencatat 544.000 kelahiran, terendah selama enam dekade. Pemerintah pun mendorong lebih banyak pasangan untuk memiliki bayi.
Pemerintah bahkan ikut melibatkan influencer dan tokoh publik untuk membantu kampanye mendorong warga agar mau memiliki lebih banyak anak.
Promosi di media sosial ditujukan bagi pasangan muda agar tidak memilih childfree atau tidak mempunyai anak.
"Tetapi rencana itu tidak berjalan," kata Direktur Biro Kesehatan Reproduksi Thailand, Bunyarit Sukrat, dikutip The Straits Times, Sabtu (28/1/2023).
"Tidak semua orang dapat memahami maksud dan tujuan program tersebut," lanjut dia.
(cap/cap)