
Horor Covid China, Kematian Bisa Tembus 36.000 per Hari!

Jakarta, CNBC Indonesia - China kemungkinan besar akan menghadapi badai kematian terbaru akibat Covid-19. Ini diprediksi terjadi saat negara itu memasuki musim liburan Tahun Baru Imlek.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan lembaga pembuat prediksi Airfinity, hasil ini didasarkan pada data dari provinsi regional China yang dikombinasikan dengan tingkat infeksi yang dialami oleh negara-negara yang melonggarkan pembatasan Covid-19.
"China kemungkinan akan mengalami gelombang Covid yang lebih lama dan lebih parah karena festival tradisional (Imlek) yang ditandai oleh jutaan orang yang kembali ke rumah untuk bersatu kembali dengan keluarga mereka memicu penularan virus tingkat tinggi," menurut analis kesehatan Airfinity yang dikutip The Straits Times, Rabu, (18/1/2023).
"Perkiraan kami memperkirakan beban yang signifikan pada sistem perawatan kesehatan China untuk dua minggu ke depan," tambah Matt Linley, direktur analitik Airfinity.
"Kemungkinan banyak pasien yang dapat diobati bisa meninggal karena rumah sakit yang penuh sesak dan kurangnya perawatan."
Pembaruan ini memperhitungkan laporan yang menunjukkan infeksi telah memuncak di beberapa provinsi, termasuk Henan, Gansu, Qinghai dan Yunnan.
Indikator analitik menunjukkan bahwa virus menyebar lebih cepat daripada yang diperkirakan ke daerah pedesaan, sebagian didorong oleh orang yang bepergian untuk perayaan Tahun Baru Imlek.
Airfinity memperkirakan kematian kumulatif akibat Covid-19 di China mencapai 608.000 sejak Desember. Secara resmi, China melaporkan hampir 60.000 kematian terkait Covid di antara pasien yang dirawat di rumah sakit selama lima pekan.
Adapun, warga China saat ini dapat bepergian dengan bebas untuk Tahun Baru Imlek, hari libur terpenting negara itu, untuk pertama kalinya sejak pandemi Covid-19 dimulai. Ritual reuni keluarga tahunan yang melibatkan miliaran perjalanan dibatasi secara tajam selama tiga tahun terakhir karena pemerintah mendesak warga untuk tetap berada di rumah.
Para pejabat memperkirakan bahwa jumlah perjalanan selama masa liburan akan mencapai 2,1 miliar tahun ini. Ini dua kali lipat dari 2022, tetapi masih 70% dari tingkat yang terlihat pada tahun 2019.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 'Berdamai' dengan Covid, Kegiatan Warga China Mulai Bergeliat