Daftar Restriksi Dagang Memanjang di 2022, Rusia Terbanyak!
Jakarta, CNBC Indonesia - Restriksi perdagangan semakin meluas sepanjang 2022. Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan ada setidaknya enam bahan pangan yang mengalami restriksi ekspor.
Enam bahan pangan tersebut a.l. gandum, gula, daging sapi, beras, pupuk dan kedelai. Indonesia masih mengimpor sebagian besar bahan pangan tersebut bahan pangan tersebut.
Kepala BPS Margo Yuwono peristiwa ini berpengaruh pada kondisi kinerja ekspor dan impor Indonesia pada tahun lalu. Dari daftar tersebut, Rusia tercatat paling banyak melakukan restriksi perdagangan.
Berikut ini adalah daftar lengkap negara yang melakukan restriksi dagang:
1. Gandum
- Rusia
(8 Apr - 31 Des 2022)
- India
(13 Mei - 31 Des 2022)
- Algeria
(13 Mar - 31 Des 2022)
- Belarus
(13 Apr - 31 Des 2022)
-Afghanistan
(20 Mei - 31 Des 2022)
- Georgia
(4 Jul 2022 - 1 Jul 2023)
- Azerbaijan
(19 Mar - 19 Sep 2022)
- Kosovo
(19 Mar - 31 Des 2022)
2. Daging Sapi
- Argentina
(1 Jan 2022 - 31 Des 2023)
- Turki
(19 Mar - 31 Des 2022)
3. Beras
- India
(8 Sep- 31 Des 2022)
- Bangladesh
(29 Jun - 31 Des 2022)
4. Gula
- Pakistan
(15 Apr - 31 Des 2022)
- Algeria
(13 Mar - 31 Des 2022)
- Lebanon
(18 Mar - 31 Des 2022)
- Kosovo
(15 Apr - 31 Des 2022)
5. Pupuk
- Rusia
(3 Nov 2021 - 31 Sep 2022)
- Tiongkok
(24 Sep 2021 - 31 Des 2022)
- Vietnam
(6 Mei - 31 Des 2022)
- Ukraina
(12 Mar 2021 - 31 Des 2022)
6. Kedelai
- Rusia
(14 Apr - 31 Agt 2024)
- Argentina
(19 Mar - 31 Des 2022)
Menurut laporan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), negara-negara anggota WTO telah memberlakukan pembatasan perdagangan dengan kecepatan yang meningkat - untuk pertama kalinya sejak 2009.
Pembatasan ekspor telah melampaui pembatasan impor selama periode peninjauan WTO tahun lalu. Alhasil, Direktur Jenderal WTO Ngozi Okonjo-Iweala meminta anggotanya untuk menahan diri dari mengadopsi langkah-langkah pembatasan ekspor baru, terutama yang terkait dengan makanan, pakan dan pupuk.
Dikutip dari laporan Bank Dunia, sejak perang di Ukraina, kebijakan terkait perdagangan yang diberlakukan oleh negara-negara telah melonjak.
Krisis pangan global sebagian diperburuk oleh meningkatnya jumlah pembatasan perdagangan pangan yang diberlakukan oleh negara-negara dengan tujuan meningkatkan pasokan domestik dan menurunkan harga.
Per 12 Desember 2022, data Bank Dunia memperlihatkan bahwa 19 negara telah menerapkan 23 larangan ekspor makanan, dan delapan negara telah menerapkan 12 tindakan pembatasan ekspor.
Harga pangan yang tinggi telah memicu krisis global yang mendorong jutaan orang lainnya ke dalam kemiskinan ekstrem, memperbesar kelaparan dan malnutrisi.
Menurut laporan Bank Dunia, pandemi Covid-19 menyebabkan kemunduran besar dalam pengentasan kemiskinan global. Kini, kenaikan harga pangan dan energi yang dipicu oleh guncangan iklim dan konflik telah menganggu pemulihan pandemi.
Jumlah orang yang mengalami kerawanan pangan akut dan yang membutuhkan bantuan mendesak kemungkinan meningkat menjadi 222 juta orang di 53 negara dan wilayah, menurut laporan FAO-WFP.
Menurut sebuah makalah IMF, dibutuhkan dana US$ 5 miliar hingga US$ 7 miliar untuk membantu rumah tangga yang rentan di 48 negara yang paling terpengaruh oleh harga impor pangan dan pupuk yang lebih tinggi. Kemudian diperlukan juga tambahan US$ 50 miliar diperlukan untuk mengakhiri kerawanan pangan akut.
(haa/haa)