Internasional

'Doktor Kiamat' Muncul Lagi, Beri Ramalan Ekonomi 2023

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Senin, 16/01/2023 12:30 WIB
Foto: Economics professor, Nouriel Roubini (REUTERS/Rick Wilking)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonom terkemuka Nouriel Roubini kembali buka suara soal ramalan perekonomian dunia pada 2023. Menurutnya, dunia di tahun ini sedang mengarah pada stagflasi dan juga resesi.

Dalam pernyataannya, Roubini yang juga dikenal sebagai 'Doctor Doom' atau Doktor Kiamat itu menyebutkan situasi saat ini semakin buruk mengingat banyaknya risiko dan ancaman besar yang dihadapi dunia.

"Dalam jangka pendek, ada (risiko) yang terkait dengan perang di Ukraina, tentu saja, inflasi dan momok krisis keuangan yang dapat muncul dalam beberapa bulan ke depan atau dalam dua atau tiga tahun ke depan," katanya dalam sebuah wawancara dengan Outlet berita Prancis Le Monde yang dikutip Russia Today, Senin, (16/1/2023).


"Ditambah dengan ini adalah mega-ancaman yang cenderung terwujud lebih atau kurang parah dalam jangka panjang... dimulai dengan perubahan iklim... ketegangan geopolitik yang dapat berubah menjadi perang nuklir antara kekuatan besar, dan ketidakstabilan sosial-politik."

Roubini berpendapat konsensus umum yang berpandangan bahwa tekanan inflasi bersifat sementara dan menaikkan suku bunga akan meredam kenaikan harga dan memberikan 'pendaratan lunak' ekonomi adalah suatu asumsi yang salah.

"Saya pikir pendaratan tidak akan lunak tetapi keras, dan terkait dengan tekanan finansial. Menaikkan suku bunga sementara ekonomi kehilangan momentum, dengan tingkat utang secara keseluruhan jauh lebih tinggi daripada tahun 1970-an, dapat menyebabkan jatuhnya pasar saham dan obligasi, yang dapat memperdalam resesi," tambahnya.

"Bagian dari solusinya tentu akan melibatkan inflasi, yang mengurangi beban utang. Saya tidak mengatakan inflasi diinginkan, tapi saya tidak melihat bagaimana menghindarinya. Era moderasi besar telah berakhir, kita sedang memasuki stagflasi besar."

Lebih lanjut, Roubini juga memperingatkan potensi perang dagang antara Barat dengan sekelompok kekuatan 'revisionis' yaitu Rusia, China, Iran, dan Korea Utara. Ini dapat mengarah pada fragmentasi globalisasi dan relokalisasi rantai produksi dan meningkatkan potensi ancaman yang luas.

"Jika kita melihat masalah kita secara langsung, kita dapat bangun dan mulai bergerak, tetapi kita masih terjebak di suatu tempat antara penyangkalan dan kemarahan," tuturnya lagi.


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Sengketa Pulau Tujuh, Gubernur Babel Gugat Mendagri