
Jokowi Gak Main-main! Ini Cara RI Lawan Eropa di WTO

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) tak main-main melawan Uni Eropa di Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO). Meskipun kalah, Ia memerintahkan menterinya untuk melakukan banding.
Seperti yang diketahui, gugatan Uni Eropa di WTO kepada Indonesia atas kebijakan pemerintah melarang ekspor bijih nikel ke luar negeri. Indonesia sejatinya ingin mengembangkan hilirisasi di dalam negeri, supaya nilai ekspor dari nikel yang sudah dihilirisasi memiliki nilai tambah.
Namun, Presiden Jokowi menyebutkan, kebijakan pelarangan ekspor itu memantik Uni Eropa untuk menggugat Indonesia ke WTO. Adapun gugatan itu memang di menangkan oleh Uni Eropa.
"Saya sampaikan kepada bu Menteri Luar Negeri (Retno Marsudi) untuk jangan mundur. Karena ini lah yang menjadi lompatan besar peradaban besar saya meyakini itu, terus banding kita banding," ungkap Presiden Jokowi dalam Acara HUT PDIP ke-50, Selasa (10/1/2023).
"Kalau banding nanti kalah saya gak tau ada upaya apa lagi yang kita lakukan. Tapi itu lah sebuah perdagangan yang kadang menekan sebuah negara agar mereka ikut aturan main yang dibuat negara besar. Sehingga kalo kita ekspornya kirimnya bahan mentah sampai kiamat kita hanya menjadi negara berkembang,' tandas Jokowi
Jokowi memang tidak blak-blakan mengenai strateginya melakukan banding melawan Uni Eropan. Yang terang, ia menegaskan bahwa sesuai dengan titah Bung Karno pada tahun 1965, bahwa Indonesia menolak ketergantungan pada imperialisme, memperluas kerja sama sederajat dan saling menguntungkan.
"Ini supaya kita tidak bisa didikte dan tidak menggantungkan diri pada negara manapun ini lah yang ingin kita lakukan berdikari. Kita gak boleh mundur gak boleh takut karena kekayaan alam ada di Indonesia ini kedaulatan kita ingin dinikmati rakyat Indonesia," tegas Jokowi.
Dalam catatan Jokowi, dengan pelarangan ekspor nikel dan mengembangkan hilirisasi di dalam negeri, Indonesia mendapatkan lompatan nilai tambah yang signifikan. Dari yang sebelumnya hanya berkisar Rp17 triliun menjadi Rp360-an triliun pada tahun-tahun 2021.
"Ini baru nikel, bauksit kemarin kita umumkan di Desember stop juga mulai Juni 2023 dan akan kita industrialisasikan di dalam negeri saya gak tahu lompatannya tapi kurang lebih Rp20 menjadi Rp60 - Rp70 triliun," tandas Jokowi.
"Kenapa ini terus saya ulang-ulang, karena saya ingin presiden kedepan juga berani melanjutkannya. Tidak gampang ciut nyali tidak gentar demi kepentingan bangsa demi kepentingan negara," tandas dia.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kalah Gugatan Nikel di WTO, Begini Cara Jokowi Bisa Melawan!